Edisi 13 th V : 28 Maret 2014 M / 26 Jumadil Ula
1435 H
HUSNUDZDZAN
Penulis: ust. Marsudi (TPQ ad-Darajaat, Mayak)
Puji syukur pada
Allah yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 78: “Dan
Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan
hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” Kemudian shalawat salam semoga
tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah penyelamat bagi
segenap umat manusia sampai akhir jaman.
Sebagaimana kutipan
ayat ke 78 dari surat al-Mu’minun tersebut di atas, sesungguhnya kita ini
sering kali kurang mampu menyadari betapa Allah telah menunjukkan sifat rahman
rahim-Nya. Terkadang tanpa kita sadari kita mengeluhkan beban yang kita
tanggung di pundak ataupun beratnya cobaan yang menimpa kita. Terkadang tanpa
kita sadari, pikiran kita terasuki oleh adanya prasangka yang tidak baik atau negative
thinking terhadap semua itu. Dan terlontarlah keluh kesah kita yang
menyalahkan nasib yang terasa buruk dan serba sial. Pada point inilah kita
perlu muhasabah atau menghitung-hitung diri sendiri dengan menggunakan
pendengaran, penglihatan dan juga perasaan (hati). Apakah layak kita
menyalahkan “nasib” yang notabene mutlak wewenang Allah? Sudah seberapa kuat ikhtiyar
yang kita lakukan agar dapat memunculkan hasil terbaik melalui wewenang Allah?
Benarkah kita layak berkeluh kesah dan berprasangka jelek atas kehendak Allah?
Para ahli
psikologi manapun pasti akan memberikan motivasi tentang positif thinking
atau berbaik sangka atau dalam bahasa agama disebut husnudzdzan. Dalam
keadaan apapun, baik bahagia maupun menderita, husnudzdzan ini sangat
urgen untuk menghadapi masalah. Husnudzdzan yang paling mendasar adalah
pada Allah.
Salah satu
hadits qudsi menyebutkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Allah swt
berfirman
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ
إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي
فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ
بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا
تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Adapun husnudzdzan pada sesama manusia juga sangat urgen dalam kehidupan bermasyarakat. Namun karena masyarakat di manapun berada selalu bersifat majemuk, dalam arti terdiri dari individu-individu yang berlainan sifat dan sikapnya, maka diperlukan adanya kehati-hatian kita dalam penerapan husnudzdzan ini. Kita dapat mengambil pelajaran dari al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 6: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu me
nyesal
atas perbuatanmu itu.” Kemudian
juga pelajaran dari hadits yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut: Abi
Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Janganlah
kamu banyak berprasangka. Sebab prasangka adalah sejelek-jelek pembicaraan.
Janganlah kamu saling mencampuri urusan orang lain serta jangan saling meneliti
kesalahan orang Iain. Janganlah saling berlomba dalam kebanggaan, janganlah
saling dengki mendengki, janganlah saling benci membenci, serta jangan kamu
saling jauh menjauhi. Jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersatu serta
bersaudara antara satu dengan yang lain." (HR. Muslim). Dalam
konsep ini, kita dapat mengambil pelajaran bagaimana cara ber husnudzdzan
terhadap orang yang kurang dipercaya, atau orang yang tidak begitu kita kenal
karakternya yaitu dengan meneliti maupun menelaah terlebih dahulu apapun yang
dia sampaikan. Hal ini sebagai langkah kehati-hatian agar kita tidak terjerumus
dalam kesalahpahaman ataupun dalam kecerobohan yang dapat mengakibatkan hal-hal
lain yang membuat kita menyesal. Adapun terhadap orang-orang yang kita kenal
baik, maka selayaknya kita senantiasa berhusnudzdzan dan jangan banyak
prasangka jelek. Jika kita berprasangka jelek dan membuat kita salah langkah
dalam bersosialisasi dengan mereka, maka hal tersebut bisa menyebabkan retaknya
hubungan baik yang telah terjalin. Jika ini terjadi, tentu kita sendirilah yang
rugi.
Rangkaian tulisan tentang husnudzdzan ini dapat kita
sinkronkan dengan hadits berikut ini: Jabir ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah
bersabda: "Sesungguhnya di antara kamu sekalian yang sangat aku
cintai serta sangat dekat kepadaku besuk di hari kiamat adalah orang yang
paling baik budi pekertinya." (HR. Tirmidzi). Akhirnya semoga kita
semua diberi hidayah oleh Allah swt agar menjadi manusia yang baik budi pekerti
yang mampu hablum min Allah maupun hablum minan nas dengan
senantiasa berhusnudzdzan atau positive thinking. Dengan demikian semoga
kita dapat meraih kebahagiaan di dunia dan juga kebahagiaan di akhirat. Aamiin …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar