buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Kamis, 17 April 2014

BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN



      Edisi  16 th V : 18 April 2014 M / 18 Jumadil Akhir 1435 H
BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN
Penulis: ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Puji Syukur Alhamdulillah kepada Allah swt atas segala nikmat dan karunia yang yang telah diberikan kepada hamba-Nya dan tak lupa karunia terbesar yakni Iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah menjadi suri tauladan serta pembimbing bagi umatnya dalam menelusuri keimanan dan keislaman.
Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaan selama hidup sampai ajal menjemput, sebagaimana firman dalam surat Ali Imran ayat 102: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Ayat ini mengindikasikan bahwa iman merupakan hal sangat penting untuk dijaga sampai mati. Namun keimanan tidak akan sempurna apabila tidak diaplikasikan dengan ketaqwaan dengan realisasi ibadah kepada Allah swt. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap hamba. Sebab keimanan dan ketaqwaan kepada Allah akan menuntun setiap langkah-langkah hamba-Nya pada suatu jalan yang diridhoi yang tentunya akan membawa pada kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Dengan kesungguhan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, manusia akan senantiasa meniti jalan kebaikan menuju tujuan hidup. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa keimanan bukanlah melulu masalah ibadah, melainkan juga muamalah. Dalam al-Qur’an, lebih banyak dibahas masalah muamalah dari pada ibadah pribadi. Ini menunjukkan betapa urgennya hubungan sesama manusia.

Secara kodrati manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak akan lepas dari orang lain, sebab antara satu dan yang lain saling membutuhkan dan bekerjasama. Hampir semua aktivitas manusia harus dilakukan bersama orang lain. Antara sesama manusia selalu terjadi hubungan yang hal tersebut akan berlangsung dalam berbagai bentuk situasi dan komunikasi. Dari konsep inilah kemudian terwujud apa yang disebut sebagai “masyarakat”.
Kecenderungan manusia untuk berhubungan akan selalu melahirkan komunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka dalam kehidupan semacam inilah interaksi pun terjadi. Karena itu interaksi akan terjadi bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih. Hubungan dengan sesama akan menjadi harmonis, apabila sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Lebih khusus hubungan sesama umat islam akan menjadi baik, apabila umat islam benar-benar memperhatikan tuntunan Rasulullah saw.
Salah sebuah hadits menunjukkan betapa kita harus ikut memperhatikan kepentingan orang lain, sehingga keberadaan kita –meski sekecil apapun- akan diakui eksistensinya oleh masyarakat. Hadits tersebut adalah “Iman itu lebih dari enam puluh cabang. Cabang yang paling utama adalah ucapan “Laa Iaaha illallahu” dan cabang yang paling rendah yaitu menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Perhatikanlah betapa hal kecilpun ternyata dihargai sebagai sebuah perwujudan iman. Dengan menyingkirkan rintangan di jalan maka orang lain dapat lewat dengan nyaman. Tindakan yang bermanfaat bagi orang lain, walaupun cuma membuang duri dari jalan atau sesuatu yang membahayakan dari jalan adalah perbuatan yang mulia bahkan hal tersebut merupakan sedekah. Sebagaimana hadits dari Abu Dzar bahwa Nabi saw bersabda: Atas tiap-tiap dari anak adam sedekah, memberi salam kepada orang yang di jumpai adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, melarang kepada yang munkar adalah sedekah, membuang duri dari jalan adalah sedekah, dan menggauli istrinya adalah sedekah.  (H.R Abu Dawud).
Selain kita harus bermanfaat bagi orang lain, kita juga harus senantiasa menjaga kebersihan hati. Islam melalui Rasulullah saw melarang umatnya merugikan orang lain. Kebersihan hati adalah hal yang sangat penting untuk membangun ukhuwah islamiyah. Membersihkan diri dari sifat hasud, saling menipu, saling membenci, saling membelakangi serta menawar barang yang sedang ditawar. Dalam sebuah hadits juga diperinci beberapa hal sebagai berikut: Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: Jangan saling menghasud, saling menipu, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah dari sebagian dari kalian menawar barang yang telah ditawar orang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Orang muslim adalah saudara bagi orang muslim yang lain, maka jangan berlaku aniaya kepadanya, jangan menelantarkannya, jangan membohongi nya, dan jangan merendahkannya. Taqwa itu disini (beliau menunjuk kedadanya dan mengulanginya sampai tiga kali). Cukuplah sesorang dikatakan jelek apabila dia merendahkan saudaranya yang muslim. Darah, harta, kehormatan setiap muslim adalah haram bagi muslim lain.”  (H.R Muslim)
            Dalam bermasyarakat kita juga harus memperhatikan etika sehingga kita tidak merugikan orang lain secara psikologis. Hal seperti ini juga dicontohlan dalam hadits: Dari Ibnu Umar ra dan dua orang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Janganlah seseorang menyuruh orang lain untuk beranjak dari tempat duduknya kemudian ia menduduki tempat tersebut, akan tetapi berlapang-lapanglah dalam bermajlis. Secara konseptual, hadits ini menunjukkan bagaimana etika seseorang -yang meskipun mungkin dia terhormat- tidak boleh sembarangan merugikan orang lain dengan cara apapun. Sebaliknya Islam mengkonsep bahwa sebagai manusia yang baik selayaknya peduli terhadap orang lain sehinggga keberadaannya memberikan manfaat bagi orang lain. Disebutkan dalam hadits dari jabir ibnu Abdullah ra berkata: Terdapat beberapa kelebihan tanah milik seseorang dari kami, maka para sahabat berkata: kamu menyewakannya pertigaan, perempatan, dan paroan. Rasulullah saw berkata: “barang siapa yang memiliki tanah, tanamilah atau hadiahkanlah (kelebihan tanahnya) kepada saudaranya jika ia tidak menghendakinya, maka peganglah tanahnya.” (HR. Bukhari). Selain ini terdapat juga hadits lain dari Abi Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Tidaklah dilarang seseorang mengambil kelebihan air yang dimiliki saudaranya, tentu pula tidak dilarang rerumputannya. (HR. Bukhari)  
Dari kajian ini kita dapat menarik kesimpulan betapa Islam sangat mengatur konsep muamalah yang dimaksudkan agar terwujud masyarakat yang aman, tenteram, nyaman serta kondusif. Semoga kita mampu menjadi warga masyarakat yang baik dan bermanfaat bagi orang lain sesuai tuntunan Islam. Aamiin

KEADAAN RASULULLAH SAW



      Edisi  15 th V : 11 April 2014 M / 11 Jumadil Akhir 1435 H
KEADAAN RASULULLAH SAW
Penulis: ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Allah swt adalah tempat segala puji karena Dia-lah kesempurnaan yang tiada terkira. Allah Maha Suci serta Berkuasa atas segala sesuatu. Ketika ketentuan-Nya menunjuk Muhammad sebagai manusia terpilih untuk menyampaikan syariat agama samawi terakhir, maka kita harus tunduk patuh pada apa yang telah menjadi ketetapan Allah tersebut. Karena itulah shalawat dan salam senantiasa kita sanjungkan pada Nabi Muhammad saw sebagai manusia ciptaan Allah yang paling sempurna di antara manusia-manusia lain. Semoga dengan senantiasa bershalawat ini, pada akhirnya kita dapat semakin merapat dan mendapat legitimasi sebagai umat beliau yang mendapat syafaat pada hari di mana Allah menunjukkan kuasanya dengan menghapus segala kekuatan manusia dan hanya memberikan kesempatan pada Nabi Muhammad saw saja untuk menolong siapa-siapa yang dikehendaki melalui syafaat.
Nabi Muhammad saw sangat popular di kalangan manusia sejak jaman dahulu sampai sekarang. Beliau terkenal karena banyak hal, salah satunya tentu karena kemuliaan akhlak. Hal ini terindikasikan dalam banyak riwayat. Salah satu hadits yang menunjukkan betapa mulianya akhlak Rasulullah saw adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang juga tercantum dalam kitab Riyadush-Shalihin menyatakan: “Dari Jabir berkata: Rasulullah saw tidak pernah sekalipun mengucapkan kata “tidak” untuk menolak permintaan orang.” Hal ini menunjuk kan betapa mulianya akhlak beliau. Selain itu, beliau senantiasa tersenyum dan berwajah cerah. Adapun ciri-ciri fisik beliau memang tidak terlalu diekspos seperti akhlak beliau. Namun tetap ada juga yang riwayat yang menggambarkannya. 

As-Sayyid Al-Allamah Muhammad bin Alawi Al-Maliki ahli hadist yang hapal 100 ribu hadist dan juga cucu dari Rasulullah saw. sendiri menceritakan beberapa ciri fisik Rasulullah saw.
Tubuh Rasulullah saw tidak tinggi, juga tidak pendek. Hal ini sesuai dengan hadits yang berasal dari al-Barra bin Azib yang berkata: "Rasulullah adalah orang yang paling tampan wajahnya, sosoknya paling sempurna, beliau tidaklah tinggi menjulang dan tidaklah pendek." (HR Bukhari). Warna kulitnya tidak terlalu putih dan tidak terlalu coklat. Juga rambutnya, tidak terlalu keriting dan tidak pula sangat lurus. Ketika wafat, pada kepala beliau hanya terdapat dua puluh helai uban. Tubuh beliau amat baik, berdada lebar hingga dua belah pundaknya tampak agak berjauhan. Rambut beliau kadang-kadang dibiarkan panjang hingga menyentuh pundak, kadang dipotong pendek hingga hanya sampai pada bagian bawah telinga. Beliau berjanggut lebat. Dua tapak tangan dan jari-jarinya berkulit tebal. Sebagaimana hadits yang juga berasal dari al-Barra bin Azib yang menggambarkan: "Tinggi badan Rasulullah sedang-sedang saja, berdada bidang dan panjang rambutnya mencapai daun telinganya. Suatu saat aku pernah melihat beliau mengenakan jubah merah, tidak ada yang lebih tampan dari wajah beliau." (HR Bukhari)
Kepala dan tulang lehernya besar dan kuat. Bentuk wajahnya agak bulat. Beliau bermata lebar dengan bagian tengah berwarna hitam pekat serta bulu mata yang panjang lentik. Penghujung matanya (saluran air mata) Nampak berwarna kemerah-merahan. Di bagian tengah dada, dari atas memanjang kebawah hingga pusar banyak tumbuh rambut halus bagaikan lembaran memanjang. Beliau berjalan kuat-kuat sampai membongkok sedikit seolah-olah sedang berjalan menurun. Wajah beliau bersinar berseri-seri dan cerah bagaikan bulan purnama.
Suara beliau nyaring terdengar, dua belah pipinya rata pada permukaan wajah dan bagian rahangnya tampak kokoh. Rata pada bagian dada dan perut. Dari bagian bawah bahu hingga lengan kedua tangannya tumbuh rambut halus, demikian juga pada bagian atas dada. Dua pergelangantangan beliau tampak kuat dan agak panjang. Dua tapak tangannya besar dan lebar, tidak terlalu padat dengan daging. Pada bagian bawah bahu belakang sebelah kiri terdapat khatam an-nubuwwah (stempel kenabian) tampak seperti bulatan telur merpati. Diriwayatkan dari al-Ja’ad bin ‘Abdur Rahman ra, berkata: Aku mendengar as-Saib bin Yazid berkata; “Aku dan bibiku pergi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu bibi berkata kepada beliau; “Ya Rasulullah, keponakanku sakit.” Maka beliau mengusap kepalaku, kemudian beliau mendoakan keberkahan bagiku. Sesudah itu beliau berwudlu lalu kuminum sisa air wudlunya. Kemudian aku berdiri di belakang beliau. Aku melihat cap kenabian beliau terletak antara kedua bahu kira-kira sebesar telor burung.” (HR Muslim)

Apabila beliau sedang berjalan agak cepat, tanah yang diinjak seolah-olah bergulung-gulung di depannya. Langkah kakinya sama sekali tidak dipaksa-paksakan. Beliau menutupi kepalamya, dan menanggalkan tutup kepalanya sewaktu-waktu membiarkan rambut terurai dan menyisir janggutnya.Diriwayatkan dari Anas r.a, beliau pernah melihat: “Nabi saw menutup kepalanya dengan kain biasa yang bercorak-corak warnanya.” (HR Bukhari). Beliau memakai celak yang terbuat dari itsmid setiap malam, dengan mengusapkannya pada tiap kelopak mata tiga kali sebelum tidur.
Pakaian yang beliau sukai adalah gamis berwarna putih dan habrah (jenis pakaian terbuat dari bulu berwarna agak kemerah-merahan). Lengan gamis beliau memanjang hingga pergelangan tangan. Pada saat-saat badan letih, beliau memakai pakaian longgar berwarna merah tua (agak coklat), izar (semacam sarung) dan rida (kain penutup punggung). Adakalanya beliau memakai pakaian rangkap berwarna seperti warnah tanah (afar). Kadang-kadang beliau memakai jubah agak sempit dengan lengan panjang, dan kadang-kadang juga memakai gaba (semacam gamis berlengan melebihi panjang tangan hingga ujungnya dapat dimasukkan ke dalam gamis). Ada kalanya juga beliau memakai imamah (sorban) berwarna hitam dan menyampirkan kedua ujungnya di atas bahu beliau. Kadang-kadang beliau suka memakai kisa (semacam kain selimut atau kain panas) terbuat dari bulu. Beliau memakai cincin khauf (semacam sepatu terbuat dari kain tebal) dan terompah (na’l). (Diambil dari Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad saw,  Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas Al-Maliki Al-Hasani, hal. 27, ada pun hadits-hadits yang dimuat di atas sengaja ditambahkan oleh penulis sebagai penguat)
Semoga dengan kita mengetahui ciri fisik Rasulullah saw kita semakin mengenali dan mencintai beliau, sehingga kita bertambah semangat dalam meneladani segala perbuatan beliau serta mendapatkan syafaat beliau kelak di hari kiamat. Amin

***