Bulletin
TELAGA JIWA
Susunan Redaksi:
Pembina:
MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo.
Penanggung Jawab:
Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo.
Manager:
Mahfud
Redaktur:
Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif
NH.
Editor:
Marsudi
Keuangan:
Herul Sabana
Alamat Redaksi:
Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo.
Contact Persons: 087751884909 dan 085235666984
Website:
Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9)
group
facebook:
TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo
Edisi 05 th IV :
3 Mei 2013 M / 22 Jumadil Akhir 1434 H
KEAJAIBAN
SEDEKAH
Penulis: Ust. Eri Wahyu Hidayatullah (TPQ al-Ghozali, Cokromenggalan)
Puja dan puji hanyalah mutlak bagi Allah Yang Maha Kaya
dan Maha Pem-beri Rizki bagi makhluk, yang telah berfirman dalam al-Qur’an
surat al-Baqarah ayat 268: “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti)
kamu dengan kemiskinan dan me-nyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang
Allah menjadikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia, dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” Kemudian shalawat salam semoga
tetap tercurah pada nabi Muham-mad saw yang telah memberikan contoh yang
sempurna dalam menyedekahkan har-tanya untuk orang yang lebih membutuhkan serta
membelanjakan hartanya demi per-juangan penegakan agama islam.
Dalam
salah satu hadits diceritakan bahwa “Sahabat Abi Hurairah ra
berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Tidak ada satu hari pun yang
dijelang umat manusia,
kecuali setiap pagi ada dua malaikat yang turun. Salah satu dari malaikat itu
berkata: "Ya Allah, berilah ganti yang berlipat ganda kepada orang yang
telah menyedekahkan hartanya." Sedang yang satu lagi berkata: "Ya Allah,
hancurkanlah harta orang yang tidak mau bersedekah (pada hari ini)." (HR. Bukhari dan Muslim). Sedekah
bukanlah amalan biasa melainkan salah satu amalan yang memiliki banyak keajaiban
yang terkadang membuat hitung-hitungan logika manusia tercengang. Bagi kita dalam
konsep matematika 10 + 10 = 20. Hal ini tidaklah berlaku dalam konsep sedekah,
karena pada konsep sedekah 10 + 10 = 100. Inilah keajaiban-keajaiban yang
diberikan Allah swt kepada hamba-Nya yang mau melakukan amalan mulia tersebut.
Kenapa ibadah sedekah memiliki
banyak keajaiban di luar logika manusia? Kenapa pula orang yang rajin
bersedekah justru malah menjadi kaya? Padahal secara hitung-hitungan matematis,
seseorang yang bersedekah terkesan seperti memberikan harta secara cuma-cuma
kepada orang lain tanpa ada jaminan untuk kembali. Ini sangat jauh berbeda
dengan konsep tabungan bank ataupun saham perusahaan.
Konsep sedekah berangkat dari dalil-dali syara’ yang
qath’i dan sangat jelas pemaknaannya. Salah satunya adalah sebuah hadits yang
menjelaskan bahwa Rasu-lullah saw telah bersabda: “Sedekah
sama sekali tidak akan mengurangi harta seseorang. Dengan sedekah, Allah akan menambah ampunan dan kemuliaan pada orang tersebut. Tidak
ada seorang pun yang merendahkan diri karena Allah, kecuali Allah akan mengangkat
derajatnya." (HR
Muslim, Ahmad, dan Nasai). Orang yang rajin bersedekah tidak
akan menjadi miskin, justru sebaliknya akan kaya secara psikis dan fisik.
Konsep sedekah juga berangkat dari sebuah ayat dari
surat al-An’am yaitu ayat ke 160: “Barang siapa membawa amal yang baik,
maka baginya (pahala) 10 kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa
perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”.
Contoh penjabaran konsep ini sekiranya demikian: jika seseorang memiliki uang
Rp 100.000,- dan ia menyedekahkan uang tersebut sebesar Rp 10.000,- maka uang
yang dimilikinya tinggal Rp 90.000,-. Menurut konsep matematikanya adalah 100.000
– 10.000 = 90.000. Namun sedekah memiliki konsep lain, dimana memberi 1 dibalas
10. Maka persamaan matematika sedekahnya menjadi 100.000 – 10.000 = 190.000.
Kemudian ada lagi sebuah ayat yang dapat dijadikan
pijakan bagi konsep sedekah yaitu ayat 261 dari surat al-Baqarah: “Perumpamaan
bagi orang orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan 7 bulir, sedang pada tiap-tiap bulir terdapat
seratus biji, Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” Dari ayat ini
dapat ditarik sebuah konsep bahwa 100.000 – 10.000 bukanlah 90.000 melainkan 100.000
– 10.000 = 7.090.000. Maka pada intinya semakin banyak memberi berarti semakin
banyak me-nerima. Namun dalam hal ini sebagai umat muslim yang beriman, tidak
layak bagi kita jika bersedekah kemudian memperhitungkan pahala dan balasannya.
