buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Selasa, 14 Januari 2014

MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN CINTA



Bulletin TELAGA JIWA
Susunan Redaksi: Pembina: MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo. Penanggung Jawab: Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo. Manager: Mahfud. Redaktur: Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif NH. Editor: Marsudi. Keuangan: Herul Sabana. Alamat Redaksi: Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo. Contact Persons: 085233977218 dan 085235666984 Website: Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9). group facebook: TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo  
Edisi  03 th V : 17 Januari 2014 M / 15 Rabiul Awal 1435 H
MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN CINTA
Penulis: Dana A. Dahlany, (mahasiswa al-Azhar Kairo)
Segala puji bagi Allah swt, Dzat yang telah menurunkan al-Qur’an dalam bahasa Arab, fusha yang sangat indah, yang mampu mengeluarkan manusia dari jurang kegelapan menuju padang cahaya yang terang benderang. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Sayyidina Muhammad saw, manusia termulia yang telah  dianugerahi mu’jizat yang sangat agung, mu’jizat yang akan tetap lestari sampai hari kiamat yakni kitab suci al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan salah satu tanda kebesaran Allah yang diturunkan kepada sang pembawa risalah terakhir, Nabi Muhammad saw. Ada beberapa faktor yang menyebabkan al-Qur’an menjadi mu’jizat terbesar bagi Rasululllah saw.
Pertama, dari segi gaya bahasa. Al-Qur’an menyajikan suatu bacaan berbahasa Arab yang tersusun sangat indah yang tidak bisa disamai oleh bentuk gaya bahasa yang lain. Hal ini telah dibuktikan oleh sastrawan dan orator handal dari kaum kafir Quraisy pada masa Nabi. Mereka adalah Walid bin Mughirah dan Utbah bin Rabi’ah yang ternyata juga menyerah saat ditantang untuk membuat syair yg mampu menandingi al-Qur’an. Bahkan sastrawan lain pun tak ada yang sanggup. Hal ini telah dijelaskan dalam Surat al-Isra’ 88: “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain."
Kedua, dari segi isinya yang serba lengkap. Al-Qur’an menjelaskan hukum-hukum yang langsung diturunkan oleh Sang Pengatur alam, yaitu Allah swt. Tidak mungkin Allah membuat peraturan yang menyimpang untuk makhluk-Nya. Al-Qur’an menunjukkan pokok-pokok hubungan manusia dengan Tuhannya dalam bahasan aqidah dan syari’at. Juga mengatur hubungan antara sesama manusia semisal dalam urusan mu’amalah, pendidikan, politik, sosial dan ekonomi sampai masalah keluarga. Selain itu, hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya juga diatur. Kitab Suci Al-Qur’an juga berisi ilmu pengetahuan yang selaras dengan teori-teori para ilmuwan modern saat ini, semisal proses terciptanya manusia dalam rahim ibu dan lain sebagainya. Oleh karena itulah dalam surat al-Baqarah ayat 2 disebutkan: “Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya. Petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
Ketiga, al-Qur’an merupakan mu’jizat yang tetap abadi hingga hari akhir. Berkaitan dengan hal ini, Allah telah menetapkannya dalam Surat al-Hijr ayat 9: “Sesungguh nya Kami telah menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang tetap orisinil sejak diturunkan pertama kali sampai nanti akhir jaman. Salah satu indikasi terpeliha ranya al-Qur’an adalah bukti banyaknya penghafal al-Qur’an (hafidz) di setiap tempat komunitas muslim. Bahkan di negri Palestina, menghafal al-Qur’an merupa-kan kegiatan wajib bagi setiap pejuang pembebasan Palestina. Di al-Azhar Kairo Mesir, syarat untuk menjadi mahasiswa adalah terlebih dahulu hafal surat-surat al-Qur’an.
            Berkaitan dengan proses hafal-menghafal al-Qur’an ini, tentu ada beberapa metode yang digunakan. Jika Anda ingin menghafalkan al-Quran, tapi masih merasa kesulitan mengingat-ingat deretan kata berbahasa Arab tanpa tahu artinya, maka Anda bisa memulainya dengan hal-hal yang paling sederhana. Di masa kecil dulu, tentu kita pernah diajari menghafal surat-surat pendek juz 'amma. Coba hitung, berapa surat yang dulu bisa Anda hafalkan, dan berapa yang masih hafal sampai sekarang? Sebaik apapun hafalan Anda dulu, jika tidak pernah diulang tentu akan hilang begitu saja. Maka mulai sekarang, coba gunakan hafalan-hafalan itu di setiap shalat. Kemudian pandai-pandailah memanfaatkan amalan-amalan khusus yang biasa Anda baca sehari-hari. Misalnya membaca surat al-Waqi'ah tiap ba'da shalat isya', atau surat ar-Rahman setelah shalat shubuh dan surat al-Mulk 'Tabarak' atau surat Nuh usai shalat ashar, atau membaca surat Yasin dan al-Kahfi tiap malam Jumat. Lakukan itu semua secara berkesinambungan dan disiplin. Tak lama kemudian bacaan Anda akan semakin lancar, setengah hafal hingga akhirnya hafal 100% terhadap yang Anda rutin baca tersebut.
            Dari situ akan tumbuh kecintaan mendalam dan tekad yang kuat untuk terus menghafal. Dengan cinta itu, rintangan seberat apapun akan mampu teratasi, karena cinta sejati tak akan terbukti sebelum diuji. Kalaupun yang Anda lakukan itu belum bisa mengantarkan Anda menuju cinta sejati, minimal Anda sudah memperoleh manfaat dan kemuliaan dari konsistensi Anda. Bukankah istiqamah itu lebih baik dr seribu karomah? Selain itu, menghafal al-Qur’an merupakan kegiatan yang berorientasi pada dua hal, yaitu menghafal itu sendiri serta mempelajari al-Qur’an. Ada sebuah hadits yang dapat menjadi pelecut semangat bagi kita untuk mempelajari al-Qur’an: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur`an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Maksud dari hadits ini menjelaskan bahwa sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rosul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.” (Fadhail Qur’an halaman 126-127).
Melihat betapa mulianya orang-orang yang mempelajari al-Quran, maka setiap orang tua hendaknya menanamkan kecintaan kepada kitab suci umat Islam ini sejak dini kepada anak-anaknya.. Ini pun menjadi  kebiasaan para ulama terdahulu. Imam Malik bin Anas bertutur: “Dahulu para ulama mengajarkan anak-anak mereka mencintai Abu Bakar dan Umar sebagaimana mengajarkan surat dalam al-Qur’an.” (Syarah Ushul I’tiqod Ahlussunnah, Juz 7 hal. 1240). Dalam hal ini tentu orang tua, khususnya adalah ibu, memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan sang anak termasuk pendidikan al-Qur’an baik tentang makna maupun hafalannnya. Hal terpenting bagi orang tua adalah mendo’akan mereka dan merasa senang/bangga karena mereka sedang menghafal al-Qur’an. Di samping itu, jelaskanlah pula tentang keutamaan membaca, menghafal dan mempelajari al-Qur’an beserta pahala dan kebaikan yang akan diperoleh. Lalu berilah reward yang sesuai seiring bertambahnya pengalaman mereka dalam menghafal.
Sekarang pertanyaannya (sembari mengingatkan diri sendiri), sudah berapa ayat yang kita hafal dan kita ulang hari ini? Sudah seberapa keras kita mempelajari al-Qur’an? Mari kita merenungkannya untuk kemudian menjadi sarana untuk melecut semangat kita. ***