buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Kamis, 06 Juni 2013

TEBARKAN SALAM



Bulletin
TELAGA JIWA
Susunan Redaksi:
Pembina:
MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo.
Penanggung Jawab:
Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo.  
Manager:
Mahfud
Redaktur:
Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif NH.
Editor:   
Marsudi
Keuangan:
Herul Sabana

Alamat Redaksi:
Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo.
Contact Persons: 085233977218 dan 085235666984
Website:
Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9)
group facebook:
TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo



Edisi  09 th IV :  31 Mei 2013 M / 21 Rajab 1434 H
TEBARKAN SALAM
Penulis: Ust. Eri Wahyu Hidayatullah (TPQ al-Ghozali, Cokromenggalan)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt pencipta alam semesta dan yang member-kan keselamatan serta menentukan apa-apa yang dikehendaki-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang telah menunjukkan cara-cara bersosialisasi yang ideal bagi umat manusia yang dapat digunakan kapanpun dan di manapun.
Dalam ajaran agama Islam ada dua konsep yang sangat urgen bagi kebahagiaan dunia akhirat, yaitu hablum minAllah dan hablum minan nas. Oleh karenanya selain mengajarkan bentuk-bentuk ibadah pada Sang Khaliq, Islam juga mengajarkan kaum muslimin untuk selalu meningkatkan kecintaan terhadap sesama muslim, merekatkan persaudaraannya dan menebarkan kasih sayang. Kemudian untuk mewujudkan hubungan persaudaraan dan kasih sayang ini, maka syari’at Islam memerintahkan untuk menyebarkan salam.
Dalam kehidupan dewasa ini, begitu banyak nilai-nilai dalam Islam yang semakin terasa asing bila diterapkan dalam keseharian. Salah satu contohnya adalah menebarkan salam antar sesama saudara kita yang muslim. Jika pun mampu diterap-kan, itupun hanya sebatas terucapkan pada orang-orang yang kita kenal. Mungkin banyak dari kita yang lebih akrab dengan ucapan “Selamat pagi, selamat siang, sela-mat malam, ataupun mengatakan hei atau hallo broo”. Padahal ucapan-ucapan terse-but jauh dan kering dari semangat persaudaraan jika dibandingkan dengan ucapan salam dalam Islam, yakni “Assalamu’alaikum”. Ucapan salam dalam Islam sesung-guhnya merupakan do’a seorang muslim terhadap saudara muslimnya. Tiap muslim sesungguhnya diikat dalam persaudaraan karena aqidah, tanpa melihat latar belakang etnis maupun status sosial. Umat Islam itu ibarat satu tubuh, jika satu bagian merasakan sakit, maka bagian tubuh lainnya juga ikut merasakan dampaknya. Namun rasa kebersamaan dan persaudaraan serta kasih sayang tidak akan lahir di antara umat Islam ketika nilai-nilai termulia dari Islam itu sendiri (seperti ucapan salam) tidak mampu di amalkan dalam kehidupannya.

            Sejatinya ucapan salam merupakan ucapan bagi penghuni surga sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an surat Maryam ayat 61-62: Yaitu surga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak nampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati. Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga, kecuali ucapan salam, bagi mereka rezkinya di surga itu tiap-tiap pagi dan pe-tang.” Jika kita cermati, memanglah ucapan salam penuh dengan hikmah yang tiada tara. Dalam konteks sosiologi, kita mengenal adanya interaksi yaitu hubungan antar individu dalam lingkup masyarakat atau biasa kita sebut hablum minan nas. Dalam hal inilah konsep hablum minan nas tersebut akan terasa indah ketika anggota ma-syarakat saling berhubungan baik serta senantiasa menebarkan salam. Secara otoma-tis, mereka saling mendoakan satu sama lainnya. Jika doa itu dikabulkan oleh Allah, maka tentulah terwujud kesejahteraan kolektif dalam masyarakat tersebut.  
            Banyak sekali dalil-dalil tentang ucapan salam. Dan dari dalil-dalil ini tidak ada satupun ulama yang mempertentangkan. Adapun diantara dalil tersebut adalah ayat al-Qur’an dalam surat an-Nur ayat 61: “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada penghu-ninya (yang berarti memberi salam kepada dirimu sendiri), salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.” Dengan ayat inilah, umat Islam dapat bersatu dalam redaksi ucapan salam, karena memang sudah ditetapkan oleh Allah melalui tuntunan Rasul-Nya.
Adapun mengucapkan salam kepada orang lain, pada hakikatnya adalah me-ngucapkan salam bagi dirinya sendiri sebab orang lain tersebut akan menjawab sa-lam dengan salam juga. Dengan konsep ini jugalah sesungguhnya kita dapat meng-implementasikan salah satu hadits Rasulullah saw: Sahabat Anas ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Salah seorang di antara kamu belum bisa di-katakan beriman sempuma sehingga dia bisa mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri." (HR. Bukhari). Selain itu, saling mengucapkan salam juga merupakan implementasi dari ayat al-Qur’an surat an-Nisaa ayat 86: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghorma-tan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”
Sedangkan fadilah menebarkan salam juga banyak dibahas dalam dalil-dalil yang disepakati oleh para ulama, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Dawud serta at-Tirmidzi yang datang dari salah seorang sahabat Nabi: 

“Imran bin Husain berkata, Ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi seraya mengucapkan Assalamu ’alaikum. Maka Nabi menjawabnya dan orang itu kemudian duduk. Nabi berkata, dia mendapat sepuluh pahala. Kemudian datang orang yang lain mengucapkan Assalamu ’alaikum wa rahmatullah. Maka Nabi menjawabnya dan berkata, dua puluh pahala baginya. Kemudian ada yang datang lagi seraya mengucapkan Assalamu ’alaikum wa rahmatullahi wa bara-katuh. Nabi pun menjawabnya dan berkata,  dia mendapat tiga puluh pahala.” Kemudian ada juga hadits lain menerangkan tentang perintah yang sangat urgen dalam konsep bersosialisasi atau hablum minan nas yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Bara bin Azib berkata, Rasulullah melarang dan me-merintahkan kami dalam tujuh perkara: Kami diperintahkan untuk mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang didzalimi, memperbagus pembagian, menjawab salam, dan mendo’akan orang yang bersin ...” Ibnu Hajar al-Asqalani berkata bahwa perintah menjawab salam maksudnya yaitu menyebarkan salam diantara manusia agar mereka menghidupkan syari’atnya.
Dari hadis tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
      1.       Memulai salam hukumnya sunnah bagi setiap individu, berdasar pendapat terkuat.
      2.       Menjawab salam hukumnya wajib, berdasarkan kesepakatan para ulama.
      3.       Salam yang paling utama yaitu dengan mengucapkan Assalamu ’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, kemudian Assalamu ’alaikum wa rahmatullah dan yang terakhir Assalamu ’alaikum.
      4.       Menjawab salam hendaknya dengan jawaban yang lebih baik, atau minimal serupa dengan yang mengucapkan.
Begitulah islam mengatur sesuatu yang terkadang dianggap sepele, namun sesung-guhnya memiliki makna yang luar biasa. Jika masyarakat sudah terpola dengan kon-sep menebarkan salam ini, insyaAllah kehidupan bermasyarakat akan aman damai dan tenteram terasa. Bahkan seandainya ada pendatang baru atau anggota masyara-kat baru, maka akan secara otomatis ikut terbawa budaya salam ini. Dalam ilmu sosiologi ada teori yang menyatakan bahwa dalam bermasyarakat, setiap individu berinteraksi dengan individu lain yang dalam hal ini disebut sebagai interaksi sosial, dimana manusia senantiasa melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Tingkah laku individu-individu mutlak ditentukan oleh kebudayaan masyarakatnya yang homogen. Jika ada perilaku individu yang menyimpang, maka dianggap ab-normal. Demikianlah, semoga masyarakat Ponorogo ini juga akan tergerak hatinya untuk mengimplementasikan konsep “tebar salam”ini sehingga kota ini akan menjadi kota yang damai aman tenteram. Aamiin … *********


Tidak ada komentar:

Posting Komentar