buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Kamis, 02 Mei 2013

KEAJAIBAN SEDEKAH



Bulletin
TELAGA JIWA
Susunan Redaksi:
Pembina:
MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo.
Penanggung Jawab:
Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo.  
Manager:
Mahfud
Redaktur:
Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif NH.
Editor:   
Marsudi
Keuangan:
Herul Sabana

Alamat Redaksi:
Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo.
Contact Persons: 087751884909 dan 085235666984
Website:
Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9)
group facebook:
TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo



Edisi  05 th IV :  3 Mei 2013 M / 22 Jumadil Akhir 1434 H
KEAJAIBAN SEDEKAH
Penulis: Ust. Eri Wahyu Hidayatullah (TPQ al-Ghozali, Cokromenggalan)
Puja dan puji hanyalah mutlak bagi Allah Yang Maha Kaya dan Maha Pem-beri Rizki bagi makhluk, yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 268: “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan me-nyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” Kemudian shalawat salam semoga tetap tercurah pada nabi Muham-mad saw yang telah memberikan contoh yang sempurna dalam menyedekahkan har-tanya untuk orang yang lebih membutuhkan serta membelanjakan hartanya demi per-juangan penegakan agama islam.
            Dalam salah satu hadits diceritakan bahwa Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Tidak ada satu hari pun yang dijelang umat manusia, kecuali setiap pagi ada dua malaikat yang turun. Salah satu dari malaikat itu berkata: "Ya Allah, berilah ganti yang berlipat ganda kepada orang yang telah menyedekahkan hartanya." Sedang yang satu lagi berkata: "Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang tidak mau bersedekah (pada hari ini)." (HR. Bukhari dan Muslim). Sedekah bukanlah amalan biasa melainkan salah satu amalan yang memiliki banyak keajaiban yang terkadang membuat hitung-hitungan logika manusia tercengang. Bagi kita dalam konsep matematika 10 + 10 = 20. Hal ini tidaklah berlaku dalam konsep sedekah, karena pada konsep sedekah 10 + 10 = 100. Inilah keajaiban-keajaiban yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya yang mau melakukan amalan mulia tersebut.
            Kenapa ibadah sedekah memiliki banyak keajaiban di luar logika manusia? Kenapa pula orang yang rajin bersedekah justru malah menjadi kaya? Padahal secara hitung-hitungan matematis, seseorang yang bersedekah terkesan seperti memberikan harta secara cuma-cuma kepada orang lain tanpa ada jaminan untuk kembali. Ini sangat jauh berbeda dengan konsep tabungan bank ataupun saham perusahaan.


Konsep sedekah berangkat dari dalil-dali syara’ yang qath’i dan sangat jelas pemaknaannya. Salah satunya adalah sebuah hadits yang menjelaskan bahwa Rasu-lullah saw telah bersabda: “Sedekah sama sekali tidak akan mengurangi harta seseorang. Dengan sedekah, Allah akan menambah ampunan dan kemuliaan pada orang tersebut. Tidak ada seorang pun yang merendahkan diri karena Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajatnya." (HR Muslim, Ahmad, dan Nasai). Orang yang rajin bersedekah tidak akan menjadi miskin, justru sebaliknya akan kaya secara psikis dan fisik.
Konsep sedekah juga berangkat dari sebuah ayat dari surat al-An’am yaitu ayat ke 160: “Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) 10 kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. Contoh penjabaran konsep ini sekiranya demikian: jika seseorang memiliki uang Rp 100.000,- dan ia menyedekahkan uang tersebut sebesar Rp 10.000,- maka uang yang dimilikinya tinggal Rp 90.000,-. Menurut konsep matematikanya adalah 100.000 – 10.000 = 90.000. Namun sedekah memiliki konsep lain, dimana memberi 1 dibalas 10. Maka persamaan matematika sedekahnya menjadi 100.000 – 10.000 = 190.000.
Kemudian ada lagi sebuah ayat yang dapat dijadikan pijakan bagi konsep sedekah yaitu ayat 261 dari surat al-Baqarah: “Perumpamaan bagi orang orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan 7 bulir, sedang pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji, Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” Dari ayat ini dapat ditarik sebuah konsep bahwa 100.000 – 10.000 bukanlah 90.000 melainkan 100.000 – 10.000 = 7.090.000. Maka pada intinya semakin banyak memberi berarti semakin banyak me-nerima. Namun dalam hal ini sebagai umat muslim yang beriman, tidak layak bagi kita jika bersedekah kemudian memperhitungkan pahala dan balasannya.
Apakah untuk bersedekah, kita harus menunggu ikhlas? Jika prinsip ini yang kita pegang, percayalah kita akan jarang sekali melakukan sedekah. Keikhlasan me-rupakan respon dari sebuah stimulus yang perlu dilatih, Oleh karena itu, meski kita memberikan sedekah belum dibarengi rasa ikhlas, maka tetap sajalah bersedekah. Toh orang yang menerima sedekah dari kita tidak akan merasakannya jika kita tidak menunjukkan rasa belum ikhlas tersebut. Dia hanya merasakan seberapa besar man-faat sedekah yang kita berikan kepadanya. Adapun urusan ikhlas adalah urusan kita dengan Allah swt. Maka sesungguhnya ibadah sedekah tidak hanya melibatkan dua pihak saja antara si pelaku sedekah sebagai orang yang melakukan ritual ibadah dan Allah swt sebagai tujuan dari ritual ibadah sedekah tersebut. Akan tetapi ritual sedekah melibatkan tiga pihak, yakni si pelaku sedekah, penerima sedekah serta Allah swt. Dalam konteks inilah sedekah menjadi sebuah ibadah yang spesial karena sedekah bukan hanya mendekatkan kita kepada Allah swt, tetapi juga mendekatkan kita kepada mereka yang memang membutuhkan sedekah tersebut.
            Konsep sedekah memang unik dan penuh keajaiban, dimana konsep ini merangkum konsep hablum min Allah dan hablum minan nas sekaligus. Dalam sebuah hadits yang mutafaq ‘alaih (disepakati semua ahli hadits) menjelaskan: "Barang siapa meringankan beban seorang muslim dari penderitaan dunia, maka Allah akan meringankan beban penderitaannya pada hari kiamat. Barangsiapa memu-dahkan urusan orang miskin di dunia, maka Allah akan memudahkan urusan-nya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa merahasiakan kekurangan (aib) seorang muslim di dunia, maka Allah akan merahasiakan pula aib dirinya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah selalu memberikan pertolongan kepada hamba-Nya selagi hamba tersebut masih mau menolong sesamanya." Betapa dalam hadits ini sangat jelas menggambarkan kepedulian Allah kepada manusia yang mau peduli kepada sesamanya. Adapun sedekah itu juga memberikan keajaiban bagi kita dimana sedekah tersebut dapat membantu kita mendapatkan ampunan Allah swt, sedekah juga akan mengubur dosa dan keburukan lantas mendatangkan ridha Allah swt. Hal ini karena Allah memang peduli pada orang yang bersedekah, dan selayaknya wujud kepedulian adalah tidak akan membiarkannya sengsara.
Dalam kajian sosiologi, ternyata banyak persoalan kesenjangan sosial yang bisa diselesaikan melalui ibadah sedekah. Konsep ekonomi kapitalisme yang ter-nyata menghasilkan kemakmuran semu, juga konsep ekonomi komunisme yang sangat mustahil membawa kebaikan, ternyata menyisakan banyak masalah yang tak terselesaikan. Maka solusi dari berbagai masalah kesenjangan sosial adalah dengan konsep ekonomi islami diantaranya konsep sedekah. Konsep perekonomian yang satu ini sangat manjur karena melepaskan/memberikan harta/modal tanpa mengha-rap kembalian. Si penerima juga tidak merasa terbebani untuk mengembalikannya. Ada baiknya kita cerna makna dari surat Yunus ayat 26 ini: “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”
Senyampang kita masih diberi kesempatan hidup di dunia, maka selayaknya kita hidup dengan cara yang humanis dan sosialis serta menerapkan falsafah tepo seliro dengan indikator rajin bersedekah, insyaAllah hidup kita berkah … 
*********


Tidak ada komentar:

Posting Komentar