Edisi 26 th V : 27 juni 2014 M / 29
Sya’ban 1435 H
PUASA DAN HIKMAH
Penulis: ust. Marsudi (TPQ ad-Darajaat, Mayak)
Segala puji
hanyalah bagi Allah swt yang telah menyediakan bulan Ramadhan khusus bagi umat
nabi Muhammad saw untuk mensucikan hati dan jiwanya serta memperoleh kesempatan
mendapatkan Laylatul Qadr. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah pada
Nabi Muhammad saw sebagai manusia yang sempurna ketakwaannya sehingga kita harus
menjadikan beliau sebagi suri tauladan.
Kita tentu
selalu mendengar ayat ke 183 dari surat al-Baqarah dibacakan pada bulan
Ramadhan: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” Beberapa
hikmah puasa secara kejiwaan adalah puasa membiasakan kesabaran, menguatkan
kemauan, mengajari dan membantu bagaimana menguasai diri, serta mewujudkan dan
membentuk ketaqwaan yang kokoh dalam diri. Dari kajian psikologi, hal tersebut
bisa dikaji dalam psikologi sosial.
Gustave Le Bon, seorang ahli psikologi menemukan teori psikologi massa. Yang dimaksud
dengan “massa” atau “crowd” adalah
kumpulan yang terdiri dari banyak orang yang mengadakan hubungan untuk
sementara waktu karena minat atau kepentingan yang sementara pula. Pada kasus
ini, jiwa individu akan melebur ke dalam jiwa massa dan bisa berubah dari jiwa
aslinya. Jika dikaji dari teori psikologi massa, maka puasa melahirkan
rasa kebersamaan di antara sesama kaum muslimin, sebuah rasa bahwa mereka
adalah umat yang sama, makan di waktu yang sama dan tidak makan di waktu yang
sama pula. Jiwa dan konsep kesehariannya melebur menjadi sesuatu yang baru yang
tidak terdapat dalam keseharian sebelumnya. Orang
kaya menjadi sadar
betapa melimpah nikmat Allah atas dirinya. Jika sebelumnya orang kaya
senantiasa berkecukupan dan bisa makan apa saja di setiap waktu, sementara pada
saat yang sama banyak orang-orang miskin yang masih saja kesulitan mencari
makan. Maka pada saat puasa Ramadhan, orang kaya pun akan merasakan hal yang
sama dengan orang miskin. Dengan terhalangnya dia dari menikmati makanan pada
saat-saat tertentu serta rasa berat yang ia hadapi karenanya, maka akan mengingatkannya
kepada orang-orang yang sama sekali tak dapat menikmati seperti apa yang
dirasakannya. Ini akan mengharuskannya mensyukuri nikmat Allah atas dirinya
berupa serba kecukupan, juga akan menjadikannya berbelas kasih kepada
saudaranya yang memerlukan, dan mendorongnya untuk membantu mereka.
Hikmah puasa juga merambah kehidupan psikososial bagi pelakunya.
Dalam bulan Ramadhan terjadi peningkatan komunikasi baik dengan Allah maupun
dengan sesama manusia. Kondisi psikologis individu akan membaik seiring semakin
intensifnya komunikasi dengan Allah. Setiap doa dan ibadah akan bernilai pahala
lipat ganda dibandingkan bulan lainnya.
Hal ini akan menjadi sugesti yang kuat bagi individu untuk menstimulus
dirinya sendiri dalam rangka memperbaiki kualitas maupun kuantitas ibadah.
Bertambahnya kualitas dan kuantitas ibadah di bulan Ramadhan juga akan
meningkatkan komunikasi sosial dengan sesama manusia baik keluarga, saudara
maupun tetangga. Interaksi sosial yang intens ini tentu akan menjadikan suasana
nyaman dalam bermasyarakat. Jika sebelum Ramadhan, antar anggota masyarakat
jarang bertemu langsung, maka di setiap malam bulan Ramadhan mereka dapat
langsung interaksi bertemu di masjid atau mushala untuk shalat tarawih bersama.
Ini menimbulkan efek positif dalam kehidupan sosial guna menciptakan stabilitas
di lingkungan masyarakat.
Jika kondisi psikis masyarakat sudah bagus, tentu akan berdampak
juga bagi kondisi psikis individu sebagai anggota masyarakat. Keadaan psikologis
yang tenang serta teduh saat bulan Ramadhan ternyata dapat menurunkan
adrenalin. Seperti kita ketahui bahwa puasa adalah menahan segala nafsu amarah,
kebencian, iri hati dan sejenisnya. Dalam kajian kesehatan, jika seseorang
dalam keadaan marah, maka terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30
kali lipat. Adrenalin tersebut akan memperkecil kontraksi otot empedu,
menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner,
meningkatkan tekanan darah reterial dan menambah pemompaan volume darah ke
jantung dan juga menambah ritme jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah
pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal
tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung
dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya. Oleh karena itu, dengan
berpuasa di bulan Ramadhan, berbagai macam penyakit tersebut dapat
diminimalisir. Selain itu, dengan berpuasa ternyata juga bisa
membersihkan
usus-usus, memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan tubuh dari sisa-sisa dan
endapan makanan, mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut. Penghentian
konsumsi air selama puasa sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam
ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000 sampai
12.000 ml osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan memberi
perlindungan terhadap fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat
meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini memacu kinerja mekanisme lokal
pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya
memacu fungsi dan kerja sel darah merah. Penelitian kesehatan dalam ranah endokrinologi
menunjukkan bahwa pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban
dalam asimilasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran
hormon sistem pencernaan dan insulin dalam jumlah besar. Penurunan berbagai
hormon tersebut merupakan salah satu rahasia hidup jangka panjang. Subhanallah
…
Hikmah puasa yang lain dalam rangka pengekangan hawa nafsu adalah
kita akan terbiasa mengosongkan hati hanya untuk berfikir dan berdzikir. Secara
umum, jika kita sedang tidak berpuasa, berbagai nafsu bisa setiap saat muncul.
Salah satu misal adalah nafsu makan. Kita bebas melampiaskan nafsu makan saat
kita tidak sedang berpuasa. Hal seperti ini sering kali membuat terlena. Berbeda
halnya jika perut kosong dari makanan dan minuman, akan menyebabkan hati
bercahaya dan lunak, kekerasan hati sirna, untuk kemudian semata-mata
dimanfaatkan untuk berdzikir dan berfikir tentang segala karunia Allah.
Dilihat dari artikel kecil yang disunting dari berbagai media
ini, tentunya kita akan berpikir ulang jutaan kali jika menyepelekan perihal
puasa. Sungguh, tidaklah ada yang sia-sia dalam syariat Islam. Jika dikaji dari
perspektif ilmu apapun, pastilah tetap ada sisi hikmahnya. Inilah salah satu
pembuktian bahwa Islam adalah agama yang haq, yang tiada keraguan di
dalamnya. Semoga kita senantiasa diberi ridha dan limpahan rahmat dari Allah
agar dapat senantiasa memperbaiki diri dalam hal beragama. Aamiin…
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar