Bulletin
TELAGA JIWA
Susunan Redaksi:
Pembina:
MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo.
Penanggung Jawab:
Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo.
Manager:
Mahfud
Redaktur:
Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif
NH.
Editor:
Marsudi
Keuangan:
Herul Sabana
Alamat Redaksi:
Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo.
Contact Persons: 085233977218 dan 085235666984
Website:
Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9)
group
facebook:
TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo
Edisi 06 th IV :
10 Mei 2013 M / 29 Jumadil Akhir 1434 H
IFTITAH
DAN BASMALAH
Penulis: Ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji hanya bagi Allah yang menjadi tujuan dalam
segala amal ibadah kita. Sesungguhnya shalat kita, ibadah kita, hidup kita
serta mati kita hanyalah bagi Allah semata. Kemudian shalawat salam semoga
tercurah pada nabi Muhammad saw yang telah menjadi pamungkasnya para rasul dan
nabi.
Mari kita membahas tentang shalat. Setelah takbiratul
ihram dilakukan dalam shalat kemudian meletakkan tangan kanan di atas kiri
di dada/atas pusar. Telah tetap perbuatan itu dari Nabi saw (lihat Kifayatul
Akhyar juz I hal: 115). Kemudian mem-baca
do’a iftitah atau tawajuh. Adapun hukum membaca do’a iftitah
ini adalah sunah. Telah terjadi perbedaan pendapat di antara ulama mengenai
bacaan do’a iftitah. Kita mengenal ada yang memakai kabiraw dan
ada yang memakai Allahumma ba’id baini. Ini hanyalah perbedaan furu’iyah
yang antara satu dengan yang lain harus saling menghargai. Adapun Ulama Syafi’iyah
lebih memilih kabiraw. Hal ini berdasarkan hadits sbb:
عَنْ سَيِّدِنَا عُمَرَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ وَالنَّاسُ
فِي الصَّلاَةِ فَقَالَ حِيْنَ وَصَلَ اِلَى الصَّفِّ : اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا
وَالْحَمْدُِللهِ كَثِيْرًا
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً. فَلَمَّا قَضَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم صَلاَتَهُ
قَالَ: مَنْ صَاحِبَ الْكَلِمَاتِ؟ قَالَ الرَّجُلُ: أَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ, وَاللهِ
مَا أَرَدْتُ بِهَا إِلاَّ الْخَيْرَ , قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ أَبْوَابَ السَّمَاءِ
فُتِحَتْ لَهُنَّ . قَالَ ابْنُ عُمَرَ: فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِِعْتُهُنَّ
(رواه مسلم)
Artinya: “Dari sayyidina ‘Umar
berkata: seorang laki-laki datang pada saat shalat jamaah dilaksanakan. Setelah
sampai di shaf, laki-laki itu berkata: “Allaahu akbar kabiraw wal hamdulillahi
katsira wa subhanallaahi bukrataw wa ashiila.” Setelah selesai shalat, Nabi saw
bertanya: siapa yang mengucapkan kalimat tadi? Laki-laki itu menjawab: saya ya
Rasulullah, demi Allah, saya hanya bermaksud baik dengan kalimat itu. Nabi saw bersabda:
aku telah melihat pintu-pintu langit terbuka menyambut kalimat itu. Lalu Ibnu
‘Umar berkata: aku belum pernah meninggalkannya (kalimat itu) sejak
mendengarnya.” (Shahih Muslim, Juz 1 hlmn
420 [150]).
Setelah
itu dilanjutkan dengan “inni wajjahtu…” adapun haditsnya sbb
عَنْ
عَلِيِّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ عَنْ رَسُوْلِ
اللهِ صلى الله عليه وسلم اَنَّهُ كَانَ اِذَا قَامَ اِلَى الصَّلاَةِ قَالَ وَجَّهْتُ
وَجْهِيَ ِللَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضَ حَنِيْفًا ......... اِلَى قَوْلِهِ
مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اَنْتَ الْمَلِكُ .... اِلَى اَخِرِهِ
Artinya: “Dari Ali bin Abi Thalib,
dari Rasulullah saw bahwa biasanya beliau bangkit untuk sembahyang, maka beliau
membaca: wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan …
sampai kata minal muslimiin.(lalu dilanjutkan) Allaahumma antal maliku … hingga
akhir” (Sunan Abi Dawud juz 1 halaman 260 [760], Sunan at-Tirmidzi
juz 5 halaman 485 [3421], Sunan ibn Majah juz 2 halaman 1043 [3121], Musnad
Imam Ahmad ibn Hanbal juz 1 halaman 102 [803]. Nah dari kedua hadits
inilah kemudian para ‘ulama salaf menggabungkannya hingga seperti yang sering
kita baca saat do’a iftitah. Adapun do’a iftitah itu memang
beragam macamnya, dan karena hukum membacanya adalah sunnah, maka kita boleh
memilih dari bacaan yang pernah dibaca Rasulullah saw dan diketahui para
sahabat lewat hadits-hadits shahih. Permasalahan perbedaan bacaan do’a iftitah,
sekiranya tidak ada ulama yang mempertentangkannya maka kita pun tak layak
mempermasalahkannya.
Kemudian mengenai bacaan basmalah dalam fatihah.
Barangkali anda pernah bermakmum pada imam yang ketika membaca fatihah
tidak dimulai dengan basmalah tapi langsung alhamdulillahi… Kenyataannya
banyak nahdliyin yang menanyakan hal ini, terutama tentang dasar hadistnya.
Tanpa bermaksud menggurui atau menjustifikasi permasalahan ini, berikut kami
analisis sedikit tentang hadist yang menyatakan demikian
عن انس رضي الله عنه ان النبي صلى
الله عليه وسلم وابا بكر وعمر كانوايفتتحون الصلاة بالحمد لله رب العا لمين (متفق عليه)
“Dari Anas ra: Sesungguhnya Nabi saw, Abu Bakar dan
‘Umar, memulai shalat dengan (membaca) alhamdulillahi rabbil ‘alamin” (mutafaq ‘alaih). Namun sebe-narnya ada penjelasan hadist ini
yang berasal dari ‘Aisyah ra bahwa yang dimaksud alhamdulillhi rabbil ‘alamin itu adalah surat fatihah. Sedangkan ayat pertama
dari fatihah adalah basmalah (bismillahir-rahmaanir-rahim). Maksud dari hadist di atas
bahwasanya setelah takbiratul ihram, maka
dimulailah membaca fatihah, dengan asumsi bacaan iftitah adalah sunnah.
Adapun
dalil yang menunjukkan bahwa ayat pertama dari surat fatihah ada-lah
bacaan basmalah tentu saja dari susunan ayat yang termaktub dalam mush-haf al-Qur’an. Selain itu ada juga dalil hadits penguatnya
عن ابى
هريره قال :قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اذاقرأتم الفاتحة فاقرأوابسم لله
الرحمن الرحيم فإنها احدى اياتها (رواه الدارقطنى)
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata telah
bersabda Rasulullah saw: Apabila kamu membaca fatihah maka bacalah Bismillahir-rahmanir-rahim, karena se-sungguhnya (basmalah) itu salah satu dari ayatnya.” (HR Ad-Daruquthni)
Dari hadist inilah diambil dasar hukum bahwa bacaan
basmalah adalah ayat pertama dari fatihah. Oleh karena membaca fatihah termasuk rukun shalat, maka membaca basmalah pun wajib hukumnya.
عن نعيم المجمر قال:
صليت وراء ابوهريرة رضي الله عنه فقرأ بسم لله الرحمن الرحم ثم قرأ بأم القرآن حتى
إذابلغ ولاالضآلين قال آمين, ويقول كلم سجد وإذا قام من الجلوس الله اكبر, ثم يقول
اذا سلم : والذى نفسى بيده انى لأشبهكم صلاة برسول الله صلى الله عليه وسلم
(رواه النساءى)
Artinya: “Dari Nu’aim al-Mujmir berkata: aku shalat di belakang Abu Hurairah ra maka dia membaca
bismillahir-rahmanir-rahim kemudian membaca ummul Qur’an sampai pada kalimat “waladzdzallin” kemudian membaca “amin” dan tiap kali bersujud serta bangkit dari duduk dia mengucap “Allahu akbar”. Kemu-dian setelah salam dia berkata: demi nyawaku yang di
tanganNya, sesungguhnya akulah yang paling sama shalatnya dengan Rasulullah saw dari pada kamu semua” (HR an-Nasa’i). Dalam kitab subulus salam
dijelaskan bahwa Nu’aim al-Mujmir adalah pelayan ‘Umar bin Khattab yang
bertugas membersihkan masjid Madinah tiap hari Jum’at. Sedangkan Abu Hurairah
adalah salah satu sahabat terdekat Rasulullah saw yang senantiasa
shalat bersama beliau sehingga apapun yang
dikerjakan dalam shalatnya tentu berdasarkan pelajaran
langsung.
Memang ada juga pendapat menyatakan bahwa membaca basmalah dengan suara pelan tapi alhamdulillahi
robbil ‘alamin... dikeraskan. Akan tetapi menurut Imam Syafi’i dalam kitab al-Um
juz I halaman 129 berpendapat bahwa lafadz Bismillahir-rahmanir-rahim adalah
salah satu dari tujuh ayat dalam surat Fatihah, maka membacanya selayaknya sekeras membaca ayat yang
lain dalam Fatihah. Jika ditinggalkan/tidak dibaca maka rakaat shalatnya dianggap tidak
cukup (sempurna).
Perlu diperhatikan bahwa dalam masyarakat,
kita sering menemukan banyak perbedaan yang terkadang membuat kita ragu-ragu
untuk menentukan pilihan mana yang benar. Ada baiknya jika kita ini bisa saling
menghormati pendapat sesama mu-slim, terutama yang berlainan madzab maupun
faham. Semoga dengan mengetahui dasar-dasar amaliyahnya, kita bisa semakin
mantap mengamalkannya dan semakin berhati-hati. Dan semoga amal ibadah
kita diridhai Allah swt… aamiin.
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar