Bulletin TELAGA
JIWA
Susunan Redaksi: Pembina: MABIN
TPQ Ma’arif NU Ponorogo. Penanggung Jawab: Ketua
TPQ Ma’arif NU Kortan Ponorogo. Manager: Mahfud. Redaktur: Hadi PS, Dana AD, Eri WH, Rohmanuddin,
Wasis W, Asyif NH. Editor: Marsudi. Keuangan: Herul Sabana. Alamat Redaksi: Ponpes Hudatul Muna Jenes Brotonegaran
Ponorogo. Contact
Persons: 085233977218 dan 085235666984 Website: Bulletin Telaga Jiwa TPQ NU Kortan Ponorogo (*9). group facebook: TELAGA JIWA TPQ NU Koortan
Ponorogo
Edisi 34 th IV : 22 Nopember 2013 M / 18 Muharam
1435 H
BAHAYA
MENINGGALKAN SHALAT
Penulis: Ust.
Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an su-rat al-Ma’un ayat 4-5: “Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya”. Shalawat dan salam semoga tetap mengalir tercurah pada nabi
Muhammad saw yang telah bersabda dalam haditsnya: “Islam
itu dibangun di atas lima perkara: Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi
kecuali Allah dan Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, melaksanakan ibadah haji dan puasa pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari, Muslim dan
Ashabus Sunan).
Shalat merupakan hal yang sangat pokok dalam agama Islam,
bahkan shalat merupakan tiang agama. Mendirikan shalat termasuk mendirikan
agama, sedangkan meninggalkan shalat termasuk merobohkan agama. Hal ini jelas
tersurat dalam hadits Rasulullah saw: “Shalat adalah tiang agama,
barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agamanya dan
barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah merobohkan agamanya” (HR Baihaqi). Oleh Karena itu, shalat
merupakan hal yang sangat penting bagi seorang muslim, sebab shalat menjadi
tolok ukur kebaikan serta diterimanya amal. Dengan kata lain kalau ingin
amalnya menjadi baik maka pertama kali yang harus diperbaiki adalah shalat.
Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda: “Yang pertama kali akan diperhitungkan (dihisab)
dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat, jikalau shalatnya baik, maka
baiklah seluruh amalnya, dan apabila shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh
amalnya.” (Shahihul
jami’). Mengingat betapa sangat pentingnya shalat, maka tentu ada bahaya-bahaya jika meninggalkannya.
Bahaya yang dimaksud adalah ancaman sebagai konsekuensi apabila seorang muslim
meninggalkan shalat.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah
mengatakan: “Kaum
muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah
dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh,
merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang
yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta
mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” (ash-Shalah, hal. 7). Kemudian juga dinukil
oleh adz-Dzahabi dalam al-Kaba’ir, bahwa Ibnu Hazm
rahimahullah telah berkata: “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa
meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa
alasan yang bisa dibenarkan.” (al-Kaba’ir, hal. 25). Adapun pendapat Adz-Dzahabi sendiri adalah: “Orang yang
mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang
meninggalkan shalat secara keseluruhan -meski satu shalat saja- dianggap
seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput
darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai
berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya
orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk
orang mujrim (yang berbuat dosa).” (al-Kaba’ir, hal. 26-27).
Pendapat para ulama
tersebut di atas tentunya tidak lepas dari firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Ma’un ayat 4-5: “Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”.
Lalai dalam shalat maksudnya adalah shalat tidak tepat waktu, dalam artian
ketika waktu sudah habis, baru melakukan shalat. Demikian orang yang shalat
tidak tepat waktu saja diancam dengan kecelakaan, apalagi yang meninggalkan
shalat. Diterangkan dalam kitab Ausath, diriwayatkan oleh Imam Thabrani: “… Barang siapa yang melakukan
shalat tidak pada waktunya dan tidak menyempurkan wudhunya, tidak
menyempurkanan khusyu’nya, ruku’ serta sujudnya, maka shalat kelak akan menjadi
makhluk hitam nan gelap, kemudian berkata: sebagaimana kamu
menyia-nyiakan aku semoga Allah menyia-nyiakan kamu. Sehingga pada
suatu saatnya Allah melipatnya sebagaimana baju yang dilipat kemudian
dilemparkan pada muka orang yang menyia-nyiakn shalat. Rasulullah saw bersabda:”Barang siapa yang sengaja meninggalkan shalat, maka Allah akan mencatat
namanya pada pintu neraka, yakni menjadi sebagian dari orang-orang yang akan
masuk neraka.” (HR Abu Nu’aim).
Rasulullah saw juga bersabda: “Barang siapa yang tidak menjaga shalat, maka kelak ia tidak akan
memiliki nur, pertanda dan keselamatan serta di hari kiamat akan dikumpulkan
bersama Qarun, Fir’aun, Hamman dan Ubaiy Bin Khalaf” (HR Ahmad). Keempat nama orang yang disebutkan Rasulullah
ini meru-pakan manusia-manusia pembangkang terhadap perintah Allah. Hal ini
berarti jika kita tidak menjaga shalat, maka sama artinya dengan membangkang
terhadap perintah Allah. Oleh karenanya ciri orang mukmin adalah shalat
sedangkan ciri dari orang kafir adalah tidak melakukan shalat. Rasulullah saw
bersabda: “Barang siapa yang sengaja meninggalkan
shalat, berarti ia telah kufur secara terang-terangan” (HR Imam
Thabrani). Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw juga bersabda: “Diantara
kufur dan iman adalah meninggalkan shalat” (HR Tirmi-dzi). Kemudian
juga Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang telah mengerjakan shalat
tetapi shalatnya tidak mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka
tidaklah ditambah sesuatu kepadanya melainkan semakin jauh dari Allah.”
Hadits-hadits
ini merupakan ancaman yang sangat berat bagi seorang muslim yang tidak mau
benar-benar menjaga shalatnya. Padahal jika kita mau menjaga shalat kita dengan
baik, maka tentunya pahala yang telah disiapkan oleh Allah sangatlah luar
biasa. Hal ini tersirat dalam al-Qur’an surat al-Ma’aarij ayat 32—35 dijelaskan sebagai berikut: “Dan
orang-orang yang memelihara amanah-amanah dan janjinya. Dan orang-orang yang
memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu
di syurga lagi dimuliakan.”
Memang segala sesuatu yang berpahala besar itu tidak boleh hanya diangan-angan
saja, melainkan harus dilaksanakan tanpa kemalasan dan keragu-raguan.
Semoga kita senantiasa dijaga oleh Allah swt
dari segala kemalasan dan keraguan sehingga kita tetap teguh dalam keislaman
dengan indikator istiqamah dalam menjalankan shalat. Artikel yang singkat ini
semoga bermanfaat, pembaca menjadi semakin memahami
betapa shalat merupakan hal yang sangat penting dan meninggalkan shalat
merupakan kerugian yang besar, sehingga pada akhirnya kita semua benar-benar
menjaga shalat 5 waktu, tidak hanya shalat ketika shalat tarawih, ketika
jum’atan atau ketika hari raya saja. Aamiin.
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar