Edisi 38 th VII : 23 September 2016 M / 21 Dzul Hijjah
1437 H
HIASAN
LISAN
Penulis:
ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin Bangunsari)
Segala puji hanyalah bagi Allah
swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 yang artinya: “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan pada nabi Muhammad saw yang merupakan uswatun
hasanah bagi kita semua.
Nabi Muhammad saw merupakan orang paling bagus tutur katanya. Beliau
memberikan tauladan kepada para sahabatnya, bagaimana cara bersosialisasi yang
ideal. Bahkan beliau juga orang yang mampu menjaga lisan di hadapan orang yang
memusuhi sekalipun. Konsep menghiasi lisan dengan kata-kata yang bagus ini
merupakan konsep dasar bagi disiplin ilmu komunikasi. Konsep menghiasi lisan
dengan kata-kata bagus juga menghasilkan efek positif dari segi muamalah maupun
ibadah. Dari segi muamalah akan mempererat hubungan kita dengan orang lain. Adapun
dari segi ibadah akan menghasilkan pahala yang bisa kita nikmati kelak di
akhirat. Rasulullah saw bersabda dalam salah satu hadits
وَالْكَلِمَةُ الطَّيّـِبَةُ صَدَقَةٌ
Artinya: “Dan
perkataan yang baik merupakan sedekah.” (HR Bukhari dan muslim)
Dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda
اتَّقُوْا
النَّارَ وَلَوُ بِشِقّ ِتَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيّـِبَةٍ
Artinya: “Jauhilah api neraka walau hanya
dengan (sedekah) sebiji kurma, maka barangsiapa yang tak memiliki (tak mampu
sedekah dengan makanan) maka (bisa juga sedekah) dengan perkataan yang baik.”
(HR Bukhari dan Muslim).
Dua
hadits tersebut di atas saling menguatkan satu sama lainnya. Jelas sekali dapat
disimpulkan bahwa perkataan yang baik merupakan sedekah yang bisa menjaga kita
dari api neraka. Padahal mengucapkan perkataan yang baik maupun yang buruk,
sama-sama ringannya. Energi yang dikeluarkan pun sama. Namun meski dengan
energi yang sama, hasilnya tidaklah sama.
Efek dari perkataan yang
baik dapat diteliti secara ilmiah. Pada tahun 1994, Dr. Masaru Emoto bersama
team-nya dari jepang mulai melakukan penelitian pada efek suara terhadap
molekul air. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bagian terkecil air berwujud
kristal segi enam. Pada akhir penelitian yang berlangsung bertahun-tahun,
akhirnya ditemukan sebuah hasil kajian ilmiah yang spektakuler, yaitu
bahwasanya air yang diberi perkataan yang baik maka susunan molekulnya akan
berubah menjadi indah, sedangkan air yang diberi perkataan buruk maka susunan
molekulnya akan berubah menjadi buruk. Hasil penelitian ini semakin memperkuat
kajian sosial tentang muamalah atau hubungan antar manusia. Sebagai mana
disebutkan dalam kajian ilmu biologi bahwa 65% tubuh manusia terdiri dari
air.
Maka jika 65% bagian tubuh manusia tersebut
mendapat asupan perkataan yang baik, maka molekul-molekul dalam tubuh manusia
akan menjadi semakin indah. Kemudian molekul tersebut akan mempengaruhi
syaraf-syaraf dan aliran darah. Jika sudah seperti itu, maka tentunya akan
muncul kebaikan dalam bertingkah laku.
Konsep
seperti ini sebenarnya sudah diterapkan oleh Rasulullah saw saat berhadapan
dengan orang-orang yang memusuhinya. Dalam sejarah Islam, nama Umar bin Khattab
sebelum masuk Islam begitu mengerikan didengar, karena dia orang yang sangat
kejam menyiksa kaum muslimin yang jika ditemuinya sedang beribadah. Namun saat
Umar bin Khattab mendengar lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang begitu bagus maka
molekul-molekul dalam tubuhnya bereaksi begitu cepat berubah menjadi indah
sehingga menjadi perantara baginya untuk mendapatkan hidayah dari Allah. Begitu
juga dengan Khalid bin Walid, panglima perang yang tak terkalahkan, bahkan saat
melawan pasukan muslim di bawah komando Rasulullah saw dalam perang Uhud pun, Khalid
bin Walid mampu mengalahkannya. Namun dalam masa damai perjanjian Hudaybiyah,
dengan dakwah yang damai dan lemah lembut, sang panglima perang pun merasakan
molekul-molekul air dalam tubuhnya berubah menjadi indah yang pada akhirnya
membawanya dalam kesejukan Islam.
Begitulah sesungguhnya keajaiban dari perkataan
baik yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Dalam keseharian sosialisasi kita dalam
bermasyarakat, tentu kita juga akan merasakan efek positif jika saling
mengucapkan perkataan baik. Mari kita cermati, bagaimana rasanya mendapatkan
salam dengan dua model salam yang berbeda. Salam yang satu dengan ucapan “assalamu
‘alaikum, piye kabare?”. Sedang yang satunya dengan ucapan “(menyebut
nama binatang) ... , piye kabare?”. Pada model yang pertama, suasana hati
baik sedang bahagia atau susah ataupun marah, tak akan banyak mempengaruhi
jawaban salam, tetap akan dijawab dengan “wa’alaikum salam ...”.
Sedangkan pada model yang kedua, suasana hati akan sangat berpengaruh. Jika
sedang senang, mungkin akan ditanggapi dengan guyon tertawa. Namun jika saat
sedang sedih atau marah, maka tanggapan tentu akan jauh berbeda, bahkan bisa
jadi konfrontasi fisik.
Dari sekelumit uraian ini kita bisa menarik benang
merah pentingnya perkataan yang baik dalam muamalah. Adapun dalam
ibadah, tentunya kita semua memahami bahwa segala hal dalam ibadah pastinya
dengan perkataan yang baik. Tidak ada satupun ibadah dengan perkataan yang
buruk. Oleh karenanya, dasar dari ibadah adalah berbuat baik dengan perkataan
yang baik. Kita memuji Allah dengan perkataan yang baik. Kita membaca al-Qur’an
juga menggunakan bahasa yang luar biasa baik. Kita berdzikirpun mengucapkan
bahasa yang paling baik. Oleh karenanya, hiasan lisan yang terbaik adalah
perkataan yang baik. Dan Rasulullah saw telah mencontohkan dan memberikan
motivasi bagi orang-orang yang bersedia menghiasi lisannya dengan perkataan
yang baik. Bukankah kita juga diwajibkan mengikuti setiap tingkahlaku
Rasulullah saw sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21
yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Semoga Allah meridhai lisan dan hati kita agar
senantiasa terhiasi dalam kebaikan sehingga lisan dan hati kita tersebut dapat
bermanfaat bagi kita sendiri maupun orang lain. Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar