buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Jumat, 07 Februari 2014

BEKAL SETELAH MATI



      Edisi  04 th V : 24 Januari 2014 M / 22 Rabiul Awal 1435 H
BEKAL SETELAH MATI
Penulis: Ust. Herul Sabana, (TPQ al-Mansyur, Mangkujayan)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah memberi berbagai macam kenikmatan yang tak akan bisa terhitung banyaknya, yang karenanya dunia ini menjadi indah. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang telah memberikan tuntunan bagaimana cara mensyukuri nikmat tersebut yaitu senantiasa menambah kualitas ketakwaan dengan melaksanakan perintah Allah dengan hati tulus ikhlas dan menjauhi semua laranganNya tanpa syarat apapun.
Dunia memang penuh dengan keindahan dan kenikmatan. Bagi orang-orang yang kadar keimanannya rendah, maka bisa jadi mereka akan memanfaatkan hidup di dunia ini dengan menikmati sepuas-puasnya tanpa memperdulikan kehidupan setelah mati. Padahal Allah sudah memperingatkan manusia melalui al-Qur’an yang menyatakan bahwa dunia ini hanyalah tempat kesenangan semu, seperti yang tersirat dalam surat al-Hadid ayat 20:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang membuat terlena, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta membangga-banggakan banyaknya harta dan anak, (perumpamaannya) seperti hujan yang (membuat) tanaman-tanamannya (subur menghijau) mengagumkan para petani, kemudian tanaman tersebut menjadi kering dan kamu lihat warna tanaman tersebut menjadi kuning kemudian hancur. Dan di akhirat ada adzab yang keras dan (ada juga) ampunan dari Allah serta ridha-Nya. Dan kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

Ayat ini menegaskan agar kita tidak mudah terlena oleh dunia yang sebenarnya hanyalah semu serta tidak abadi.. Peringatan ini didasari oleh sifat dasar manusia yang memang ingin hidup serba nikmat dan tidak ingin sengsara. Secara tidak sadar, manusia akan selalu berusaha keras mengumpulkan harta untuk mencapai kenikmatan dan mempertahankannya. Terkadang manusia mudah lupa bahwa harta yang dikumpulkan dengan begitu susah payah itu ternyata tidak bisa dibawa mati. Sebab ketika manusia mati, maka semua hartanya akan diwariskan bagi keluarganya.
        Kematian adalah akhir kehidupan di dunia dan awal kehidupan di alam kubur sebelum hari kiamat datang. Di alam kubur ini, manusia sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Manusia akan merasakan hasil dari kehidupan di dunia. Jika selama hidup di dunia dipergunakan untuk hal-hal yang baik, maka pahala kebaikan tersebut akan menjelma menjadi teman yang menyenangkan selama di alam kubur. Sebaliknya, jika ketika di dunia hanya mengumbar hawa nafsu menikmati dunia tanpa kontrol, maka segala amal buruknya akan menjelma menjadi makhluk buruk menyeramkan yang selalu mengganggu dan menyebabkan kehidupan di kubur menjadi seperti salah satu lubang di neraka.
         Akan tetapi, ternyata masih ada jalan yang terbuka bagi manusia untuk mempersiapkan bekal yang akan terkirim saat sudah mati dan berada di alam kubur. Hal tersebut semacam dana pensiun yang akan diterima meski sudah tidak lagi bekerja. Rasulullah saw bersabda dalam haditsnya:“Apabila telah mati anak turun Adam (yaitu manusia) maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdo’a untuknya.” (HR Muslim)
Ø  Shadaqah jariyah adalah pemberian harta benda untuk berbagai macam tempat kegiatan keagamaan seperti masjid, madrasah dan sebagainya. Untuk itu maka kita harus mempunyai uang banyak untuk disumbangkan atau sebidang tanah yang diwaqafkan atau batu bata yang diikhlaskan untuk dipakai dan sebagainya. Lalu bagaimana jika kita tidak memiliki harta yang bisa untuk shadaqah jariyah? Ternyata tetap ada jalan yaitu dengan ikut menyumbangkan tenaga dan fikiran untuk mengerjakan masjid, mushola ataupun madrasah tanpa meminta upahnya. Sehingga setiap keringat yang menetes akan terhitung sebagai amal jariyah yang abadi. Selama bangunan tersebut masih digunakan untuk ibadah atau mencari ilmu, maka pahala insyaAllah tetap akan mengalir.
Ø  Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu agama yang diajarkan pada orang lain, kemudian diamalkan oleh orang tersebut. Pahala dari amalannya akan diberikan juga kepada si pemberi ilmu tanpa mengurangi pahala yang mengamalkan. Jika anda pernah mendengar tentang konsep MLM (Multi Level Marketing) maka inilah the real MLM dalam bentuk pahala. Ketika kita mengajarkan cara membaca basmalah pada seorang anak kecil dengan benar, kemudian si anak mampu membaca basmalah tersebut dengan baik dan benar, maka hal seperti inilah yang dapat disebut sebagai ilmu yang bermanfaat. Selama si anak hidup di dunia dan setiap kali mengucapkan basmalah yang kita ajarkan, setiap kali itu pula insyaAllah kita mendapat bagian pahala yang sama dengan si anak.

Ø  Anak shaleh yang mendoakan yaitu ketika kita sudah mati kemudian anak dan keluarga kita yang masih hidup di dunia mau mendoakan atau membacakan al-Qur’an atau fatihah atau yasin, kemudian pahalanya ditujukan pada kita yang sudah mati, maka insyaAllah kita akan mendapatkan pahala tersebut. Dalam konsep ini, berlaku system double pahala, yaitu pahala do’a atau bacaan ayat al-Qur’an dilipatkan dua kali kemudian dibagi rata antara si pembaca dan si mayit yang telah dikubur. Maka harus dipahami bahwa meski pahala membaca yasin kita niatkan untuk orang lain yang telah dikubur, pada hakikatnya kita tetap mendapat pahala tersebut tanpa terkurangi sedikitpun. Oleh karena itu, di point inilah kita harus menyadari betapa pentingnya mendidik anak agar mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, agar supaya kelak jika kita telah meninggal dunia maka mereka dapat mendoakan kita dengan lafadz yang benar serta membacakan ayat-ayat al-Qur’an untuk kita. Jika kita tak punya waktu untuk mengajari anak kita maka anak harus diarahkan ke Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) atau sejenisnya. Jangan sampai kita membiarkan anak-anak kita tak mampu mengenali huruf-huruf dalam kitab sucinya. Jangan sampai kita meninggalkan anak-anak kita dalam keadaan lemah iman dan tak mampu berbuat banyak bagi kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Akhirnya semoga kita termasuk orang yang mendapatkan pahala-pahala yang tak terputus tersebut. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang menderita kerugian besar karena tak memiliki bekal akhirat yang cukup serta tidak mendapatkan “dana pensiun” dari hasil kerja keras kita di dunia. Aamiin.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar