Bulletin
TELAGA JIWA
Susunan Redaksi:
Pembina:
MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo.
Penanggung Jawab:
Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo.
Manager:
Mahfud
Redaktur:
Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif
NH.
Editor:
Marsudi
Keuangan:
Herul Sabana
Alamat Redaksi:
Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo.
Contact Persons: 085233977218 dan 085235666984
Website:
Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9)
group
facebook:
TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo
Edisi 12 th IV :
21 Juni 2013 M / 12 Sya’ban 1434 H
BELAJAR
AL-QUR’AN SEJAK USIA DINI
Penulis: Ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji hanyalah bagi Allah yang
telah berfirman dalam al-Qur’an tentang penciptaan manusia, khususnya melalui surat al-Mukminun ayat 12-14: “Dan se-sungguhnya Kami telah
menciptakan manusia berasal dari saripati tanah. Kemu-dian Kami jadikan
saripati tersebut air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (yaitu rahim
wanita). Kemudian air mani tersebut Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah tersebut Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging tersebut Kami
jadikan tulang-belulang. Lalu tulang-belulang itupun Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk (yang berbentuk) lain. Maha Suci
Allah, pencipta yang paling baik.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad saw yang
telah mengajarkan firman Allah dalam al-Qur’an kepada segenap umat manusia.
Salah satu point dalam
rukun iman adalah iman terhadap kitab-kitab Allah. Dalam konsep ini, iman
kepada Taurat, Zabur dan Injil adalah cukup hanya dengan meyakini bahwa
kesemuanya merupakan kalam Ilahi bagi umat terdahulu sehingga kita tidak wajib
mempelajari dan mengamalkannya. Adapun beriman pada al-Qur’an yang merupakan
kitab suci terakhir dan berlaku sampai akhir jaman, maka implemen-tasinya
adalah dengan mempelajari serta mengamalkannya. Hal ini akan sangat efek-tif
dan efisien jika dilaksanakan sejak usia dini. Anak mempunyai potensi yang sangat baik dalam menerima
ilmu pengetahuan. Daya hafal anak sangat tinggi. Apa yang dihafal anak semenjak
kecil, akan senantiasa diingat kala dewasa.
Dalam hal pendidikan al-Qur’an, maka sesungguhnya menjadi
tanggungjawab orang tua-lah untuk menanamkan akidah serta pengetahuan kepada
sang anak sejak usia dini sebagai bekal kehidupan dunia dan akhiratnya. Anak
ibarat kertas putih yang belum ternoda (tabula rasa), sehingga
tergantung bagaimana orang tua dan lingku-ngannya memberi warna apa yang
tersemat padanya. Jika sejak usia dini sudah dihias dengan berbagai akhlak
mulia dan nilai-nilai Qur’ani, maka tentunya warna-warna cerah nan indah akan
menghiasi hidupnya. Sebaliknya jika anak hanya dibiarkan berkembang dengan
sendirinya tanpa bekal nilai-nilai Qur’ani yang cukup, maka sangat mungkin
terjadi warna-warna kelabu bahkan warna tak karuan akan memenu-hi hidupnya.
Berangkat dari sebuah hadis yang berasal dari
Abu Hurairah ra, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ke-dua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang
Yahudi, seorang Nasra-ni maupun seorang
Majusi.” Jika kita mencermati hadits ini maka kita dapat mena-rik sebuah konsep
betapa peran orang tua sangat dominan dalam kehidupan sang anak di masa depan.
Ke-dominan-an peran tersebut berimbas pada pertanggung jawaban yang harus
dipikulnya di hadapan Allah swt kelak. Oleh karena itu, orang tua harus
memperhatikan pendidikan sang anak, bukan hanya pendidikan di sekolah formal
saja, melainkan juga pendidikan agamanya. Kita harus menyadari bahwa porsi
pendidikan agama di sekolah formal sangatlah sedikit. Secara umum, jumlah jam
pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah hanyalah 2 jam pelajaran tiap
minggunya, dan itu masih dibagi lagi menjadi sub bab pendidikan agama seperti
fiqh, aqidah akhlak dan al-Qur’an. Betapa minimnya …
Akan
tetapi walau apapun kondisi kita, pendidikan agama Islam terutama al-Qur’an sangatlah penting bagi anak, dan menjadi
kewajiban orang tualah untuk me-ngajarnya. Berhubung
jaman sekarang para orang tua kebanyakan
disibukkan de-ngan pekerjaan, sehingga seharian
bekerja tidak ada waktu untuk mengajar anak-anaknya. Maka solusi yang tepat dan mudah adalah dengan menyekolahkan sang anak ke Taman Pendidikan al-Qur’an
(TPQ). Taman Pendidikan al-Qur’an sekarang
sudah muncul di mana-mana, bahkan tiap kelurahan/desa sudah ada. Hal ini akan jauh lebih baik daripada
anak-anak dibiarkan hanya bermain atau full les belajar tambahan menghabiskan waktu di sore hari. Dengan memasukkan
putra-putri di lembaga Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) berarti telah
membiasakan gemar dan cinta membaca al-Qur’an. Cinta mem-baca al-Qur’an sangat
dianjurkan sebagaimana bunyi sebuah hadits: “Rasulullah saw bersabda:
"Didiklah
anak kalian dengan tiga hal; cinta kepada Nabi, cinta kepada Ahlul Bait dan
membaca al-Qur’an." (Kanz al-Ummal, jilid 16, hal 456, hadis
45409). Dalam hal ini, sesungguhnya terdapat banyak sekali hikmah dalam
mempelajari al-Qur’an. Barangsiapa mau mempelajari dan mengajarkannya maka ia
akan masuk kategori sebagai sebaik-baik manusia. Mari kita cermati sebuah
hadits dari Usman bin 'Affan ra. yang telah berkata: Rasulullah saw.
bersabda, "Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah orang
yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR
Bukhari). Kemudian kita sinkronkan dengan hadits lain dari Aisyah yang telah berkata: “Rasulullah
saw bersabda: Orang yang pandai ten-tang al-Qur'an maka kelak mendapat tempat
di surga bersama-sama para Rasul yang mulia, dan bagi orang yang membaca
al-Qur’an dan dalam membacanya terbata-bata karena susah (belum lancar), dia akan
mendapat dua pahala." (Riwayat Bukhari & Muslim). Mungkin ada
pertanyaan yang terselip di hati kita, mengapa orang yang masih belum lancar
cara membaca al-Qur’annya justru men-dapatkan dua pahala? Jika kita pikirkan
secara jernih, maka sesungguhnya ada hakikat lain yang secara implisit termaktub
di dalam hadits ini. Hakikat tersebut adalah dua pahala merupakan karunia bagi
orang yang sedang belajar membaca al-Qur’an. Satu pahala karena dia sedang
belajar, dan satu pahala karena dia membaca al-Qur’an. Tentu kita mafhum
bahwa belajar termasuk dalam kategori ibadah. Bahkan ayat al-Qur’an yang
pertama kali turun pun merupakan perintah belajar yaitu iqra’. Adapun
membaca al-Qur’an jelas merupakan bentuk ibadah yang berpahala sebagaimana
keterangan sebuah hadits dari Ibnu Mas’ud yang berkata: “Rasulullah saw
bersabda: Barangsiapa membaca kitab Allah (al-Qur’an) satu huruf, maka baginya
satu kebaikan, dan satu kebaikan itu bernilai sepuluh pahala. Dan tidaklah aku
mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf melainkan alif merupakan satu
huruf, lam juga satu huruf dan mim juga satu huruf.” (HR Turmudzi)
Dari
berbagai keterangan hadits di atas, tentunya kita semakin menyadari betapa
urgennya pendidikan al-Qur’an bagi anak-anak usia dini. Semakin awal kita
memperkenalkan al-Qur’an pada anak-anak, insyaAllah akan semakin banyak hik-mah
yang diperolehnya. Apabila ada niat untuk
mempelajari dan istiqomah mem-baca dan
mengajarkan al-Qur’an, kelak di akhirat kita akan mendapat
syafa’at dari al-Qur’an tersebut sebagaimana hadits dari Abu
Umamah ra dia berkata: Aku men-dengar Rasulullah
saw bersabda, "Bacalah al-Qur'an,
sesungguhnya ia akan da-tang
di hari kiamat menjadi
syafaat (penolong) bagi pembacanya." (HR Muslim). Selain itu, ada baiknya kita memperhatikan
firman Allah dalam al-Qur’an surat Muhammad ayat 24: “Maka apakah mereka
tidak memperhatikan al-Quran atau-kah hati mereka terkunci?” dimana
ayat ini didahului dengan ayat ke 23 yang ber-bunyi: “Mereka itulah
orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
Akhirnya, semoga Allah senantiasa meringankan
langkah-langkah kita da-lam mempelajari al-Qur’an serta mengamalkannya, dan
juga mendorong generasi anak-anak agar juga senantiasa bersemangat dalam
belajar al-Qur’an. Dengan demikian insyaAllah akan terwujud generasi Qur’ani
yang mampu membangun peradaban secara lebih baik lagi … aamiin.
*********
Lanjutkan saya suka blog ini
BalasHapus