Bulletin TELAGA
JIWA
Susunan Redaksi: Pembina: MABIN
TPQ Ma’arif NU Ponorogo. Penanggung Jawab: Ketua
TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo. Manager: Mahfud. Redaktur: Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin,
Wasis W, Asyif NH. Editor: Marsudi. Keuangan: Herul Sabana. Alamat Redaksi: Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran
Ponorogo. Contact
Persons: 085233977218 dan 085235666984 Website: Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9). group facebook: TELAGA JIWA TPQ NU Koortan
Ponorogo
Edisi 03 th V : 17 Januari 2014 M / 15 Rabiul Awal
1435 H
MENGHAFAL
AL-QUR’AN DENGAN CINTA
Penulis: Dana A. Dahlany, (mahasiswa
al-Azhar Kairo)
Segala puji bagi Allah swt, Dzat yang telah menurunkan al-Qur’an dalam bahasa Arab, fusha yang sangat indah, yang mampu mengeluarkan manusia dari jurang kegelapan
menuju padang cahaya yang terang benderang. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Sayyidina Muhammad saw, manusia termulia
yang telah dianugerahi mu’jizat yang
sangat agung, mu’jizat yang akan tetap lestari sampai hari kiamat yakni kitab suci al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan
salah satu tanda kebesaran Allah yang diturunkan kepada sang pembawa risalah terakhir, Nabi
Muhammad saw. Ada beberapa faktor yang menyebabkan al-Qur’an menjadi mu’jizat terbesar bagi
Rasululllah saw.
Pertama, dari segi gaya bahasa. Al-Qur’an menyajikan suatu bacaan berbahasa Arab
yang tersusun sangat indah yang tidak bisa disamai oleh bentuk gaya bahasa yang
lain. Hal ini telah dibuktikan oleh sastrawan dan orator handal dari kaum kafir
Quraisy pada masa Nabi. Mereka adalah Walid bin Mughirah dan Utbah bin Rabi’ah
yang ternyata juga menyerah saat ditantang untuk membuat syair yg mampu
menandingi al-Qur’an. Bahkan sastrawan lain pun tak ada
yang sanggup. Hal ini telah
dijelaskan dalam Surat al-Isra’ 88: “Katakanlah: Sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka
tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka
menjadi pembantu bagi sebagian yang lain."
Kedua, dari
segi isinya yang serba lengkap. Al-Qur’an menjelaskan hukum-hukum yang langsung
diturunkan oleh Sang Pengatur alam, yaitu Allah swt.
Tidak mungkin Allah membuat peraturan
yang menyimpang untuk makhluk-Nya. Al-Qur’an menunjukkan pokok-pokok hubungan manusia
dengan Tuhannya dalam bahasan aqidah dan syari’at. Juga mengatur hubungan
antara sesama manusia semisal dalam urusan mu’amalah, pendidikan, politik,
sosial dan ekonomi sampai masalah keluarga. Selain itu, hubungan manusia dengan
alam dan lingkungannya juga diatur. Kitab Suci Al-Qur’an juga berisi ilmu
pengetahuan yang selaras dengan teori-teori para ilmuwan modern saat ini, semisal proses
terciptanya manusia dalam rahim ibu dan lain sebagainya. Oleh karena itulah dalam surat al-Baqarah ayat 2 disebutkan: “Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan
padanya. Petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
Ketiga, al-Qur’an merupakan mu’jizat yang tetap abadi hingga hari akhir. Berkaitan
dengan hal ini, Allah telah menetapkannya dalam Surat al-Hijr ayat 9: “Sesungguh nya Kami telah menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.” Al-Qur’an
merupakan satu-satunya kitab suci yang tetap orisinil sejak diturunkan pertama
kali sampai nanti akhir jaman. Salah satu indikasi terpeliha ranya al-Qur’an
adalah bukti banyaknya penghafal al-Qur’an (hafidz) di setiap tempat
komunitas muslim. Bahkan di negri Palestina, menghafal al-Qur’an merupa-kan
kegiatan wajib bagi setiap pejuang pembebasan Palestina. Di al-Azhar Kairo
Mesir, syarat untuk menjadi mahasiswa adalah terlebih dahulu hafal surat-surat
al-Qur’an.
Berkaitan dengan proses
hafal-menghafal al-Qur’an ini, tentu ada beberapa metode yang digunakan. Jika
Anda ingin menghafalkan al-Quran, tapi masih merasa kesulitan mengingat-ingat
deretan kata berbahasa Arab tanpa tahu artinya, maka Anda bisa memulainya dengan
hal-hal yang paling sederhana. Di masa kecil dulu, tentu kita pernah diajari
menghafal surat-surat pendek juz 'amma. Coba hitung, berapa surat yang dulu
bisa Anda hafalkan, dan berapa yang masih hafal sampai sekarang? Sebaik apapun
hafalan Anda dulu, jika tidak pernah diulang tentu akan hilang begitu saja.
Maka mulai sekarang, coba gunakan hafalan-hafalan itu di setiap shalat. Kemudian
pandai-pandailah memanfaatkan amalan-amalan khusus yang biasa Anda baca
sehari-hari. Misalnya membaca surat al-Waqi'ah tiap ba'da shalat isya', atau surat
ar-Rahman setelah shalat shubuh dan surat al-Mulk 'Tabarak' atau surat Nuh usai
shalat ashar, atau membaca surat Yasin dan al-Kahfi tiap malam Jumat. Lakukan
itu semua secara berkesinambungan dan disiplin. Tak lama kemudian bacaan Anda
akan semakin lancar, setengah hafal hingga akhirnya hafal 100% terhadap yang
Anda rutin baca tersebut.
Dari situ akan tumbuh kecintaan mendalam dan tekad yang kuat untuk
terus menghafal. Dengan cinta itu, rintangan seberat apapun akan mampu
teratasi, karena cinta sejati tak akan terbukti sebelum diuji. Kalaupun yang
Anda lakukan itu belum bisa mengantarkan Anda menuju cinta sejati, minimal Anda sudah
memperoleh manfaat dan kemuliaan dari konsistensi Anda. Bukankah istiqamah itu
lebih baik dr seribu karomah? Selain itu, menghafal al-Qur’an merupakan
kegiatan yang berorientasi pada dua hal, yaitu menghafal itu sendiri serta
mempelajari al-Qur’an. Ada sebuah hadits yang dapat menjadi pelecut semangat
bagi kita untuk mempelajari al-Qur’an: “Sebaik-baik kalian adalah orang
yang belajar al-Qur`an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari). Al-Hafidz
Ibnu Katsir berkata: “Maksud dari hadits ini menjelaskan bahwa sifat
orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rosul. Mereka telah
menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan
gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada
orang lain.” (Fadhail Qur’an halaman 126-127).
Melihat betapa mulianya orang-orang yang mempelajari al-Quran, maka
setiap orang tua hendaknya menanamkan kecintaan kepada kitab suci umat Islam
ini sejak dini kepada anak-anaknya.. Ini pun menjadi kebiasaan para ulama
terdahulu. Imam Malik bin Anas bertutur: “Dahulu para ulama mengajarkan
anak-anak mereka mencintai Abu Bakar dan Umar sebagaimana mengajarkan surat
dalam al-Qur’an.” (Syarah Ushul I’tiqod Ahlussunnah, Juz 7 hal. 1240). Dalam
hal ini tentu orang tua, khususnya adalah ibu, memiliki peran dan tanggung
jawab yang besar terhadap pendidikan sang anak termasuk pendidikan al-Qur’an
baik tentang makna maupun hafalannnya. Hal terpenting bagi orang tua adalah
mendo’akan mereka dan merasa senang/bangga karena mereka sedang menghafal
al-Qur’an. Di samping itu, jelaskanlah pula tentang keutamaan membaca,
menghafal dan mempelajari al-Qur’an beserta pahala dan kebaikan yang akan
diperoleh. Lalu berilah reward yang sesuai seiring bertambahnya pengalaman
mereka dalam menghafal.
Sekarang pertanyaannya (sembari mengingatkan diri sendiri), sudah
berapa ayat yang kita hafal dan kita ulang hari ini? Sudah seberapa keras kita
mempelajari al-Qur’an? Mari kita merenungkannya untuk kemudian menjadi sarana
untuk melecut semangat kita. ***