Mengalirkan pengetahuan, menyejukkan nurani
Bulletin
TELAGA JIWA
Susunan Redaksi:
Pembina:
MABIN TPQ Ma’arif NU Ponorogo.
Penanggung Jawab:
Ketua TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo.
Manager:
Mahfud
Redaktur:
Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin, Wasis W, Asyif NH.
Editor:
Marsudi
Keuangan:
Herul Sabana
Alamat Redaksi:
Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran Ponorogo.
Contact Persons:
085233977218 dan 085235666984
Website:
Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9)
group
facebook:
TELAGA JIWA TPQ NU Koortan Ponorogo
Edisi 21 th IV :
23 Agustus 2013 M / 16 Syawal 1434 H
FITRAH MANUSIA
Penulis: Ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt
yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap roh mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)". Shalawat
dan salam semoga tercurah pada manusia termulia yang pernah dilahirkan di bumi
ini yaitu nabi Muhammad saw, yang diberi ridho oleh Allah swt untuk memberikan
syafaat kelak di yaumul qiyamah.
Fitrah manusia adalah sifat yang
diberikan oleh Allah swt sejak zaman azali, kemudian tumbuh dan berkembang
semenjak lahirnya manusia ke dunia. Pada dasar-nya fitrah manusia adalah
bertauhid (mengesakan Allah swt) dengan meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah, serta meyakini bahwa sang pencipta serta yang mengatur
seluruh alam adalah Allah swt sebagaimana termaktub dalam surat al-A’raf ayat
172 tersebut di atas. Maka semenjak lahir, sejatinya manusia sudah islam.
Adapun dalam perjalanan hidupnya kemudian ia menjadi tidak islam, maka hal ini
dikarenakan pengaruh eksternalnya, semisal pengaruh dari kedua orangtuanya atau
lingkungannya. Rasulullah saw bersabda dalam hadits yang sudah mashur: “Setiap
anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya
menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi”.
Relevansi konsep fitrah dengan kondisi saat ini adalah
berkenaan hari raya idul fitri yang mengingatkan kembali kepada manusia, agar
senantiasa kembali pada fitrahnya, yakni kembali kepada ajaran Islam atau
mengingatkan agar manusia betul-betul mempertahankan keislamannya. Umat islam
jangan lengah sehingga tanpa sadar ia telah jauh meninggalkan ajaran-ajaran
Islam. Setan senantiasa menggoda manusia agar tergelincir dan meninggalkan ajaran-ajaran Islam.
Karena itulah sebelum idul fitri, yakni bulan Ramadhan, kaum muslimin
digembleng serta dilatih untuk mena-han hawa nafsunya, sebab hawa nafsu yang
tak terkontrol akan menggelincirkan manusia semakin jauh dari ajaran Islam.
Manusia yang mampu menahan nafsunya akan senantiasa memiliki hati yang bersih. Adapun
kebersihan hati merupakan kunci menuju kebaikan. Rasulullah saw bersabda: “Ketahuilah,
sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging yang kalau dia baik maka akan
baik pula seluruh anggota tubuh, dan kalau dia rusak maka akan rusak pula
seluruh anggota tu-buh, ketahuilah dia (segumpal daging tersebut) adalah hati.”
(Muttafaqun ‘alaih). Hadits ini menunjukkan bahwa hati mempunyai peran sentral
atas baik dan buruknya manusia. Ibn Rajab al-Hanbali berkata: “Dalam hadits
ini ada isyarat yang menun-jukkan bahwa baiknya gerakan anggota tubuh seorang
hamba, dia meninggalkan semua yang diharamkan dan menjauhi semua syubhat,
sesuai dengan baiknya gerakan hatinya.” (kitab Jami’ al-Ulum wa al-Hikam:
1/210).
Allah
swt berfirman dalam al-Qur’an surat asy-Syams ayat 9 dan 10: “Se-sungguhnya
beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.” Upaya manusia
dalam membersihkan hati merupakan hal yang sangat penting sebab hakikat keberuntungan manusia ditentu-kan
oleh bersihnya hati. Hati yang bersih akan senantiasa mendorong pada kebaikan,
sebaliknya hati yang kotor akan senantisa mendorong pada keburukan. Tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa apabila manusia memiliki hati yang dikotori oleh
sifat-sifat tercela, maka akan melakukan hal yang tercela pula. Sebagai contoh misalnya
Iblis yang enggan melaksanakan perintah Allah swt yakni sujud sebagai
penghormatan kepada nabi Adam as. Kesombongan telah menyusup di hati Iblis yang merasa lebih
mulia daripada nabi Adam as karena Iblis diciptakan dari api, sedang nabi Adam
di-ciptakan dari tanah.
