Bulletin
TELAGA JIWA
Susunan Redaksi:
Pembina:
MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo.
Penanggung Jawab:
Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo.
Manager:
Mahfud
Redaktur:
Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif NH.
Editor:
Marsudi
Keuangan:
Herul Sabana
Alamat Redaksi:
Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo.
Contact Persons: 085233977218 dan 085235666984
Website:
Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9)
group
facebook:
TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo
Edisi
28 th IV : 11 Oktober 2013 M / 6
Dzul Hijjah 1434 H
MENADAHKAN TANGAN SAAT BERDO’A
Penulis: Ust.
Herul Sabana (TPQ al-Mansur, Mangkujayan)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt,
Sang Pencipta manusia, Pemberi pertolongan dan Yang Memenuhi kebutuhan manusia,
tempat manusia untuk menyandarkan segala harapan setelah berikhtiyar. Shalawat
salam semoga terlimpahkan pada nabi Muhammad saw yang kita nanti-nantikan
syafaatnya kelak di yaumul qiyamah.
Berdo’a adalah memohon pada Allah swt. Setiap orang boleh
menjabarkan definisi berdo’a dengan beragam pendapat. Namun semuanya tetap akan
bermuara pada memohon pada Allah swt. Sebagai makhluk yang lemah, manusia wajib
berdo’a pada Allah swt. Jika ada manusia yang tidak mau berdo’a pada Allah swt,
bisa jadi dia akan termasuk kategori manusia sombong. Seandainya toh dia hidup
berkecukupan di dunia sehingga sepertinya tidak memerlukan apa-apa lagi, tapi
belum tentu di akhirat hidupnya senikmat di dunianya. Karena itulah
bagaimanapun kondisi manusia, baik senang atau pun susah, bahagia atau pun
sengsara, berdo’a tetaplah harus dilakukan.
Adapun perintah agar manusia berdo’a
pada Allah swt, dapat kita jumpai dalam al-Qur’an dengan jumlah ayat yang
banyak sekali. Diantaranya adalah surat al-Baqarah ayat 186 sebagai berikut: “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku (Allah), maka (jawablah),
bahwasanya Aku (Allah) adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” Dari ayat tersebut tentunya tak akan ada yang
membantah bahwa berdo’a adalah perintah Allah swt, dan karena itulah berdo’a
termasuk salah satu cara kita untuk beribadah. Dengan berdo’a, kita bisa
mendapatkan dua hal. Pertama yaitu akan terwujudnya keinginan/hajat kita,
kadang terkabul di dunia (mungkin langsung terkabul, mungkin ditunda beberapa
waktu kemudian), tapi kadang hajat tersebut dikabulkan kelak di akhirat. Kedua
yaitu kita akan mendapat pahala sebagai imbalan dari ibadah do’a itu.
Berdo’a selayaknya tidak hanya sewaktu dalam
keadaan susah atau sedang membutuhkan saja, lalu setelah itu tidak mau berdo’a
lagi. Allah swt tidak menyukai hamba-Nya yang berlaku seperti itu sebagaimana
firman-Nya dalam surat Yunus ayat 12: “Dan apabila manusia
ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau
berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali)
melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami
untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.”
Pada dasarnya berdo’a boleh dilakukan dengan
sendirian ataupun bersama-sama/berjamaah. Memang mungkin hajat atau keinginan
antara orang yang satu dengan yang lain bisa berbeda. Akan tetapi kebanyakan
do’a yang diajarkan Rasulullah adalah bersifat umum, sehingga bisa mencakup
seluruh aspek kehidupan. Misalnya do’a mohon ampunan bagi diri sendiri, orang
tua maupun orang islam seluruhnya, juga do’a mohon kemudahan dalam menghadapi
masalah, mohon rizki, mohon kebaikan dunia akhirat dll. Dengan demikian,
meskipun masalah yang dihadapi tiap orang berbeda tapi tetap terpenuhi dalam
do’a berjamaah tersebut.