Apakah untuk bersedekah, kita
harus menunggu ikhlas? Jika prinsip ini yang kita pegang, percayalah kita akan
jarang sekali melakukan sedekah. Keikhlasan me-rupakan respon dari sebuah
stimulus yang perlu dilatih, Oleh karena itu, meski kita memberikan sedekah
belum dibarengi rasa ikhlas, maka tetap sajalah bersedekah. Toh orang yang
menerima sedekah dari kita tidak akan merasakannya jika kita tidak menunjukkan
rasa belum ikhlas tersebut. Dia hanya merasakan seberapa besar man-faat sedekah
yang kita berikan kepadanya. Adapun urusan ikhlas adalah urusan kita dengan
Allah swt. Maka sesungguhnya ibadah sedekah tidak hanya melibatkan dua pihak
saja antara si pelaku sedekah sebagai orang yang melakukan ritual ibadah dan
Allah swt sebagai tujuan dari ritual ibadah sedekah tersebut. Akan tetapi
ritual sedekah melibatkan tiga pihak, yakni si pelaku sedekah, penerima
sedekah serta Allah swt. Dalam konteks inilah sedekah menjadi sebuah ibadah
yang spesial karena sedekah bukan hanya mendekatkan kita kepada Allah swt,
tetapi juga mendekatkan kita kepada mereka yang memang membutuhkan sedekah
tersebut.
Konsep
sedekah memang unik dan penuh keajaiban, dimana konsep ini merangkum konsep hablum
min Allah dan hablum minan nas sekaligus. Dalam sebuah hadits yang mutafaq
‘alaih (disepakati semua ahli hadits) menjelaskan: "Barang siapa meringankan beban seorang
muslim dari penderitaan dunia, maka Allah akan meringankan beban penderitaannya
pada hari kiamat. Barangsiapa memu-dahkan urusan orang miskin di dunia, maka
Allah akan memudahkan urusan-nya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa
merahasiakan kekurangan (aib) seorang muslim di dunia, maka Allah akan
merahasiakan pula aib dirinya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah selalu memberikan
pertolongan kepada hamba-Nya selagi hamba tersebut masih mau menolong
sesamanya." Betapa dalam hadits ini sangat jelas menggambarkan
kepedulian Allah kepada manusia yang mau peduli kepada sesamanya. Adapun
sedekah itu juga memberikan keajaiban bagi kita dimana sedekah tersebut dapat
membantu kita mendapatkan ampunan Allah swt, sedekah juga akan mengubur dosa
dan keburukan lantas mendatangkan ridha Allah swt. Hal ini karena Allah memang
peduli pada orang yang bersedekah, dan selayaknya wujud kepedulian adalah tidak
akan membiarkannya sengsara.
Dalam kajian sosiologi, ternyata banyak persoalan
kesenjangan sosial yang bisa diselesaikan melalui ibadah sedekah. Konsep
ekonomi kapitalisme yang ter-nyata menghasilkan kemakmuran semu, juga konsep
ekonomi komunisme yang sangat mustahil membawa kebaikan, ternyata menyisakan
banyak masalah yang tak terselesaikan. Maka solusi dari berbagai masalah
kesenjangan sosial adalah dengan konsep ekonomi islami diantaranya konsep
sedekah. Konsep perekonomian yang satu ini sangat manjur karena
melepaskan/memberikan harta/modal tanpa mengha-rap kembalian. Si penerima juga
tidak merasa terbebani untuk mengembalikannya. Ada baiknya kita cerna makna
dari surat Yunus ayat 26
ini: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula)
kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”
Senyampang kita masih diberi kesempatan hidup di
dunia, maka selayaknya kita hidup dengan cara yang humanis dan sosialis serta
menerapkan falsafah tepo seliro dengan indikator rajin bersedekah,
insyaAllah hidup kita berkah …
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar