Bulletin TELAGA
JIWA
Susunan Redaksi: Pembina: MABIN
TPQ Ma’arif NU Ponorogo. Penanggung Jawab: Ketua
TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo. Manager: Mahfud. Redaktur:Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin,
Wasis W, Asyif NH. Editor: Marsudi. Keuangan: Herul Sabana. Alamat Redaksi: Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran
Ponorogo. Contact
Persons: 085233977218 dan 085235666984 Website: Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9). group facebook: TELAGA JIWA TPQ NU Koortan
Ponorogo
Edisi 29 th IV :
18 Oktober 2013 M / 13 Dzul Hijjah 1434 H
HAKIKAT QURBAN
Penulis: Ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam atas segala
nikmat yang telah diberikan kepada kita semua sehingga kita masih dapat menemui
hari Raya Idul Adha 1434 H. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan kita yakni nabi Muhammad saw yang telah meluruskan umatnya
dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang Agama Islam.
Dunia adalah tempat ujian, sedangkan akhirat adalah
tempat pembalasan. Ibarat anak sekolah, diuji dahulu baru diberi nilai,
penghargaan, hadiah serta naik kelas atau sebaliknya. Lulus dalam ujian akan
menaikkan derajat seseorang. Semakin tinggi derajat seseorang, maka semakin
berat cobaannya. Ujian anak SMA bisa dipastikan lebih berat dibandingkan ujian
anak SD. Semakin tinggi pohon, maka semakin besar tiupan anginnya.
Dalam konteks hubungan antara hamba dengan Tuhan, maka derajat
yang teringgi adalah para Nabi. Oleh karena itu, ujian terdahsyat diterima oleh
para Nabi. Sebagaimana hadits nabi
Muhammad saw:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ
ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ ( وَفِي
رِوَايَةٍ قَدْرِ ) دِيْنه فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ
وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنُهِ فَمَا
يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا
عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ .
Artinya: “Manusia
yang paling dashyat cobaannya adalah para anbiya’ kemudian orang-orang serupa
lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran
(dalam suatu riwayat ‘kadar’) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun
dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan
akan selalu menimpa seseroang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi,
tanpa tertimpa kesalahan lagi.”
(HR At-Tirmidzi). Hadits di
atas mempunyai syahid (hadits lain yang jadi pendukung)
إِنَّ مِنْ أَشَدِ
النَّاسِ بَلاَءً اَْلأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ
يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
Artinya: “Sesungguhnya
termasuk manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para anbiya’, kemudian
orang-orang yang mengikutinya, kemudian orang-orang yang mengikutinya, kemudian
orang-orang yang mengikutinya.” (HR Ahmad)
Terkait
dengan ibadah qurban, Dalam sejarahnya, nabi Ibrahim as diuji oleh Allah agar
menyembelih putra tercinta yakni nabi Isma’il as sewaktu
mencapai usia remaja. Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus
menyembelih puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara
turunnya wahyu Allah, maka perintah yang diterima dalam mimpi itu harus
dilaksanakan oleh nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian
yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang
putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan, seorang putera
yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah,
seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan
keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban. Namun sebagai seorang Nabi,
pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi
para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya
dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri,
harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan
melalui mimpinya. Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim,
namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana
dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak
membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya
sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan
berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan
menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak
yang shalih taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu
oleh ayahnya maksud kedatangannya, tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata
kepada ayahnya: "Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh
Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar
dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu,
agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga
menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah
yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila
melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan
penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang
terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku, berikanlah kepadanya pakaianku ini
untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan
baginya dari putera tunggalnya." Kemudian dipeluknya-lah Ismail dan dicium pipinya oleh
Nabi Ibrahim seraya berkata: "Bahagialah aku mempunyai seorang
putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati
menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba,
kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah
puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati
beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak
dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan
matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan.
Namun datanglah kepada Nabi Ibrahim as wahyu Allah dengan firmannya: "Wahai
Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan
membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan." Kemudian sebagai
tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi
Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera
dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang itu. Dan inilah asal
permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya idul
adha di seluruh pelosok dunia.
Hikmah
yang dapat kita petik dari cerita di atas adalah cinta kepada Allah swt pun
diuji oleh Allah swt dengan menyerahkan harta benda, jiwa serta sesuatu yang
sangat kita cintai sekalipun. Semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin …
*********