Tata cara yang umum dilakukan saat berdo’a
adalah dengan menengadahkan tangan setinggi dada seraya menundukkan kepala.
Tata cara yang demikian ini tentu saja berbeda dengan tata cara agama lain
semisal Kristen, Hindu, Budha dll. Adapun yang dijadikan dasar hukum tata cara
berdo’a ini adalah hadits Nabi saw sbb
عن مالك بن يسارالسكونى ان
رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إذا سألتم الله فاسألوه ببطون أكفكم ولا
تسألوه بظهورها
Artinya: “Dari Malik ibn Yasar as-Sakuni,
sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: jika kalian memohon pada Allah, maka
mohonlah dengan menengadahkan telapak tanganmu dan janganlah memohon dengan
punggung (membalik) telapak tanganmu.” (HR Abu Dawud)
Berdo’a
selayaknya dimulai dengan bacaan basmalah, shalawat, tahmid, baru kemudian mengungkapkan
hajat. Do’a pun diakhiri dengan tahmid dan shalawat pula yang kemudian
mengusapkan telapak tangan ke wajah. Tata cara mengusapkan telapak tangan ke
wajah ini pun ada hadits yang dijadikan dasar hukumnya.
عن عمر بن الخطاب رضي الله
عنه قال : كان رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا رفع يده فى الدعاء لم يحطهما حتى
يمسح بهما وجهه
Artinya: “Dari ‘Umar bin Khatthab ra berkata: di
kala Rasulullah saw mengangkat tangannya ketika berdo’a, beliau tidak
menurunkan tangannya tersebut sebelum mengusapkannya ke wajahnya.” (HR
Ibnu Majah)
Seperti kita ketahui, di mushola maupun masjid
biasanya setelah selesai sholat berjamaah maka diteruskan dengan dzikir
berjamaah dan berdo’a berjamaah pula. Adapun berdo’a berjamaah tidak hanya
dilakukan sesudah sholat berjamaah. Dalam berbagai macam kesempatan pun berdo’a
berjamaah lazim dilakukan. Misalnya ketika bersama-sama mengunjungi orang
sakit, ketika ada orang akan membangun rumah atau tempat usaha, ketika
anak-anak sekolah akan melaksanakan ujian, ketika peringatan hari besar Islam
dan lain sebagainya. Dalam berdo’a berjamaah itu, lazimnya seorang imam
memimpin do’a dengan cara mengucapkan do’a-do’a dengan suara yang bisa didengar
oleh orang-orang yang menjadi makmum yang mengikuti do’a tersebut. Para makmum
cukup mengamini saja tanpa perlu melafalkan do’a seperti imam.
Berdo’a
baik secara sendirian maupun berjamaah, haruslah disertai keyakinan yang kuat
bahwa do’a tersebut akan dikabulkan. Hal ini akan menguatkan tauhid kita yang
memang hanya yakin bahwa Allah-lah satu-satunya yang mampu mengabulkan semua
hajat do’a kita. Dalam al-Qur’an sudah dijelaskan di surat ar-Ra’du ayat 14:
“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala
yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi
mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke
dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke
mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.” Dan
juga surat asy-Syuura ayat 26: “dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang
yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada
mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat
keras.”
Jadi begitulah
tata cara berdo’a yang selayaknya dilakukan oleh seorang muslim. Selain itu,
jangan pula kita hanya sekedar berdo’a tanpa ikhtiyar. Karena memang menjadi
kewajiban bagi seorang muslim untuk senantiasa berikhtiyar /berusaha setelah
itu tawakkal dan berdo’a menyerahkan semua keberhasilan pada Allah Yang Maha
Berkuasa atas segala sesuatu.
Semoga kita
termasuk ke dalam golongan manusia yang senantiasa mendapatkan ridho dan
terkabulkan do’a-do’anya sehingga mendapatkan keselamatan di dunia, keselamatan
di akhirat serta dijauhkan dari api neraka. Aamiin …
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar