buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Sabtu, 13 April 2013

MENGAPA ADA PERBEDAAN DALAM FIQIH?





Bulletin
TELAGA JIWA
Susunan Redaksi:
Pembina:
MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo.
Penanggung Jawab: Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo.  
Manager:
Mahfud
Redaktur:
Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif NH.
Editor:   
Marsudi
Keuangan:
Herul Sabana
Alamat Redaksi:
Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo.
Contact Persons: 087751884909, 085233977218 dan 085235666984
Website:
Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9)
group facebook:
TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo


Edisi  01 th IV :  5 April 2013 M / 24 Jumadil Awal 1434 H

MENGAPA ADA PERBEDAAN DALAM FIQH?
penulis: Ust. Marsudi (TPQ ad-Darajaat, Mayak)
Segala puji hanyalah bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melim-pahkan karunianya kepada seluruh makhluk penghuni alam semesta ini. Kemudian shalawat salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad saw yang telah menjadi sinar terang bagi seluruh alam ini.
Dalam salah satu hasitsnya yang diriwayatkan oleh at-Thobroni, Rasulullah saw pernah menyatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang selamat yaitu yang mengikuti beliau dan sahabat-sahabat. Di kemudian hari golongan ini dikenal dengan nama sunni atau ahlus sunnah wal jama’ah . Di kalangan sunni sendiri ternyata terjadi adanya perbedaan pendapat dalam beberapa cabang ilmu fiqih. Kita mengenal adanya empat madzab: Hambali, Maliki, Syafi’i, dan Hanafi. Keempatnya memiliki beberapa perbedaan dalam fiqih amaliyah. Tapi yang menyebabkan mereka tidak bertentangan satu dengan lainnya meskipun berbeda adalah karena mereka sama pandangannya dalam memahami Tauhid.
            Satu hal yang patut dan seharusnya menjadi bahan renungan yang selanjutkan harus kita amalkan adalah bahwasanya empat imam madzab sunni tidak pernah mengklaim bahwa diri merekalah yang paling benar, sedang yang lain sesat. Imam Maliki pernah ditawari oleh khalifah untuk menyatukan umat Islam dengan berpegang pada kitab al-Muwatha’nya, tapi beliau menolak karena menghargai pendapat hasil ijtihad ulama’ yang lain. Imam Syafi’i juga pernah berkata bahwa dia adalah manusia biasa yang mungkin saja hasil ijtihadnya salah, maka pendapatnya boleh diikuti dan boleh ditinggalkan untuk mengikuti yang lain. Demikian juga dengan Imam Hambali dan Imam Hanafi, mereka tidak pernah mengklaim sebagai yang paling benar. Perbedaan yang terjadi hanyalah pada masalah cabang fiqihnya semisal bacaan iftitah dalam sholat, bacaan qunut dsb.

Perbedaan tersebut bisa jadi karena perbedaan pendapat dalam menyika-pi hadits-hadits sebagai penjelas dari amaliyah Rasulullah saw. Sebagai mana kita ketahui bahwa hadits jumlahnya ada ribuan, lalu perawinya juga bukan cuma seorang saja. Ketika Rasulullah masih hidup, beliau memang melarang para sahabat untuk menuliskan hadits, karena dikhawatirkan akan bercampur dg al-Qur’an. Karena itulah hadits hanya dihafalkan saja secara turun temurun sampai tabi’it tabi’in. Maka ketika terjadi penulisan hadits, ada terjadi perbedaan hafalan maupun perbedaan kata dan juga perbedaan perawi (yang meriwayatkan hadits). Dalam satu masalah yang sama, Bukhari dan Muslim pun bisa berbeda redaksi kata ketika menyam-paikan hadits, belum lagi dengan yang lain semisal Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Bayhaqi, Daruquthni dan lain-lain. Salah satu contoh misalnya ketika menyikapi masalah do’a qunut. Dalam hadits riwayat Bukhari disebutkan
قنت النبي صلى الله عليه وسلم شهرا يدعو على رعل وذكوان
Artinya: “Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan untuk mendo’akan kaum Ra’li dan Dzakwan.” (HR Bukhari)
Kemudian ada yang diriwayatkan Muslim sebagai berikut
... فكان ابو هريرة يقنت في الظهر والعشاء الاخرة وصلاة الصبح ويدعو للمؤمنين ويلعن الكفار
Artinya: “…maka Abu Hurairah membaca qunut pada dzuhur, ‘isyak pada akhir malam, dan pada sholat subuh untuk mendo’akan orang-orang mukmin dan mengutuk orang-orang kafir.”  (HR Muslim)
Kemudian dalam riwayat Bayhaqi berbunyi
انّ النبي صلى الله عليه وسلم قنت شهرا يدعو على قاتلى اصحابه ببئر معونة ثم ترك فأماالصبح فلم يزل يقنت حتى فارق الدنيا
Artinya: “Sesungguhnya Nabi saw membaca qunut selama satu bulan un-tuk mengutuk para pembunuh sahabat-sahabatnya di sumur ma’unah (yaitu kaum ra’li dan dzakwan) kemudian meninggalkan (qunut tersebut). Adapun dalam sholat subuh, beliau tetap membaca qunut sampai mening-gal dunia.”  (HR Bayhaqi)


Kemudian dalam riwayat Abu Dawud juga disebutkan
انّ النبي صلى الله عليه وسلم يقنت فى صلاة الصبح
Artinya:“Sesungguhnya Nabi saw membaca qunut pada sholat subuh.”  (HR Abu Dawud)
Sedangkan Ahmad meriwayatkan sebagai berikut
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقنت فى الفجر حتى فارق الدنيا
Artinya: “Dari Annas ibnu Malik berkata: Rasulullah SAW membaca qunut pada waktu fajar (sholat subuh) sampai meninggal dunia.” (HR Ahmad)
       Dari beberapa hadits di atas bisa diambil kesimpulan bahwa dalam satu masalah yaitu qunut saja terdapat bermacam-macam hadits dengan redaksi kata yang berbeda. Sedangkan para perawi yag meriwayatkan hadits tersebut bukanlah orang sembarangan yang mengarang kata-kata. Tapi mereka memang benar-benar ahli hadits dengan keilmuwan dan me-thode penelitian hadits yang telah mendapat pengakuan dari dunia Islam sejak jaman dulu hingga sekarang. Mungkin ada di antara kita yang menganggap bahwa hadits shahih hanyalah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Tapi tahukah kita, antara Bukhari dan Muslim pun tetap ada perbedaan pandangan dalam beberapa masalah. Mereka tetap pada keyakinan masing-masing dalam amaliyah ibadahnya.
Banyak diantara kita yang sebenarnya belum pernah tahu wujud asli kitab shahih Bukhari atau Muslim yang berisi ribuan hadits berikut penjelasannya. Kita ini sering kali tahunya hadits dari buku-buku yang sudah dibahasa Indonesiakan, dan itu pun haditsnya hanya sedikit saja. Alangkah arif dan bijaksananya kita, jika mau menerima perbedaan pandangan antara kita sendiri tanpa merasa sebagai yang paling benar. Mari kita jaga ukhuwah Islamiyah meski ada sedikit perbedaan antara kita, karena tujuan kita sebenarnya adalah sama. Semoga Allah swt meri-dloi langkah-langkah kita dalam menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam, agama yang cinta damai.
*********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar