buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 08 Januari 2014

BERGEMBIRA ATAS KELAHIRAN NABI SAW



Bulletin TELAGA JIWA
Susunan Redaksi: Pembina: MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo. Penanggung Jawab: Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo. Manager: Mahfud. Redaktur: Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif NH. Editor: Marsudi. Keuangan: Herul Sabana. Alamat Redaksi: Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo. Contact Persons: 085233977218 dan 085235666984 Website: Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9). group facebook: TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo 


Edisi  02 th V : 10 Januari 2014 M / 8 Rabiul Awal 1435 H
BERGEMBIRA ATAS KELAHIRAN NABI SAW
Penulis: Ust. Mahfud, TPQ Miftahul Huda, Jenes.
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Anbiya’ ayat 107: “Dan tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat untuk seluruh alam.” Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada nabi Muhammad saw, manusia termulia yang dihadirkan oleh Allah ke muka bumi agar menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia.
Rasulullah saw diutus oleh Allah swt tidak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam sebagaimana termaktub dalam surat al-Anbiya’ ayat 107. Hendaknya kita bergembira atas lahirnya Rasulullah saw. Hal ini disebabkan kita memang dianjurkan untuk bergembira apabila diturunkan rahmat. Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 58: “Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. Adapun karunia dan rahmat pada ayat ini, menurut tafsir riwayat Abu Syaikh dari Ibnu Abbas, yang dimaksud karunia adalah ilmu dan yang dimaksud dengan rahmat adalah Nabi Muhammad saw. Dengan demikian sangat jelas bahwa kita hendaknya merasa gembira atas kelahiran Rasulullah saw, yang kemudian beliau mampu membawa cahaya terang bagi masa depan dunia. Jangan sampai kita justru “kalah” gembira dengan orang lain yang notabene tidak ada hubungannya dengan ajaran Islam. Bagaimana tidak, paman Nabi Muhammad saw yang kafir saja yakni Abu Lahab, sangat bergembira atas kelahiran Rasulullah saw dengan cara memerdekakan budaknya yaitu Tsuwaibah yang memberikan kabar kelahirannya.
Sebaliknya iblis justru menjerit saat kelahiran Rasulullah saw. Dalam kitab al-Jami' Li Ahkam karya Imam al-Qurthubi dijelaskan bahwa ada 3 hal yang bisa menyebabkan iblis menangis dengan sekeras-kerasnya:
Þ      Ketika diturunkannya surat al-Fatihah. Surat ini adalah surat yang paling afdhol di dalam al-Qur'an. Jadi di manapun dan kapanpun surat al-fatihah dibaca, iblis akan menjerit dan menangis.
Þ      Kelahiran Nabi Muhammad saw, makhluk yang paling mulia sejagad raya. Beliau membawa risalah yang menyempurnakan risalah Rasul-Rasul terdahulu yaitu agama Islam. Dalam agama Islam, seberapapun dosa diperbuat oleh manusia, jika dia mau bertaubat maka akan diampuni sehingga sia-sialah segala jerih payah iblis.  
Þ      Ucapan salam. Ternyata ucapan salam dari seorang mukmin pada mukmin lainnya bisa membuat iblis menangis dengan kerasnya. Hal ini seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, Ibnu Abbas berkata: "Sesungguhnya iblis yang terkutuk itu akan menangis pada saat seorang mukmin bersalam dan dia (iblis) berkata, "Aduh, celakanya, kedua mukmin itu tidak akan berpisah melainkan akan diampuni dosa-dosanya."
Berkaitan dengan kelahiran Rasulullah saw, maka sangat baik apabila pada bulan Rabiul Awal ini kita mengekspresikan rasa gembira dengan memperbanyak dzikir, shalawat, sedekah, membaca biografi beliau dll. Kegembiraan atas kelahiran Rasulullah saw akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa apabila apabila diiringi dengan rasa cinta kita kepadanya. Hendaknya kita menjadikan cinta kita kepada Rasulullah saw, melebihi cinta kita terhadap harta benda, anak, istri, famili, kerabat serta teman kita. Rasulullah saw bersabda: “Tidak (sempurna) iman seseorang sehingga aku lebih dicintainya daripada daripada orang tua dan anaknya.” (HR Bukhari). Selayaknya kita mencintai Rasulullah saw, sebab menjelang wafatnya yang beliau ingat adalah umatnya. Diceritakan dalam sebuah hadits menjelang wafat beliau didatangi malaikat Jibril yang memberi kabar bahwa akan datang malaikat maut, Rasulullah bertanya kepada Malaikat Jibri: ”Bagaimana nasib umatku kelak?” maka Malaikat Jibril menjawab: “Syurga ini kuharamkan bagi siapa saja kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya.”
Demikianlah keistimewaan nabi Muhammad saw, kita bisa menjadi umat yang paling pertama masuk syurga. Cinta terhadap Rasul juga menjadi modal untuk masuk syurga. Pada suatu hari, orang Arab pedalaman bertanya kepada Nabi saw tentang hari kiamat. "Kapan datang hari kiamat?" tanyanya. Lalu, beliau balik bertanya, "Apa yang sudah kamu persiapkan untuk menyambut  kedatangannya?" Lalu orang tersebut berkata, "Tidak ada persiapan apa-apa, selain cintaku pada Allah dan rasul-Nya." Nabi saw bersabda, "Anta ma`a man ahbabta (kamu bersama orang yang kamu cintai)." (HR Bukhari dari Anas). Hadis ini menurut al-Nawawi, pengarang Syarh Shahih Muslim , menerangkan keutamaan cinta kepada Allah dan rasul-Nya serta juga cinta kepada penggiat kebaikan dan orang-orang yang selalu melakukan kebaikan, baik mereka yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Cinta itu sendiri, menurut banyak pakar, menunjuk pada suatu kehendak dan kecenderungan jiwa yang kuat kepada sesuatu. Kecenderungan ini timbul karena faktor-faktor kesenangan, kemanfaatan, dan keutamaan. Cinta kepada Allah dan rasul-Nya timbul karena ketiga faktor ini. Cinta sebagai komitmen jiwa dengan sendirinya menuntut pikiran, perhatian, dan tindakan sekaligus. Oleh karena itu, cinta kepada rasul harus dibuktikan sekurang-kurangnya melalui empat hal yaitu:
Þ  al-Ittiba` wa al-iqtida. Bahwa kita harus mengikuti ajaran dan petunjuk (sunnah) nya serta mewujudkan dan menghidupkannya sepanjang masa.
Þ  al-Sam`ah wa al-Tha`ah. Bahwa kita harus senantiasa mendengar dan patuh kepadanya. Hal ini karena cinta menuntut kepatuhan, seperti terbaca dengan jelas dalam syair al-Rawwaq. "Kau durhaka meski kau menyatakan cinta. Itu pasti bukan cinta, tapi dusta. Kalaulah cintamu itu sejati, pastilah kau patuh karena orang yang cinta selalu mengikuti kemauan orang yang dicinta."
Þ  al-Ittishal wa al-qurb. Bahwa kita harus senantiasa berusaha mendekat dan membangun hubungan yang kuat dengannya, yang dalam hal ini ajaran beliau.
Þ  al-Dzikr wa al-tadzakkur. Bahwa kita harus senantiasa ingat kepadanya dan berusaha menghadirkan dirinya dalam ingatan dan kesadaran. Dalam pepatah Arab, terdapat ungkapan: "Siapa orang yang mencintai sesuatu, ia akan selalu mengingat dan menyebut-nyebutnya selalu." Hal ini sinkron dengan firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 56: "Sesungguhnya, Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai, orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." Kalau kita mencintai Rasulullah saw, maka hendaknya kita sering bershalawat dan membaca sejarah kehidupan beliau, sehingga kita benar-benar mengenal beliau lebih mendalam.
Maka, sudahkah kita mewujudkan rasa cinta pada Rasulullah saw? Hanya kita sendiri yang mengetahui jawabannya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar