buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Jumat, 07 Februari 2014

SHALAT KHUSUK



Edisi  05 th V : 31 Januari 2014 M / 29 Rabiul Awal 1435 H
SHALAT KHUSU’
Penulis: Ust. Mahfud, (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Kautsar ayat 2: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorban-lah.” Kemudian shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang telah memberikan tuntunan bagaimana cara shalat yang benar menurut syariat.
Shalat merupakan bagian dari Rukun Islam. Hal ini menunjukkan betapa urgennya ibadah shalat. Oleh karenanya shalat dengan khusyu’ sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Al-Qur’an menyebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 238: “Peli-haralah semua shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” Dalam ayat lain, orang yang mampu khusyu’ dalam shalatnya akan diberi kabar gembira dengan keberuntungan, sebagaimana ayat 1-2 dari surat al-Mukminun: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang ber-iman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.”
Hal yang sangat urgen terkait khusyu’ dalam shalat adalah senantiasa meng-ingat Allah. Sebenarnya mengingat Allah tidak hanya disyari’atkan ketika shalat saja, akan tetapi seluruh ibadah, mulai dari zakat, puasa, haji dan lain sebagainya juga bertujuan agar hamba mengingat kepada Allah swt. Secara khusus Allah swt ber-firman dalam surat Thaha ayat 41: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” Dari firman Allah swt tersebut bisa disimpulkan tujuan dari shalat adalah mengingat Allah.

Kemudian mengingat Allah itu bisa dibuktikan dengan senantiasa mening-galkan perbuatan keji dan munkar dalam kehidupan sehari-hari. Kalau bisa demi-kian, maka hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Ankabut ayat 45: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mung-kar.” Kalau shalat tidak mampu mencegah perbuatan keji dan munkar, maka shalat semacam ini disebut Shalatul Ghafil (Shalatnya orang yang lupa). Sedangkan Shalatul Ghafil ini tidak menghasilkan apa-apa selain semakin jauh dengan Allah juga akan hanya mendapat kepayahan saja. Al-Hasan berkata:

مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.” (Dikeluarkan oleh ath-Thabari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qatadah dari al-Hasan). Rasulullah saw bersabda: “Banyak orang yang shalat, hanya mendapat kepayahan dan kesulitan saja” dan banyak lagi riwa-yat dengan substansi yang sama misalnya riwayat Imam Ahmad: “Banyak sekali orang yang shalat, hanya mendapatkan bangun dari tidur saja.”
Shalat merupakan kombinasi yang utuh antara gerakan, ucapan dan hati. Ketika lisan mengucapkan dzikir, maka kita harus berusaha menghadirkan hati di hadapan Allah swt. Saat seorang hamba berdzikir dalam shalat itu diibaratkan sedang berkomunikasi dengan Allah swt. Apa yang diucapkan menjadi suatu yang tidak berarti manakala hati tidak tertuju pada Dzat yang diajak komunikasi. Coba anda bayangkan saat anda mengajak bicara orang lain, apa yang anda ucapkan tidak akan mempunyai makna dan manfaat, manakala anda tidak mengerti apa yang anda ucapkan dan anda lupa terhadap orang yang anda ajak bicara. Oleh karenanya, dalam konsep shalat ini, seorang hamba haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk khusu’dalam shalatnya. Adapun tips shalat agar bisa khusyu’ adalah melakukan persiapan sebelum shalat dengan mensucikan diri lahir dan batin. Suci lahir adalah dengan membersihkan semua najis yang menempel dan juga wudhu untuk menghilangkan hadats kecil. Sedangkan suci batin dengan melaksanakan konsep 7 perkara, yaitu:
1. Bertaubat.
2. Menyesali akan dosa yang telah dilakukan.
3. Tidak tergila-gila dengan dunia.
4. Tidak mencari atau mengharapkan pujian dari manusia
5. Meninggalkan sifat bermegah-megahan.
6. Meninggalkan sifat khianat dan menipu.
7. Meninggalkan sifat dengki.

Para ulama ahli fiqh menjadi Hudurul Qolbi (hadirnya hati) sebagai syarat saat Takbiratul Ihram. Sedangkan ulama ahli tasawuf mensyaratkan Hudurul Qolbi (hadirnya hati) di keseluruhan shalat, sebab hal ini merupakan bentuk kehati-hatian serta kesungguhan dalam beribadah. Dinukil dari Bisyri bin Harits dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Thalib al-Makkiy dari Sufyan ats-Tsauri, beliau berkata: “Barang siapa yang tidak khusyu’, maka rusak shalatnya”. Berangkat dari hal ini, maka shalat kita seharusnya menerapkan konsep Ihsan yakni beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, jika tidak melihat-Nya maka Dia melihat kita. Konsep ihsan ini berdasarkan hadits nabi Muhammad saw: Sahabat Abi Hurairah ra telah berkata: Pada suatu hari Rasulullah saw sedang berkumpul dengan umat manusia, tiba-tiba ada seorang lelaki datang menghadap seraya bertanya: "Ya Rasulullah, apakah iman itu?" Jawab Rasulullah: "Iman adalah: percaya kepada Allah, percaya kepada para malaikat, percaya akan bertemu dengan Allah, percaya kepada utusan-utusan Allah, percaya kepada kitab-kitab Allah, percaya kepada hari akhir, dan percaya kepada qadar Allah." Kemudian lelaki itu bertanya lagi: "Apakah Islam itu, ya Rasulallah?" Jawab Rasulullah: "Islam adalah beribadah kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat yang telah diwajibkan, puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah Makkah." Kemudian lelaki itu bertanya lagi:" Apakah ihsan itu, ya Rasulallah?" Jawab Rasulullah: "Hendaklah engkau beribadah kepada Allah swt seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalau engkau tidak dapat melihat Allah, maka hendaklah sadar bahwa setiap gerak langkahmu berada dalam pengawasan Allah." (HR. Bukhari). Namun sebagaimana kita ketahui bersama, untuk konsep ihsan ini memang tidaklah mudah karena setan pun tetap ada yang mengganggu kita ketika shalat, berbisik pada kita tentang sesuatu ketika shalat, atau menghembuskan keragu-raguan ketika shalat.
Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah swt sehingga mampu Hudurul Qolbi menghadirkan hati pada Allah swt pada keseluruhan shalat. Amiin
***
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar