Edisi
16 th V : 18 April 2014 M / 18 Jumadil Akhir 1435 H
BERMANFAAT BAGI
ORANG LAIN
Penulis: ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Puji Syukur Alhamdulillah kepada Allah swt atas segala nikmat
dan karunia yang yang telah diberikan kepada hamba-Nya dan tak lupa karunia
terbesar yakni Iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah menjadi suri tauladan serta
pembimbing bagi umatnya dalam menelusuri keimanan dan keislaman.
Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar senantiasa menjaga
keimanan dan ketaqwaan selama hidup sampai ajal menjemput, sebagaimana firman dalam surat Ali Imran ayat 102: “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Ayat ini mengindikasikan bahwa iman merupakan hal sangat penting
untuk dijaga sampai mati. Namun keimanan tidak akan sempurna apabila tidak
diaplikasikan dengan ketaqwaan dengan realisasi ibadah kepada Allah swt.
Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
setiap hamba. Sebab keimanan dan ketaqwaan kepada Allah akan menuntun setiap
langkah-langkah hamba-Nya pada suatu jalan yang diridhoi yang tentunya akan
membawa pada kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Dengan kesungguhan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, manusia akan senantiasa meniti jalan
kebaikan menuju tujuan hidup. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa keimanan
bukanlah melulu masalah ibadah, melainkan juga muamalah. Dalam
al-Qur’an, lebih banyak dibahas masalah muamalah dari pada ibadah
pribadi. Ini menunjukkan betapa urgennya hubungan sesama manusia.
Secara kodrati manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia
tidak akan lepas dari orang lain, sebab antara satu dan yang lain saling membutuhkan
dan bekerjasama. Hampir semua aktivitas manusia harus dilakukan bersama orang
lain. Antara sesama manusia selalu terjadi hubungan yang hal tersebut akan berlangsung
dalam berbagai bentuk situasi dan komunikasi. Dari konsep inilah kemudian
terwujud apa yang disebut sebagai “masyarakat”.
Kecenderungan manusia untuk berhubungan akan selalu melahirkan komunikasi
dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi
dan reaksi, maka dalam kehidupan semacam inilah interaksi pun terjadi. Karena itu
interaksi akan terjadi bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.
Hubungan dengan sesama akan menjadi harmonis, apabila sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh Rasulullah saw. Lebih khusus hubungan sesama umat islam akan menjadi
baik, apabila umat islam benar-benar memperhatikan tuntunan Rasulullah saw.
Tindakan
yang bermanfaat bagi orang lain, walaupun cuma membuang duri dari jalan atau sesuatu
yang membahayakan dari jalan adalah perbuatan yang mulia bahkan hal tersebut merupakan
sedekah. Sebagaimana hadits dari Abu
Dzar bahwa
Nabi saw bersabda: “Atas tiap-tiap dari anak adam sedekah, memberi
salam kepada orang yang di jumpai adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan
adalah sedekah, melarang kepada yang munkar adalah sedekah, membuang duri dari
jalan adalah sedekah, dan menggauli istrinya adalah sedekah.” (H.R Abu Dawud).
Selain kita harus bermanfaat bagi orang lain,
kita juga harus senantiasa menjaga kebersihan hati. Islam melalui Rasulullah
saw melarang umatnya merugikan orang lain. Kebersihan hati adalah hal yang
sangat penting untuk membangun ukhuwah islamiyah. Membersihkan diri dari sifat
hasud, saling menipu, saling membenci, saling membelakangi serta menawar barang
yang sedang ditawar. Dalam sebuah hadits juga diperinci beberapa hal sebagai
berikut: Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: ”Jangan saling menghasud, saling menipu,
saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah dari sebagian dari kalian
menawar barang yang telah ditawar orang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Orang muslim adalah saudara bagi orang
muslim yang lain, maka jangan berlaku aniaya kepadanya, jangan
menelantarkannya, jangan membohongi nya, dan jangan merendahkannya. Taqwa itu
disini (beliau menunjuk kedadanya dan mengulanginya sampai tiga kali). Cukuplah
sesorang dikatakan jelek apabila dia merendahkan saudaranya yang muslim. Darah,
harta, kehormatan setiap muslim adalah haram bagi muslim lain.” (H.R Muslim)
Dalam bermasyarakat kita juga
harus memperhatikan etika sehingga kita tidak merugikan orang lain secara
psikologis. Hal seperti ini juga dicontohlan dalam hadits: “Dari Ibnu Umar ra dan dua orang berkata bahwa
Rasulullah saw bersabda: Janganlah seseorang menyuruh orang
lain untuk beranjak
dari tempat duduknya kemudian ia menduduki tempat tersebut, akan tetapi
berlapang-lapanglah dalam bermajlis.” Secara
konseptual, hadits ini menunjukkan bagaimana etika seseorang -yang meskipun
mungkin dia terhormat- tidak boleh sembarangan merugikan orang lain dengan cara
apapun. Sebaliknya Islam mengkonsep bahwa sebagai manusia yang baik selayaknya
peduli terhadap orang lain sehinggga keberadaannya memberikan manfaat bagi
orang lain. Disebutkan dalam hadits dari jabir ibnu Abdullah
ra berkata: “Terdapat beberapa kelebihan tanah milik seseorang
dari kami, maka para sahabat berkata: kamu menyewakannya pertigaan, perempatan,
dan paroan. Rasulullah saw berkata: “barang siapa yang memiliki tanah,
tanamilah atau hadiahkanlah (kelebihan tanahnya) kepada saudaranya jika ia
tidak menghendakinya, maka peganglah tanahnya.” (HR.
Bukhari). Selain ini terdapat juga hadits lain dari Abi Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah
dilarang seseorang
mengambil kelebihan air yang dimiliki saudaranya, tentu pula tidak dilarang rerumputannya.” (HR. Bukhari)
Dari kajian ini kita dapat menarik kesimpulan betapa
Islam sangat mengatur konsep muamalah yang dimaksudkan agar terwujud masyarakat
yang aman, tenteram, nyaman serta kondusif. Semoga kita mampu menjadi warga
masyarakat yang baik dan bermanfaat bagi orang lain sesuai tuntunan Islam.
Aamiin