Keengganan Iblis ini mendatangkan murka Allah swt sehingga mengusir Iblis dari
surga dan menetapkannya sebagai makhluk terkutuk yang akan menjadi penghuni
neraka selama-lamanya. Kisah ini menjadi pelajaran bagi manusia bahwa tidak selayaknya
manusia untuk sombong karena pada hakikatnya manusia sama sekali tidak
mempunyai daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah swt.
Banyaknya
harta, sempurnanya fisik serta kecerdasan otak merupakan anuge-rah, jangan sampai menjadikan manusia menjadi sombong.
Berbeda dengan Iblis yang sombong merasa mulia karena diciptakan dari api, maka banyak manusia
yang sombong karena anugerah yang dimilikinya. Seperti Fir’aun yang menyombongkan diri karena kekayaan,
kekuasaan serta kesehatan fisiknya. Atau
pemuka Quraisy yang menyombongkan diri karena merasa menjadi orang yang dimuliakan,
mem-banggakan derajat nenek moyangnya, serta mengagungkan ajaran Jahiliyahnya.
Imbasnya mereka tidak menerima ajaran yang benar yakni agama
Islam yang dibawa nabi Muhammad saw. Mereka merasa lebih mulia daripada
nabi Muhammad saw yang tergolong masih muda dibandingkan mereka.
Hal lain
yang yang perlu diperhatikan dalam rangka kembali ke fitrah manu-sia adalah
membersihkan jiwanya dari sifat serakah yang merupakan kecenderungan hati untuk
menguasai apa yang disenangi sehingga tanpa sadar berani melanggar larangan
Allah swt. Sebagaimana dikisahkan bahwa nabi Adam as berani mendekati dan
memakan buah terlarang (khuldi) karena di dalam hatinya terdapat sifat sera-kah.
Adam dan Hawa terbujuk oleh tipu daya Iblis yang memberikan iming-iming bahwa buah
tersebut akan menyebabkan kekalnya Adam dan Hawa di surga. Tetapi kenyataannya
lain, justru akibat memakan buah tersebut Adam dan Hawa diturun-kan dari surga.
Selain kisah tersebut, ada bukti lagi bahwa keserakahan menyebab-kan manusia
menjadi bakhil dan melalaikan dirinya dari ibadah kepada Allah swt. Sebagaimana
dikisahkan pada jaman Rasulullah saw, seseorang yang bernama Tsa’labah semula
miskin kemudian menjadi kaya setelah didoakan oleh Rasulullah saw. Kekayaan tersebut
tidak membuat Tsa’labah bersyukur, tetapi menyebabkan Tsa’labah semakin bakhil
sampai ia berani tidak membayar zakat atas harta yang dimilikinya. Tsa’labah
juga menjadi sibuk dan pada akhirnya melupakan ibadah kepada Allah swt yaitu
tidak pernah lagi shalat berjamaah di masjid,.
Terkait
juga dengan penyucian jiwa di suasana yang fitri ini, marilah kita menjauhkan
sifat iri dan dengki. Sebagaimana dikisahkan Habil dan Qabil, yang karena
adanya sifat iri sehingga tega membunuh saudara. Qabil sangat iri terhadap
Habil yang akan dinikahkan dengan saudara kembar Qabil yang sangat cantik yang
bernama Iklima. Juga kisah kedengkian saudara-saudara Yusuf yang mengakibatkan
sebagian dari mereka ingin menghabisi nyawa saudaranya sendiri, sebagaimana
dikisahkan dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 8-9: “(Yaitu) ketika mereka berkata: sesungguhnya
Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai ayah kita daripada kita
sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah
kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah ia ke
suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja
dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.”
Berkaca dari uraian di atas, maka saling
mengunjungi dan saling memaafkan atas sesama muslim pada bulan syawal ini,
semoga mampu mensucikan kembali jiwa kita. Alhasil, moment Idul Fitri semoga
mengingatkan kita agar senantiasa membersihkan hati dari sifat-sifat tercela,
sehingga manusia benar-benar kembali pada fitrahnya. Aamiin …
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar