Edisi 27 th V : 4 Juli 2014 M / 6
Ramadhan 1435 H
SEDEKAH
Penulis: ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji
hanyalah bagi Allah swt yang telah menyediakan bulan Ramadhan khusus bagi umat
nabi Muhammad saw untuk mensucikan hati dan jiwanya serta memperoleh kesempatan
mendapatkan Laylatul Qadr. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah pada
Nabi Muhammad saw sebagai manusia yang sempurna ketakwaannya sehingga kita harus
menjadikan beliau sebagi suri tauladan.
Manusia adalah
makhluk sosial yang tak mampu hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan orang
lain. Manusia hidup dalam kumpulan manusia lain yang disebut masyarakat. Dari
pemahaman ini, kita dapat membuat sebuah rumusan bahwa alangkah indahnya
kehidupan bermasyarakat apabila antar sesama saling membantu dan hidup dengan
rukun. Saling membantu dalam hal sumbangan pemikiran, tenaga maupun finansial
(keuangan). Dalam Islam sangat dianjurkan untuk peduli terhadap sesama, orang
yang kaya membantu kepada orang yang kekurangan. Sebaliknya kita dilarang
serakah, monopoli, menguasai harta benda dan tidak mempedulikan sesama.
Harta yang kita
miliki hakikatnya adalah titipan dari Allah swt. Pemilik yang sebenarnya adalah
Allah swt. Harta yang dititipkan kepada kita di dalamnya ada hak fakir miskin
dan orang yang kekurangan. Harta yang dititipkan kepada kita kelak di hari
kiamat akan dihisab dengan 2 pertanyaan, 1) dari mana harta itu diperoleh?
Apakah dengan cara yang halal ataukah dengan cara yang tidak halal? 2)
bagaimana harta yang diperoleh itu ditasarufkan? Apakah ditasarufkan untuk
jalan Allah atau justru ditasarufkan untuk kedurhakaan pada Allah swt. Di
sinilah kita dituntut mempertanggungjawabkan semua harta yang kita nikmati ini.
Islam sangat menganjurkan pada kita untuk bersedekah, dan sedekah
tersebut dijanjikan balasan pahala yang berlipatganda sebagaimana firman Allah
swt dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 261: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui.” Demikianlah janji Allah swt apabila kita benar-benar
ikhlas, maka kita akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda sebanyak 700 kali
lipat. Ini merupakan bentuk “perdagangan” yang luar biasa, dimana dengan modal
sedikit akan menghasilkan laba yang begitu banyak.
Dalam konsep ini, ikhlas merupakan kunci
mutlak atas diterimanya amal sedekah sebagaimana kelanjutan ayat di atas dan
menjadi persyaratan pengamalan ayat 261 yaitu surat
al-Baqarah ayat 262: "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati." Ayat ini
disinkronkan lagi dengan ayat ke 264 yang artinya: "Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
Dalam tinjauan ilmu balaghah, ayat ini masuk kategori tasybih
dimana ada penyamaan dua hal dalam keindahan kata. Hilangnya pahala sedekah
disamakan dengan hilangnya tanah di atas batu licin yang diguyur hujan lebat
sehingga “pahala” tidak tersisa sama sekali.
Keikhlasan bisa didefinisikan dengan makna yang cukup dalam yakni apabila kita mengeluarkan harta dalam
kondisi yang sehat dan kondisi pelit, serta mengharap kaya. sebagaimana hadits
nabi Muhammad saw: Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Shodaqoh
yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi saw menjawab, “Saat kamu bershodaqoh
hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut
melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di
tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR.
Bukhari). Hal ini berarti kita tidak boleh menunda-nunda sedekah yang akan kita
keluarkan. Sedekah walaupun sedikit
apabila didasari
dengan keikhlasan akan membawa manfaat yang sangat besar. Bisa jadi sedekah
yang kita anggap kecil menjadi penyebab kita selamat dari api neraka.
Sebagaimana keterangan dalam hadits nabi sebagai berikut: “Jauhkan dirimu
dari api neraka walaupun hanya dengan (shodaqoh) sebutir kurma.” (Mutafaq’alaih).
Kemudian
juga perlu kita ketahui bahwa sedekah tidaklah terbatas pada sesama manusia
saja. Sedekah juga bisa kepada hewan. Dalam hal ini hendaknya kita memberikan
apa yang kita miliki demi kemanfaatan hewan tersebut. Diriwayatkan dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ketika seorang laki-laki sedang
berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan
minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan
lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini
kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya
dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah
berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang? ” Beliau menjawab,
“Pada setiap hati yang basah terhadap pahala.” Demikianlah pahala yang
besar apabila kita mau bersedekah diiringi keikhlasan, meskipun sedekah kita
itu hanya kepada hewan. Jika kepada hewan saja sudah sebegitu besar pahala, maka
bisa dibayangkan berapa besarnya pahalanya apabila sedekah kita kepada manusia
yang mampu berdoa kepada Allah swt. Pahala besar akan diterima, lebih-lebih
apabila kita bersedekah di bulan Ramadhan bulan yang penuh berkah di mana
setiap ibadah sunah diganjar sebagaimana ibadah wajib dan ibadah wajib
dilipatgandakan sebanyak 70 kali lipatan.
Marilah
kita memperbanyak sedekah pada bulan Ramadhan ini, dengan ikhlas pengharapan
hanya ridha Allah saja. Insya Allah hal tersebut akan mampu membentuk pribadi
kita menjadi pribadi yang penuh rasa kasih serta sayang. Jika hal itu terwujud,
kita akan termasuk dalam kategori orang yang shalih dalam perpesktif sosial.
Selamat menunaikan ibadah puasa dan selamat bersedekah. Aamiin…
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar