Edisi 05 th V : 31 Januari 2014 M / 29 Rabiul Awal
1435 H
SHALAT KHUSU’
Penulis: Ust. Mahfud,
(TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman
dalam al-Qur’an surat al-Kautsar ayat 2: “Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu; dan berkorban-lah.” Kemudian shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan
pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang telah memberikan
tuntunan bagaimana cara shalat yang benar menurut syariat.
Shalat merupakan bagian dari Rukun Islam. Hal ini
menunjukkan betapa urgennya ibadah shalat. Oleh karenanya shalat dengan khusyu’
sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Al-Qur’an menyebutkan dalam surat
al-Baqarah ayat 238: “Peli-haralah semua shalat(mu) dan
(peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan
khusyu’.” Dalam ayat lain, orang yang mampu khusyu’ dalam shalatnya
akan diberi kabar gembira dengan keberuntungan, sebagaimana ayat 1-2 dari surat
al-Mukminun: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang ber-iman, (yaitu) orang-orang
yang khusyu’ dalam shalatnya.”
Hal yang sangat urgen terkait khusyu’ dalam
shalat adalah senantiasa meng-ingat Allah. Sebenarnya mengingat Allah tidak
hanya disyari’atkan ketika shalat saja, akan tetapi seluruh ibadah, mulai dari
zakat, puasa, haji dan lain sebagainya juga bertujuan agar hamba mengingat
kepada Allah swt. Secara khusus Allah swt ber-firman dalam surat Thaha ayat 41:
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku.” Dari firman Allah swt tersebut bisa disimpulkan tujuan
dari shalat adalah mengingat Allah.
Kemudian mengingat Allah itu bisa dibuktikan
dengan senantiasa mening-galkan perbuatan keji dan munkar dalam kehidupan
sehari-hari. Kalau bisa demi-kian, maka hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surat al-Ankabut ayat 45: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mung-kar.” Kalau shalat tidak mampu
mencegah perbuatan keji dan munkar, maka shalat semacam ini disebut Shalatul
Ghafil (Shalatnya orang yang lupa). Sedangkan Shalatul Ghafil ini tidak
menghasilkan apa-apa selain semakin jauh dengan Allah juga akan hanya mendapat
kepayahan saja. Al-Hasan berkata:
مَنْ
صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا
مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat
tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan
semakin menjauh dari Allah.”
(Dikeluarkan oleh ath-Thabari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id
bin Abi ‘Urubah dari Qatadah dari al-Hasan). Rasulullah saw bersabda:
“Banyak orang yang shalat, hanya mendapat kepayahan dan kesulitan saja”
dan banyak lagi riwa-yat dengan substansi yang sama misalnya riwayat Imam Ahmad:
“Banyak
sekali orang yang shalat, hanya mendapatkan bangun dari tidur saja.”
Shalat merupakan
kombinasi yang utuh antara gerakan, ucapan dan hati. Ketika lisan mengucapkan
dzikir, maka kita harus berusaha menghadirkan hati di hadapan Allah swt. Saat
seorang hamba berdzikir dalam shalat itu diibaratkan sedang berkomunikasi
dengan Allah swt. Apa yang diucapkan menjadi suatu yang tidak berarti manakala
hati tidak tertuju pada Dzat yang diajak komunikasi. Coba anda bayangkan saat
anda mengajak bicara orang lain, apa yang anda ucapkan tidak akan mempunyai
makna dan manfaat, manakala anda tidak mengerti apa yang anda ucapkan dan anda
lupa terhadap orang yang anda ajak bicara. Oleh karenanya, dalam konsep shalat
ini, seorang hamba haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk khusu’dalam
shalatnya. Adapun tips shalat agar bisa khusyu’ adalah melakukan persiapan
sebelum shalat dengan mensucikan diri lahir dan batin. Suci lahir adalah dengan
membersihkan semua najis yang menempel dan juga wudhu untuk menghilangkan
hadats kecil. Sedangkan suci batin dengan melaksanakan konsep 7 perkara, yaitu:
1. Bertaubat.
2. Menyesali akan
dosa yang telah dilakukan.
3. Tidak tergila-gila
dengan dunia.
4. Tidak mencari atau
mengharapkan pujian dari manusia
5. Meninggalkan sifat
bermegah-megahan.
6. Meninggalkan sifat
khianat dan menipu.
7. Meninggalkan sifat dengki.
Para ulama ahli fiqh menjadi Hudurul Qolbi
(hadirnya hati) sebagai syarat saat Takbiratul Ihram. Sedangkan ulama
ahli tasawuf mensyaratkan Hudurul Qolbi (hadirnya hati) di keseluruhan
shalat, sebab hal ini merupakan bentuk kehati-hatian serta kesungguhan dalam
beribadah. Dinukil dari Bisyri bin Harits dalam suatu hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Thalib al-Makkiy dari Sufyan ats-Tsauri, beliau berkata: “Barang
siapa yang tidak khusyu’, maka rusak shalatnya”. Berangkat dari hal
ini, maka shalat kita seharusnya menerapkan konsep Ihsan yakni beribadah
kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, jika tidak melihat-Nya maka Dia melihat
kita. Konsep ihsan ini berdasarkan hadits nabi Muhammad
saw: “Sahabat Abi Hurairah ra telah berkata: Pada suatu hari
Rasulullah saw sedang berkumpul dengan umat manusia, tiba-tiba ada seorang
lelaki datang menghadap seraya bertanya: "Ya Rasulullah, apakah iman
itu?" Jawab Rasulullah: "Iman adalah: percaya kepada Allah, percaya
kepada para malaikat, percaya akan bertemu dengan Allah, percaya kepada
utusan-utusan Allah, percaya kepada kitab-kitab Allah, percaya kepada hari
akhir, dan percaya kepada qadar Allah." Kemudian lelaki itu bertanya
lagi: "Apakah Islam itu, ya Rasulallah?" Jawab Rasulullah:
"Islam adalah beribadah kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya,
mendirikan shalat, membayar zakat yang telah diwajibkan, puasa di bulan
Ramadhan, dan haji ke Baitullah Makkah." Kemudian lelaki itu bertanya
lagi:" Apakah ihsan itu, ya Rasulallah?" Jawab Rasulullah:
"Hendaklah engkau beribadah kepada Allah swt seakan-akan engkau
melihat-Nya. Kalau engkau tidak dapat melihat Allah, maka hendaklah sadar bahwa
setiap gerak langkahmu berada dalam pengawasan Allah." (HR. Bukhari). Namun
sebagaimana kita ketahui bersama, untuk konsep ihsan ini memang tidaklah mudah
karena setan pun tetap ada yang mengganggu kita ketika shalat, berbisik pada
kita tentang sesuatu ketika shalat, atau menghembuskan keragu-raguan ketika
shalat.
Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah swt
sehingga mampu Hudurul Qolbi menghadirkan hati pada Allah swt pada
keseluruhan shalat. Amiin
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar