Edisi
42 th V : 17 Oktober 2014 M / 22 Dzul Hijjah 1435 H
TELADAN NABI
IBRAHIM AS
Penulis: ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji
hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mumtahanah ayat 4: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan
yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika
mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari
kamu terhadap apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada
bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku
tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu yaitu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata):
"Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah, kami bertawakkal dan hanya kepada
Engkaulah, kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah, kami kembali." Shalawat salam semoga selalu terlimpahkan pada
Nabi Muhammad saw sebagai nabi penyempurna dan pemurni
kembali agama yang pernah dibawa oleh nabi Ibrahim as yaitu agama yang
mentauhidkan Allah yang pernah dirusak oleh umat-umat sebelumnya.
Nabi Ibrahim as
adalah sosok yang istimewa yang tidak semua orang sanggup seperti beliau.
Beberapa hal diantara keistimewaan beliau adalah:
Pertama, Beliau orang yang sangat teguh memegang agama. Nabi
Ibrahim as adalah salah satu nabi Allah yang mulia, beliau bergelar “Khalilullah”
yang berarti kekasih Allah. Beliau sosok nabi yang sangat besar cintanya kepada
Allah swt. Cinta tersebut bukan hanya berupa angan-angan atau sebuah konsep
belaka, namun diwujudkannya.
Karena besarnya
cinta beliau kepada Allah swt inilah, maka beliau dijadikan sebagai kekasih oleh
Allah swt dan kemudian diabadikan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 125: “dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa nabi Ibrahim as adalah orang yang
sangat ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah swt. Totalitas dalam beragama,
beliau tidak ragu sedikitpun dalam berserah diri kepada Allah swt. Dalam
membela akidah, beliau adalah orang yang sangat cerdas dalam berhujjah. Bahkan
raja Namrud yang menguasai kerajaan tempat nabi Ibrahim tinggal pun tak mampu
mengintimidasi dan memaksa perubahan akidah beliau. Oleh karena itu nabi
Ibrahim ditahan oleh tentara raja Namrud serta dengan ancaman akan dibakar
hidup-hidup. Namun beliau sama sekali tidak takut dengan kematian demi
mempertahankan keyakinan. Beliau siap dan tak gentar dengan hukuman bakar di
hadapan segenap rakyat kerajaan. Dalam kasus inilah ada suri tauladan hebat, di
mana rasa percaya, iman serta kepasrahan total pada Allah akan senantiasa
berbuah manis. Dalam kisah pembakaran nabi Ibrahim as ini, maka dengan pertolongan
Allah swt, sifat api yang biasanya panas, dapat berubah seketika menjadi dingin.
Sebagaimana telah diabadikan dalam al-Qur’an surat al-Anbiya’ayat 69, Allah swt
memerintahkan kepada api untuk menjadi dingin. “Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah,
dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim". Keteguhan beliau dalam menjaga akidah inilah
yang perlu kita teladani. Walaupun dari keluarga beliau sendiri tidak menerima
Islam, bahkan sang penguasa raja Namrud yang terkenal dengan kekejamannya pun
tidak menerima Islam, tapi nabi Ibrahim as tetap istiqomah dalam berislam.
Keyakinan yang penuh bahwa hidup mati, sehat sakit, selamat maupun celaka ada pada
kuasa Allah swt. Dengan keyakinan inilah beliau serta keturunan beliau senantiasa
mendapat pertolongan dari Allah swt. Nabi Ibrahim as pun mewasiatkan kepada putra-putra
beliau untuk menjaga islam sampai mati. Hal ini juga diabadikan dalam al-Qur’an
surat al-Baqarah ayat 132: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan
ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali
dalam memeluk agama Islam”.
Kedua, nabi Ibrahim adalah sosok nabi yang sangat
sabar dalam segala hal. Beliau diuji oleh Allah swt, tidak segera memiliki
keturunan. Atas saran dari istri beliau sendiri yakni Siti Sarah, nabi Ibrahim
as menikah lagi dengan Siti Hajar. Dari rahim Siti Hajar inilah kemudian lahir buah
hati yang sangat menyenangkan yakni nabi Ismail as. Atas perintah Allah swt, Siti
Hajar dan Ismail saat bayi dipisah dengan nabi Ibrahim as. Mereka harus tinggal
di bumi yang tandus, gersang dan terisolir yakni
Makkah. Ketika
jauh hari sesudahnya, saat Ismail beranjak remaja, nabi Ibrahim barulah
mendatangi kembali tempat tersebut. Ujian dari Allah belumlah terhenti.
Terjadilah kisah peristiwa yang melatar belakangi tatacara ibadah qurban. Allah
memerintahkan perngorbanan Ismail. Dalam hal inipun keluarga nabi Ibrahim as
tetap bersabar menjalankan perintah Allah, sampai dating pertolongan Allah
berupa penggantian qurban dari Ismail diganti kambing dari surga.
Ketiga, Nabi Ibrahim as, senantiasa mendoakan anak cucunya. Dari doa beliau ini
ternyata banyak yang dikabulkan oleh Allah swt. Di antara doa-doa beliau adalah:
1.
“Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat
kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Baqarah : 128-129)
2.
”Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami perkenankanlah do’aku. YaTuhan
kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada
hari terjadinya hisab (hari kiamat)” (QS.Ibrahim : 40 - 41)
3.
”YaTuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan
masukanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shaleh. Dan jadikanlah aku buah
tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. Dan jadikanlah aku
termasuk orang-orang yg mempusakai surga yang penuh kenikmatan.” (QS Asy-Syu’ara: 83-85).
4.
“Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah),
negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah
berhala-berhala …“ (QS Ibrahim : 35)
Demikianlah beberapa hal yang menjadi teladan dari nabi Ibrahim as.
Sesungguhnya masih banyak lagi teladan yang lain. Momen ibadah haji dan ibadah
qurban merupakan momen mengenang serta mengenal kembali teladan-teladan beserta
berbagai hikmah yang terkandung dalam kisah nabi Ibrahim as beserta
keluarganya. Semoga keluarga kitapun menjadi seperti keluarga nabi Ibrahim as
yang penuh taat pada Allah sehingga memperoleh banyak pertolongan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar