buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Jumat, 07 Oktober 2016

HIASAN LISAN



       Edisi 38 th VII : 23 September 2016 M / 21 Dzul Hijjah 1437 H
HIASAN LISAN
Penulis: ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin Bangunsari)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 yang artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan pada nabi Muhammad saw yang merupakan uswatun hasanah bagi kita semua.
Nabi Muhammad saw merupakan orang paling bagus tutur katanya. Beliau memberikan tauladan kepada para sahabatnya, bagaimana cara bersosialisasi yang ideal. Bahkan beliau juga orang yang mampu menjaga lisan di hadapan orang yang memusuhi sekalipun. Konsep menghiasi lisan dengan kata-kata yang bagus ini merupakan konsep dasar bagi disiplin ilmu komunikasi. Konsep menghiasi lisan dengan kata-kata bagus juga menghasilkan efek positif dari segi muamalah maupun ibadah. Dari segi muamalah akan mempererat hubungan kita dengan orang lain. Adapun dari segi ibadah akan menghasilkan pahala yang bisa kita nikmati kelak di akhirat. Rasulullah saw bersabda dalam salah satu hadits
وَالْكَلِمَةُ الطَّيّـِبَةُ صَدَقَةٌ
Artinya: “Dan perkataan yang baik merupakan sedekah.” (HR Bukhari dan muslim)


Dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda
اتَّقُوْا النَّارَ وَلَوُ بِشِقّ ِتَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيّـِبَةٍ
Artinya: “Jauhilah api neraka walau hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, maka barangsiapa yang tak memiliki (tak mampu sedekah dengan makanan) maka (bisa juga sedekah) dengan perkataan yang baik.” (HR Bukhari dan Muslim).
            Dua hadits tersebut di atas saling menguatkan satu sama lainnya. Jelas sekali dapat disimpulkan bahwa perkataan yang baik merupakan sedekah yang bisa menjaga kita dari api neraka. Padahal mengucapkan perkataan yang baik maupun yang buruk, sama-sama ringannya. Energi yang dikeluarkan pun sama. Namun meski dengan energi yang sama, hasilnya tidaklah sama.
Efek dari perkataan yang baik dapat diteliti secara ilmiah. Pada tahun 1994, Dr. Masaru Emoto bersama team-nya dari jepang mulai melakukan penelitian pada efek suara terhadap molekul air. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa bagian terkecil air berwujud kristal segi enam. Pada akhir penelitian yang berlangsung bertahun-tahun, akhirnya ditemukan sebuah hasil kajian ilmiah yang spektakuler, yaitu bahwasanya air yang diberi perkataan yang baik maka susunan molekulnya akan berubah menjadi indah, sedangkan air yang diberi perkataan buruk maka susunan molekulnya akan berubah menjadi buruk. Hasil penelitian ini semakin memperkuat kajian sosial tentang muamalah atau hubungan antar manusia. Sebagai mana disebutkan dalam kajian ilmu biologi bahwa 65% tubuh manusia terdiri dari air. 
Maka jika 65% bagian tubuh manusia tersebut mendapat asupan perkataan yang baik, maka molekul-molekul dalam tubuh manusia akan menjadi semakin indah. Kemudian molekul tersebut akan mempengaruhi syaraf-syaraf dan aliran darah. Jika sudah seperti itu, maka tentunya akan muncul kebaikan dalam bertingkah laku.
            Konsep seperti ini sebenarnya sudah diterapkan oleh Rasulullah saw saat berhadapan dengan orang-orang yang memusuhinya. Dalam sejarah Islam, nama Umar bin Khattab sebelum masuk Islam begitu mengerikan didengar, karena dia orang yang sangat kejam menyiksa kaum muslimin yang jika ditemuinya sedang beribadah. Namun saat Umar bin Khattab mendengar lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang begitu bagus maka molekul-molekul dalam tubuhnya bereaksi begitu cepat berubah menjadi indah sehingga menjadi perantara baginya untuk mendapatkan hidayah dari Allah. Begitu juga dengan Khalid bin Walid, panglima perang yang tak terkalahkan, bahkan saat melawan pasukan muslim di bawah komando Rasulullah saw dalam perang Uhud pun, Khalid bin Walid mampu mengalahkannya. Namun dalam masa damai perjanjian Hudaybiyah, dengan dakwah yang damai dan lemah lembut, sang panglima perang pun merasakan molekul-molekul air dalam tubuhnya berubah menjadi indah yang pada akhirnya membawanya dalam kesejukan Islam.

Begitulah sesungguhnya keajaiban dari perkataan baik yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. Dalam keseharian sosialisasi kita dalam bermasyarakat, tentu kita juga akan merasakan efek positif jika saling mengucapkan perkataan baik. Mari kita cermati, bagaimana rasanya mendapatkan salam dengan dua model salam yang berbeda. Salam yang satu dengan ucapan “assalamu ‘alaikum, piye kabare?”. Sedang yang satunya dengan ucapan “(menyebut nama binatang) ... , piye kabare?”. Pada model yang pertama, suasana hati baik sedang bahagia atau susah ataupun marah, tak akan banyak mempengaruhi jawaban salam, tetap akan dijawab dengan “wa’alaikum salam ...”. Sedangkan pada model yang kedua, suasana hati akan sangat berpengaruh. Jika sedang senang, mungkin akan ditanggapi dengan guyon tertawa. Namun jika saat sedang sedih atau marah, maka tanggapan tentu akan jauh berbeda, bahkan bisa jadi konfrontasi fisik.
Dari sekelumit uraian ini kita bisa menarik benang merah pentingnya perkataan yang baik dalam muamalah. Adapun dalam ibadah, tentunya kita semua memahami bahwa segala hal dalam ibadah pastinya dengan perkataan yang baik. Tidak ada satupun ibadah dengan perkataan yang buruk. Oleh karenanya, dasar dari ibadah adalah berbuat baik dengan perkataan yang baik. Kita memuji Allah dengan perkataan yang baik. Kita membaca al-Qur’an juga menggunakan bahasa yang luar biasa baik. Kita berdzikirpun mengucapkan bahasa yang paling baik. Oleh karenanya, hiasan lisan yang terbaik adalah perkataan yang baik. Dan Rasulullah saw telah mencontohkan dan memberikan motivasi bagi orang-orang yang bersedia menghiasi lisannya dengan perkataan yang baik. Bukankah kita juga diwajibkan mengikuti setiap tingkahlaku Rasulullah saw sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
Semoga Allah meridhai lisan dan hati kita agar senantiasa terhiasi dalam kebaikan sehingga lisan dan hati kita tersebut dapat bermanfaat bagi kita sendiri maupun orang lain. Aamiin.
***










Tidak ada komentar:

Posting Komentar