buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Kamis, 10 Juli 2014

SEDEKAH



      Edisi 27 th V : 4 Juli 2014 M / 6 Ramadhan 1435 H
SEDEKAH
Penulis: ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah menyediakan bulan Ramadhan khusus bagi umat nabi Muhammad saw untuk mensucikan hati dan jiwanya serta memperoleh kesempatan mendapatkan Laylatul Qadr. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw sebagai manusia yang sempurna ketakwaannya sehingga kita harus menjadikan beliau sebagi suri tauladan.
Manusia adalah makhluk sosial yang tak mampu hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan orang lain. Manusia hidup dalam kumpulan manusia lain yang disebut masyarakat. Dari pemahaman ini, kita dapat membuat sebuah rumusan bahwa alangkah indahnya kehidupan bermasyarakat apabila antar sesama saling membantu dan hidup dengan rukun. Saling membantu dalam hal sumbangan pemikiran, tenaga maupun finansial (keuangan). Dalam Islam sangat dianjurkan untuk peduli terhadap sesama, orang yang kaya membantu kepada orang yang kekurangan. Sebaliknya kita dilarang serakah, monopoli, menguasai harta benda dan tidak mempedulikan sesama.
Harta yang kita miliki hakikatnya adalah titipan dari Allah swt. Pemilik yang sebenarnya adalah Allah swt. Harta yang dititipkan kepada kita di dalamnya ada hak fakir miskin dan orang yang kekurangan. Harta yang dititipkan kepada kita kelak di hari kiamat akan dihisab dengan 2 pertanyaan, 1) dari mana harta itu diperoleh? Apakah dengan cara yang halal ataukah dengan cara yang tidak halal? 2) bagaimana harta yang diperoleh itu ditasarufkan? Apakah ditasarufkan untuk jalan Allah atau justru ditasarufkan untuk kedurhakaan pada Allah swt. Di sinilah kita dituntut mempertanggungjawabkan semua harta yang kita nikmati ini.

Islam sangat menganjurkan pada kita untuk bersedekah, dan sedekah tersebut dijanjikan balasan pahala yang berlipatganda sebagaimana firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 261: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” Demikianlah janji Allah swt apabila kita benar-benar ikhlas, maka kita akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda sebanyak 700 kali lipat. Ini merupakan bentuk “perdagangan” yang luar biasa, dimana dengan modal sedikit akan menghasilkan laba yang begitu banyak.
Dalam konsep ini, ikhlas merupakan kunci mutlak atas diterimanya amal sedekah sebagaimana kelanjutan ayat di atas dan menjadi persyaratan pengamalan ayat 261 yaitu surat al-Baqarah ayat 262: "Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." Ayat ini disinkronkan lagi dengan ayat ke 264 yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." Dalam tinjauan ilmu balaghah, ayat ini masuk kategori tasybih dimana ada penyamaan dua hal dalam keindahan kata. Hilangnya pahala sedekah disamakan dengan hilangnya tanah di atas batu licin yang diguyur hujan lebat sehingga “pahala” tidak tersisa sama sekali.
Keikhlasan bisa didefinisikan dengan makna yang cukup dalam  yakni apabila kita mengeluarkan harta dalam kondisi yang sehat dan kondisi pelit, serta mengharap kaya. sebagaimana hadits nabi Muhammad saw: Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Shodaqoh yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi saw menjawab, “Saat kamu bershodaqoh hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR. Bukhari). Hal ini berarti kita tidak boleh menunda-nunda sedekah yang akan kita keluarkan. Sedekah walaupun sedikit

apabila didasari dengan keikhlasan akan membawa manfaat yang sangat besar. Bisa jadi sedekah yang kita anggap kecil menjadi penyebab kita selamat dari api neraka. Sebagaimana keterangan dalam hadits nabi sebagai berikut: Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (shodaqoh) sebutir kurma. (Mutafaq’alaih).
Kemudian juga perlu kita ketahui bahwa sedekah tidaklah terbatas pada sesama manusia saja. Sedekah juga bisa kepada hewan. Dalam hal ini hendaknya kita memberikan apa yang kita miliki demi kemanfaatan hewan tersebut. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang? ” Beliau menjawab, “Pada setiap hati yang basah terhadap pahala.” Demikianlah pahala yang besar apabila kita mau bersedekah diiringi keikhlasan, meskipun sedekah kita itu hanya kepada hewan. Jika kepada hewan saja sudah sebegitu besar pahala, maka bisa dibayangkan berapa besarnya pahalanya apabila sedekah kita kepada manusia yang mampu berdoa kepada Allah swt. Pahala besar akan diterima, lebih-lebih apabila kita bersedekah di bulan Ramadhan bulan yang penuh berkah di mana setiap ibadah sunah diganjar sebagaimana ibadah wajib dan ibadah wajib dilipatgandakan sebanyak 70 kali lipatan.
Marilah kita memperbanyak sedekah pada bulan Ramadhan ini, dengan ikhlas pengharapan hanya ridha Allah saja. Insya Allah hal tersebut akan mampu membentuk pribadi kita menjadi pribadi yang penuh rasa kasih serta sayang. Jika hal itu terwujud, kita akan termasuk dalam kategori orang yang shalih dalam perpesktif sosial. Selamat menunaikan ibadah puasa dan selamat bersedekah. Aamiin…
*********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar