Edisi
04 th V : 24 Januari 2014 M / 22 Rabiul Awal 1435 H
BEKAL SETELAH MATI
Penulis: Ust. Herul Sabana,
(TPQ al-Mansyur, Mangkujayan)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah memberi
berbagai macam kenikmatan yang tak akan bisa terhitung banyaknya, yang karenanya
dunia ini menjadi indah. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan
pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang telah memberikan
tuntunan bagaimana cara mensyukuri nikmat tersebut yaitu senantiasa menambah
kualitas ketakwaan dengan melaksanakan perintah Allah dengan hati tulus ikhlas
dan menjauhi semua laranganNya tanpa syarat apapun.
Dunia memang penuh dengan keindahan dan kenikmatan. Bagi orang-orang
yang kadar keimanannya rendah, maka bisa jadi mereka akan memanfaatkan hidup di
dunia ini dengan menikmati sepuas-puasnya tanpa memperdulikan kehidupan setelah
mati. Padahal Allah sudah memperingatkan manusia melalui al-Qur’an yang
menyatakan bahwa dunia ini hanyalah tempat kesenangan semu, seperti yang
tersirat dalam surat al-Hadid ayat 20:
“Ketahuilah
bahwa sesungguhnya dunia
ini hanyalah permainan dan sesuatu yang membuat terlena, perhiasan dan
bermegah-megahan antara kamu serta membangga-banggakan banyaknya harta dan
anak, (perumpamaannya) seperti hujan yang (membuat) tanaman-tanamannya (subur
menghijau) mengagumkan para petani, kemudian tanaman tersebut menjadi kering
dan kamu lihat warna tanaman tersebut menjadi kuning kemudian hancur. Dan di
akhirat ada adzab yang keras dan (ada juga) ampunan dari Allah serta ridha-Nya.
Dan kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Ayat ini menegaskan agar kita tidak mudah terlena oleh
dunia yang sebenarnya hanyalah semu serta tidak abadi.. Peringatan ini didasari
oleh sifat dasar manusia yang memang ingin hidup serba nikmat dan tidak ingin
sengsara. Secara tidak sadar, manusia akan selalu berusaha keras mengumpulkan
harta untuk mencapai kenikmatan dan mempertahankannya. Terkadang manusia mudah
lupa bahwa harta yang dikumpulkan dengan begitu susah payah itu ternyata tidak
bisa dibawa mati. Sebab ketika manusia mati, maka semua hartanya akan
diwariskan bagi keluarganya.
Kematian
adalah akhir kehidupan di dunia dan awal kehidupan di alam kubur sebelum hari
kiamat datang. Di alam kubur ini, manusia sudah tidak mampu berbuat apa-apa
lagi. Manusia akan merasakan hasil dari kehidupan di dunia. Jika selama hidup
di dunia dipergunakan untuk hal-hal yang baik, maka pahala kebaikan tersebut
akan menjelma menjadi teman yang menyenangkan selama di alam kubur. Sebaliknya,
jika ketika di dunia hanya mengumbar hawa nafsu menikmati dunia tanpa kontrol,
maka segala amal buruknya akan menjelma menjadi makhluk buruk menyeramkan yang
selalu mengganggu dan menyebabkan kehidupan di kubur menjadi seperti salah satu
lubang di neraka.
Akan
tetapi, ternyata masih ada jalan yang terbuka bagi manusia untuk mempersiapkan
bekal yang akan terkirim saat sudah mati dan berada di alam kubur. Hal tersebut
semacam dana pensiun yang akan diterima meski sudah tidak lagi bekerja.
Rasulullah saw bersabda dalam haditsnya:“Apabila telah mati anak turun
Adam (yaitu manusia) maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara yaitu
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdo’a untuknya.”
(HR Muslim)
Ø
Shadaqah jariyah adalah pemberian harta benda untuk berbagai
macam tempat kegiatan keagamaan seperti masjid, madrasah dan sebagainya. Untuk
itu maka kita harus mempunyai uang banyak untuk disumbangkan atau sebidang
tanah yang diwaqafkan atau batu bata yang diikhlaskan untuk dipakai dan
sebagainya. Lalu bagaimana jika kita tidak memiliki harta yang bisa untuk
shadaqah jariyah? Ternyata tetap ada jalan yaitu dengan ikut menyumbangkan
tenaga dan fikiran untuk mengerjakan masjid, mushola ataupun madrasah tanpa
meminta upahnya. Sehingga setiap keringat yang menetes akan terhitung sebagai
amal jariyah yang abadi. Selama bangunan tersebut masih digunakan untuk ibadah
atau mencari ilmu, maka pahala insyaAllah tetap akan mengalir.
Ø Ilmu yang bermanfaat
yaitu ilmu agama yang diajarkan pada orang lain, kemudian diamalkan oleh orang
tersebut. Pahala dari amalannya akan diberikan juga kepada si pemberi ilmu
tanpa mengurangi pahala yang mengamalkan. Jika anda pernah mendengar tentang
konsep MLM (Multi Level Marketing)
maka inilah the real MLM dalam bentuk
pahala. Ketika kita mengajarkan cara membaca basmalah pada seorang anak kecil dengan
benar, kemudian si anak mampu membaca basmalah tersebut dengan baik dan benar,
maka hal seperti inilah yang dapat disebut sebagai ilmu yang bermanfaat. Selama
si anak hidup di dunia dan setiap kali mengucapkan basmalah yang kita ajarkan,
setiap kali itu pula insyaAllah kita mendapat bagian pahala yang sama dengan si
anak.
Ø Anak shaleh yang
mendoakan yaitu ketika kita sudah mati kemudian anak dan keluarga kita yang
masih hidup di dunia mau mendoakan atau membacakan al-Qur’an atau fatihah atau
yasin, kemudian pahalanya ditujukan pada kita yang sudah mati, maka insyaAllah
kita akan mendapatkan pahala tersebut. Dalam konsep ini, berlaku system
double pahala, yaitu pahala do’a atau bacaan ayat al-Qur’an dilipatkan dua
kali kemudian dibagi rata antara si pembaca dan si mayit yang telah dikubur.
Maka harus dipahami bahwa meski pahala membaca yasin kita niatkan untuk orang
lain yang telah dikubur, pada hakikatnya kita tetap mendapat pahala tersebut
tanpa terkurangi sedikitpun. Oleh karena itu, di point inilah kita harus
menyadari betapa pentingnya mendidik anak agar mampu membaca al-Qur’an dengan
baik dan benar, agar supaya kelak jika kita telah meninggal dunia maka mereka
dapat mendoakan kita dengan lafadz yang benar serta membacakan ayat-ayat
al-Qur’an untuk kita. Jika kita tak punya waktu untuk mengajari anak kita maka
anak harus diarahkan ke Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) atau sejenisnya.
Jangan sampai kita membiarkan anak-anak kita tak mampu mengenali huruf-huruf
dalam kitab sucinya. Jangan sampai kita meninggalkan anak-anak kita dalam
keadaan lemah iman dan tak mampu berbuat banyak bagi kedua orang tuanya yang
telah meninggal dunia.
Akhirnya semoga kita termasuk orang yang mendapatkan
pahala-pahala yang tak terputus tersebut. Semoga kita tidak termasuk
orang-orang yang menderita kerugian besar karena tak memiliki bekal akhirat
yang cukup serta tidak mendapatkan “dana pensiun” dari hasil kerja keras
kita di dunia. Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar