buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Kamis, 02 Januari 2014

SEBAIK-BAIK DO’A ADALAH …

Bulletin TELAGA JIWA
Susunan Redaksi: Pembina: MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo. Penanggung Jawab: Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo. Manager: Mahfud. Redaktur: Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif NH. Editor: Marsudi. Keuangan: Herul Sabana. Alamat Redaksi: Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo. Contact Persons: 085233977218 dan 085235666984 Website: Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9). group facebook: TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo 
Edisi  01 th V : 3 Januari 2014 M / 1 Rabiul Awal 1435 H
SEBAIK-BAIK DO’A ADALAH …
Penulis: Ust. Marsudi, TPQ ad-darajaat, Mayak.
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat Huud ayat 9: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada nabi Muhammad saw, tempat segala macam contoh terbaik bagi seluruh umat manusia dari jaman Islam saat mulai terpancar di tanah Arab sampai masa sekarang ketika Islam sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Kita hidup di dunia ini telah sekian lama. Hari berganti minggu, kemudian berganti bulan, serta berganti tahun. Beragam peristiwa telah terjadi, baik yang manis maupun yang getir. Dari kutipan ayat ke 9 surat Huud, telah disinggung bahwa sebelum rasa getir selalu ada rasa manis yang mendahuluinya. Hanya saja kita terkadang tidak sempat untuk merasakan manisnya, atau semua terasa berlangsung begitu cepat. Terkadang kita hanya merasa getir saja sepanjang hari. Terkadang kita hanya berkeluh kesah saja terkait pekerjaan yang tiada habisnya atau rutinitas yang senantiasa menanti. Akan tetapi Allah telah mengingatkan kita melalui al-Qur’an surat ar-Rahman dengan pengulangan ayat yang banyak sekali yaitu lafadz: fabiayyi ala-i rabbikuma tukadzdziban yang artinya “maka nikmat dari Tuhanmu yang mana lagi yang dapat kau dustakan”.
Hitungan kalender telah membuka babak baru, dan tentu kita sesungguhnya tidak mampu menghitung seberapa banyak nikmat yang telah diberikan oleh Allah pada tahun lalu. Sementara itu kita telah dinanti dengan lebih banyak lagi kenikmatan
yang telah disiapkan oleh Allah. Selama setahun ke depan, kita harus mampu hidup lebih baik dari tahun lalu. Untuk itu kita harus punya program-program dan rencana perbaikan diri agar tidak menjadi orang yang rugi. Rasulullah saw sudah menyatakan bahwa “Orang yang keadaannya lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung, sedang orang yang keadaannya sama seperti kemarin adalah orang yang rugi, adapun orang yang keadaannya lebih buruk dari kemarin adalah orang yang celaka.” Semua orang pasti mendambakan hidup yang lebih baik dari kemarin. Namun sebagai seorang muslim, selayaknya kita tidak hanya memikirkan peningkatan kemampuan dan pencapaian keduniaan saja, melainkan juga akhirat. Hal ini sejalan dengan peringatan yang diberikan Allah melalui al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 26: “Allah meluaskan rizqi dan menyempit-kannya bagi siapa saja yang dikehendaki. Dan mereka (manusia) pun bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia dibanding akhirat hanyalah kesenangan yang sedikit.”
            Dengan terbukanya kalender baru, tentu kita harus menyiapkan semangat baru. Tidak boleh ada kata “putus asa” ataupun “menyerah”, baik dalam ikhtiyar maupun tawakkal, dalam usaha maupun doa. Ibnu Athaillah mengingatkan kepada kita semua agar kita tidak berputus-asa dalam berdoa. Mengapa demikian? Karena nafsu manusia seringkali muncul ketika Allah menunda ijabah atau pengabulan doa-doa kita. Dalam keadaan demikian manusia seringkali berputus-asa, dan merasa bahwa doanya tidak dikabulkan. Sikap putus asa disebabkan karena manusia merasa bahwa apa yang dijalankan melalui doa, akan benar-benar memunculkan pengabulan dari Allah. Tanpa disadari bahwa ijabah adalah hak Allah bukan hak hamba.
Manusia hanyalah makhluk yang bisa berusaha dan berdoa. Segala macam penentuan dari usaha merupakan hak mutlak milik Allah. Maka dari itu, selayaknya segala macam usaha itu diiringi dengan doa. Sedangkan ijabah doa adalah hak Allah juga. Al-Qur’an telah mengisaratkannya dalam surat ar-Ra’d ayat 14: “Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar ...”. Oleh karenanya berkaitan dengan ijabah doa ini, tentu kita harus memperhatikan sabda Rasulullah saw dalam salah satu hadits: ”Tidak seorang pun berdoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengabulannya) demi pahalanya, atau ia (tidak dikabulkan) dihin-darkan dari keburukan yang menimpanya.“ (HR Ahmad). Dari hadits tersebut, tentunya dapat dipahami bahwa kita sebagai manusia biasa harus sabar dalam berdoa. Kita tidaklah mungkin memaksakan doa kita dikabulkan atau diijabahi. Kita juga tidak boleh berburuk sangka pada Allah perihal ijabah doa kita. Sebuah hadits lagi sangat tepat untuk kita perhatikan: Doa di antara kalian bakal di ijabahi, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, (hingga akhirnya) seseorang mengatakan: aku telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku.“ (HR. Bukhari-Muslim).

Sebagai manusia biasa, boleh jadi suatu saat kita sangat membutuhkan sesuatu, sedang yang dapat kita lakukan hanyalah berdoa. Kemudian doa tersebut tidak diijabahi. Rasa putus asa pun datang. Bisa jadi kita mempertanyakan di mana sebenarnya Allah, kenapa doa kita tidak terkabul padahal kita sangat membutuhkan nya. Bila hal seperti itu menghinggapi kita, maka selayaknya kita mengingat al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 186: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” Lalu jika memang Allah dekat dengan hamba, mengapa doa kita tidak diijabahi? Bisa jadi karena kita lupa mensyukuri nikmat yang kita dapatkan sebelumnya serta kita hanya mengingat Allah ketika sedang membutuhkan. Padahal al-Qur’an telah mengingatkan melalui surat Ibrahim ayat 7: “dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sungguh azab-Ku sangat pedih". Bisa jadi karena kita lupa bersyukur, maka kita diazab dengan doa yang tak diijabahi.
Adapun untuk mengantisipasi agar kita tidak lupa bersyukur atas segala nikmat dari Allah, maka teknik termudah adalah dengan sesering mungkin mengu-capkan bacaan hamdalah. Dalam hadits yang berasal dari Jabir, Rasulullah saw telah bersabda: "Allah tidak memberi suatu nikmat kepada seorang hamba, kemudian ia mengucapkan alhamdulillah, kecuali Allah menilai ia telah men-syukuri nikmat itu. Apabila ia mengucapkan alhamdulillah yang kedua, maka Allah akan memberinya pahala yang baru lagi. Apabila ia mengucapkan alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah mengampuni dosanya." (HR Hakim dan Baihaqi). Hadits ini sinkron dengan hadits lain: “Sebaik-baik dzikir adalah Laa ilaha illallah, dan sebaik-baik doa adalah al-hamdulillah.” (HR At-Tirmidzi).
Oleh karena itu, sudahkah anda mengucapkan hamdalah hari ini???


Tidak ada komentar:

Posting Komentar