Edisi
44 th V : 30 Oktober 2014 M / 7 Muharram 1436 H
ADIL
Penulis: ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji dalam alam ini hanyalah bagi Allah swt,
Tuhan Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana. Tidak ada yang serupa dengan-Nya dalam
hal apapun. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad saw,
manusia paling sempurna dalam mengimplementasikan konsep-konsep keadilan yang
telah termaktub dalam kitab suci al-Qur’an yang menjadi pedoman utama bagi
seluruh umat manusia.
Adil adalah termasuk sifat terpuji yang harus dimiliki setiap muslim.
Adil berarti lurus atau jujur, sehingga orang yang adil selalu berjalan pada kebenaran.
Banyak yang mendefinisikan adil dengan suatu sikap
yang tidak memihak atau sama rata, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang
kurang, tidak ada pilih kasih dan masih banyak lagi persepsi yang lainnya. Ada
istilah yang sangat popular bahwa adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Ini berlaku pada semua hal, manakala seseorang tidak mendudukkan sesuatu pada tempat
yang semestinya berarti ia telah berlaku tidak adil. Adil sering dipakai untuk menilai
seorang pemimpin, pemuka agama, tokoh masyarakat maupun pemerintah. Bahkan tidak
jarang adil hanya ditujukan kepada aparat penegak hukum seperti polisi, atau
hakim. Sehingga apabila kita mendengar istilah adil akan terbayangkan di benak kita
bagaimana sang hakim memutuskan, apa sudah menetapkan orang yang bersalah sebagai
orang yang bersalah dan divonis dengan hukuman yang sesuai dengan kadar kesalahannya.
Tentu persepsi ini bukan tanpa alasan sebab dalam suatu hadits disebutkan: ”Tujuh golongan
manusia yang akan diberi perlindungan oleh Allah dalam naungannya di hari yang
tiada naungan melainkan perlindungan Allah itu sendiri yaitu:
Imam
(pemimpin) yang adil, pemuda yang sentiasa beribadah kepada Allah, lelaki yang
hatinya senantiasa terpaut dengan masjid, dua orang yang saling cinta-mencintai
karena Allah di mana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang
lelaki yang diajak oleh wanita rupawan serta berkedudukan tinggi untuk
melakukan zina, lalu ia menjawab, “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang
bersedekah dengan sesuatu sedekah lalu menyembunyikan sedekahnya itu sehingga
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan oleh tangan kanannya,
seseorang yang mengingati Allah di tempat yang sunyi lalu mengalir air
matanya.” (Riwayat
Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dengan begitu besarnya janji Allah
menunjukkan bahwa sangat berat apabila seorang pemimpin akan berbuat adil. Dalam sejarah kalau kita ingin meneladani seorang pemimpin maka ia
adalah Umar bin Abdul Aziz. Beliau sangat jeli antara kepentingan rakyat dan kepentingan
pribadi. Salah satu contohnya adalah Umar bin Abdul Aziz akan memakai lampu negara
apabila untuk kepentingan rakyat, dan segera mematikan lampu tersebut apabila untuk
kepentingan pribadinya. Pakaian yang dipakai oleh Umar bin Abdul Aziz pun
sangat sederhana. Tidak hanya pakaian yang sederhana sampai-sampai tubuh beliau
itu lebih kurus ketika menjadi khalifah daripada sebelumnya. Kekayaan beliau lebih
sedikit disbanding kekayaan ayahnya. Umar bin Abdul Aziz mengembalikan hadiah seseorang
sebab beliau merasa hadiah itu merupakan suap.
Sebenarnya keadilan
tidak hanya ditujukan kepada pemimpin saja, namun setiap individu hendaknya memiliki
sifat adil. Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 8: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” Dan
juga dalam surat an-Nahl ayat 90: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, member kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia member pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”. Demikian dalil
al-Qur’an tentang sifat adil dan masih banyak ayat-ayat al-Qur’an yang senada dengan
ayat tersebut. Adapun dalil dari hadits nabi Muhammad saw: “Dari Abdullah bin
`Amr bin `Ash ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya orang-orang
yang berlaku adil menurut pandangan Allah, akan ditempatkan di atas mimbar dari
cahaya sisi kanan Tuhan Yang Maha Pengasih. Mereka itulah orang-orang yang
berlaku adil dalam keputusannya dan tidak bergeser dari keadilannya.” (HR.
Muslim danNasa`i).
Bentuk-bentuk
keadilan yang dilakukan oleh seseorang meliputi 4 macam: 1) Adil terhadap
dirinya sendiri. Sudahkah kita berlaku adil terhadap diri sendiri? Jawabannya
ada di hati kita masing-masing. Adil terhadap diri sendiri yaitu berpegang kepada
kebenaran, lurus atau jujur berani mengoreksi dan mengakui kesalahan sendiri,
teguh pendirian, baik dalam beribadah maupun bermuamalah sesuai dengan
norma-norma agama Islam. Melakukan hal yang berguna terhadap diri sendiri,
serta meninggalkan hal yang tidak berguna terhadap diri sendiri. Belajar,
bekerja, istirahat sesuai dengan waktunya. Makan, minum dan istirahat
secukupnya juga merupakan contoh adil terhadap diri sendiri. Begitulah orang
yang adil terhadap dirinya sendirinya sangat menyayangi dirinya sendiri baik
lahir maupun batin. 2) Adil terhadap Allah swt. Sebagai makhluk-Nya, kita wajib
beriman kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya. Kita hanya mohon pertolongan
kepada-Nya serta menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
3) Adil terhadap orang lain, yaitu berpihak pada yang benar atau berbuat secara
jujur dan benar dalam hak dan kewajiban, baik dalam hukum, ukuran, timbangan
maupun perlakuan. Kalau posisi kita sebagai pemimpin hendaknya ikhlas melayani
rakyat tidak membeda-bedakan antara yang miskin dan yang kaya. Kalau posisi
kita sebagai pedagang jangan sampai curang dalam timbangan dan lain sebagainya.
Suami adil terhadap istrinya. Ayah adil terhadap anak-anaknya, dan lain-lain.
Ini artinya apapun posisi kita, kita tetap harus berbuat adil. 4) Adil terhadap
makhluk lain dan lingkunganya itu berbuat secara layak dan tidak semena-mena
terhadap lingkungan. Dengan tidak menganiaya hewan, tidak merusak tumbuhan,
menjaga kesuburan tanah dan kebersihan air.
Begitulah
Islam menghendaki agar setiap individu memiliki mindset sebagai pelaku
adil, baik terhadap dirinya sendiri mau pun terhadap orang lain. Dengan
demikian, maka sikap adil individu ini akan melebar menjadi sikap adil
masyarakat yang kemudian membawa kemashlahatan bagi umat manusia. Semoga kita semua mendapat ridha dari Allah
untuk dapat berlaku adil baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Aamiin…
*********