Bulletin TELAGA
JIWA
Susunan Redaksi: Pembina: MABIN
TPQ Ma’arif NU Ponorogo. Penanggung Jawab: Ketua
TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo. Manager: Mahfud. Redaktur: Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin,
Wasis W, Asyif NH. Editor: Marsudi. Keuangan: Herul Sabana. Alamat Redaksi: Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran
Ponorogo. Contact
Persons: 085233977218 dan 085235666984 Website: Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9). group facebook: TELAGA JIWA TPQ NU Koortan
Ponorogo
Edisi 01 th V : 3 Januari 2014 M / 1 Rabiul Awal
1435 H
SEBAIK-BAIK DO’A
ADALAH …
Penulis: Ust. Marsudi, TPQ ad-darajaat, Mayak.
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat Huud ayat 9: “Dan jika Kami
rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu
Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima
kasih.” Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada nabi
Muhammad saw, tempat segala macam contoh terbaik bagi seluruh umat manusia dari
jaman Islam saat mulai terpancar di tanah Arab sampai masa sekarang ketika
Islam sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Kita hidup di dunia ini telah sekian lama. Hari berganti
minggu, kemudian berganti bulan, serta berganti tahun. Beragam peristiwa telah
terjadi, baik yang manis maupun yang getir. Dari kutipan ayat ke 9 surat Huud,
telah disinggung bahwa sebelum rasa getir selalu ada rasa manis yang
mendahuluinya. Hanya saja kita terkadang tidak sempat untuk merasakan manisnya,
atau semua terasa berlangsung begitu cepat. Terkadang kita hanya merasa getir
saja sepanjang hari. Terkadang kita hanya berkeluh kesah saja terkait pekerjaan
yang tiada habisnya atau rutinitas yang senantiasa menanti. Akan tetapi Allah
telah mengingatkan kita melalui al-Qur’an surat ar-Rahman dengan pengulangan
ayat yang banyak sekali yaitu lafadz: fabiayyi ala-i rabbikuma tukadzdziban
yang artinya “maka nikmat dari Tuhanmu yang mana lagi yang dapat kau dustakan”.
Hitungan kalender telah
membuka babak baru, dan tentu kita sesungguhnya tidak mampu menghitung seberapa
banyak nikmat yang telah diberikan oleh Allah pada tahun lalu. Sementara itu
kita telah dinanti dengan lebih banyak lagi kenikmatan
yang telah disiapkan oleh Allah. Selama setahun ke depan,
kita harus mampu hidup lebih baik dari tahun lalu. Untuk itu kita harus punya
program-program dan rencana perbaikan diri agar tidak menjadi orang yang rugi.
Rasulullah saw sudah menyatakan bahwa “Orang yang keadaannya lebih baik
dari kemarin adalah orang yang beruntung, sedang orang yang keadaannya sama
seperti kemarin adalah orang yang rugi, adapun orang yang keadaannya lebih
buruk dari kemarin adalah orang yang celaka.” Semua orang pasti
mendambakan hidup yang lebih baik dari kemarin. Namun sebagai seorang muslim,
selayaknya kita tidak hanya memikirkan peningkatan kemampuan dan pencapaian
keduniaan saja, melainkan juga akhirat. Hal ini sejalan dengan peringatan yang
diberikan Allah melalui al-Qur’an surat
ar-Ra’d ayat 26: “Allah
meluaskan rizqi dan menyempit-kannya bagi siapa saja yang dikehendaki. Dan
mereka (manusia) pun bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia
dibanding akhirat hanyalah kesenangan yang sedikit.”
Dengan
terbukanya kalender baru, tentu kita harus menyiapkan semangat baru. Tidak
boleh ada kata “putus asa” ataupun “menyerah”, baik dalam ikhtiyar maupun
tawakkal, dalam usaha maupun doa. Ibnu Athaillah mengingatkan kepada kita semua
agar kita tidak berputus-asa dalam berdoa. Mengapa demikian? Karena nafsu
manusia seringkali muncul ketika Allah menunda ijabah atau pengabulan doa-doa
kita. Dalam keadaan demikian manusia seringkali berputus-asa, dan merasa bahwa
doanya tidak dikabulkan. Sikap putus asa disebabkan karena manusia merasa bahwa
apa yang dijalankan melalui doa, akan benar-benar memunculkan pengabulan dari
Allah. Tanpa disadari bahwa ijabah
adalah hak Allah bukan hak hamba.
Manusia hanyalah makhluk yang bisa berusaha
dan berdoa. Segala macam penentuan dari usaha merupakan hak mutlak milik Allah.
Maka dari itu, selayaknya segala macam usaha itu diiringi dengan doa. Sedangkan
ijabah doa adalah hak Allah juga. Al-Qur’an telah mengisaratkannya dalam surat
ar-Ra’d ayat 14: “Hanya
bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar ...”. Oleh karenanya
berkaitan dengan ijabah doa ini, tentu kita harus memperhatikan sabda Rasulullah
saw dalam salah satu hadits: ”Tidak seorang pun berdoa, melainkan ia
berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai
dengan permintaannya, atau ditunda (pengabulannya) demi pahalanya, atau ia
(tidak dikabulkan) dihin-darkan dari keburukan yang menimpanya.“ (HR Ahmad). Dari hadits tersebut, tentunya dapat
dipahami bahwa kita sebagai manusia biasa harus sabar dalam berdoa. Kita
tidaklah mungkin memaksakan doa kita dikabulkan atau diijabahi. Kita juga tidak
boleh berburuk sangka pada Allah perihal ijabah doa kita. Sebuah hadits lagi
sangat tepat untuk kita perhatikan: ”Doa di antara kalian
bakal di ijabahi, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, (hingga
akhirnya) seseorang mengatakan: aku telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku.“
(HR. Bukhari-Muslim).
Sebagai manusia biasa, boleh jadi suatu saat
kita sangat membutuhkan sesuatu, sedang yang dapat kita lakukan hanyalah
berdoa. Kemudian doa tersebut tidak diijabahi. Rasa putus asa pun datang. Bisa
jadi kita mempertanyakan di mana sebenarnya Allah, kenapa doa kita tidak
terkabul padahal kita sangat membutuhkan nya. Bila hal seperti itu menghinggapi
kita, maka selayaknya kita mengingat al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 186: “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” Lalu jika memang Allah dekat dengan hamba, mengapa
doa kita tidak diijabahi? Bisa jadi karena kita lupa mensyukuri nikmat yang
kita dapatkan sebelumnya serta kita hanya mengingat Allah ketika sedang
membutuhkan. Padahal al-Qur’an telah mengingatkan melalui surat Ibrahim ayat 7:
“dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku) maka sungguh azab-Ku sangat pedih". Bisa
jadi karena kita lupa bersyukur, maka kita diazab dengan doa yang tak
diijabahi.
Adapun untuk mengantisipasi agar
kita tidak lupa bersyukur atas segala nikmat dari Allah, maka teknik termudah
adalah dengan sesering mungkin mengu-capkan bacaan hamdalah. Dalam hadits yang
berasal dari Jabir, Rasulullah saw telah bersabda: "Allah tidak
memberi suatu nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia mengucapkan alhamdulillah,
kecuali Allah menilai ia telah men-syukuri nikmat itu. Apabila ia mengucapkan
alhamdulillah yang kedua, maka Allah akan memberinya pahala yang baru lagi. Apabila
ia mengucapkan alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah mengampuni
dosanya." (HR Hakim dan Baihaqi). Hadits
ini sinkron dengan hadits lain: “Sebaik-baik dzikir adalah Laa ilaha
illallah, dan sebaik-baik doa adalah al-hamdulillah.” (HR At-Tirmidzi).
Oleh karena
itu, sudahkah anda mengucapkan hamdalah hari ini???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar