Edisi
09 th V : 28 Februari 2014 M / 28 Rabiul Akhir 1435 H
KEBAJIKAN
Penulis: ust. Herul Sabana
(TPQ Al-Mansyur, Mangkujayan)
Segala puji
hanyalah bagi Allah swt yang telah menciptakan manusia kemudian memberi
kesempatan untuk hidup di muka bumi dan memanggilnya kembali untuk dimintai
pertanggung jawaban. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi
Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang harus diikuti agar nanti di
akhirat, kita mampu untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan kita di
dunia.
Manusia telah
diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik bentuk dan juga diberi kelebihan akal
pikiran dibandingkan makhluk lain. Dengan modal tersebut maka manusia mempunyai
kesempatan yang besar untuk menjadi makhluk yang paling mulia dibanding makhluk
lain. Akan tetapi dalam konteks yang sama, manusia juga ada kemungkinan besar
menjadi makhluk yang paling buruk dibanding makhluk lain. Hal ini tersirat
dalam al-Qur’an surat at-Tiin ayat 4 — 6: “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk. Kemudian Kami kembalikan dia ke
tempat (derajat) yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
Dari ayat tersebut
dapat diambil kesimpulan bagaimana sebenarnya al-insana fi ahsani taqwim
(manusia sebaik-baik bentuk) itu. Ternyata tidak semua manusia berpredikat
seperti itu, melainkan hanya yang beriman dan beramal shaleh. Hal ini bermuara
pada apa yang disebut kebajikan. Orang sering salah tafsir bahwa kebajikan sama
dengan kebaikan, padahal sebenarnya tidak. Ibaratnya kebaikan ketika kita diberi uang seribu
maka kita ganti memberi seribu. Sedangkan kebajikan adalah meski kita tidak
diberi uang, tapi kita tetap memberikan uang seribu dengan ikhlas. Ada gambaran
tentang hal kebajikan ini dalam Surat
al-Baqarah ayat 177: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu yang disebut kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan adalah
beriman kepada Allah , hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi,dan memberikan harta yang dicintainya kepada saudara, anak-anak
yatim, orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), para peminta-minta,
(memerdekakan) budak, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan (kebajikan
adalah) orang-orang yang menepati janji apabila ia berjanji, orang-orang yang sabar
dalam kesempitan dan penderitaan dan peperangan. Mereka itulah orang yang benar
(imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
Pada dasarnya orang yang disebut
melakukan kebajikan adalah orang yang imannya kuat dan ikhlas serta sabar dalam
melakukan segala sesuatu. Salah satu contoh seperti tersebut ayat di atas
adalah memberikan harta yang dicintai kepada orang lain. Mungkin hanya terlihat
sepele memberikan harta pada orang lain yang biasa disebut sedekah, tapi dalam
ayat ini disebutkan harta yang dicintai, bukan harta biasa. Pada point inilah
letak kebajikannya. Tidak semua orang mampu dengan ikhlas menyedekahkan harta
atau barang yang dicintainya pada orang lain. Mungkin bagi anda yang bergaji di
atas satu juta sebulan, sedekah uang limapuluh ribu adalah hal yang ringan.
Tapi akan lain cerita jika bergaji lima
ratus ribu sebulan kemudian sedekah limapuluh ribu.
Kemudian orang yang disebut melakukan
kebajikan diantaranya juga menepati janji jika telah berjanji. Coba kita
pikirkan kembali kehidupan keseharian kita, betapa kita sering mengucapkan
kalimat insyaAllah hanya untuk sekedar basa-basi karena sebenarnya kita
tidak berniat untuk mendatangi suatu undangan atau melakukan suatu hal yang
diminta orang lain. Padahal kalimat insyaAllah itu sungguh sangat luar
biasa. Karena jika memang dalam hati kita tidak niat, maka itu sama artinya
mengkambinghitamkan kehendak Allah. Seolah-olah Allah lah yang menghendaki kita
tidak hadir atau tidak melakukan pekerjaan tersebut.
Kemudian juga disebut kebajikan jika seseorang sabar dalam kesempitan
dan penderitaan. Tetapi perlu dipahami dulu apa definisi sabar dalam konteks
ini. Sabar bukan hanya menerima apa adanya tanpa mau melanjutkan ikhtiyar lalu
beranggapan semua adalah takdir. Kesabaran seseorang yang sedang tidak punya
uang, bukanlah hanya sekedar pasrah menanti pemberian orang lain, tetapi tetap
ikhtiyar sampai maksimal kemudian menyerahkan segala hasil kepada ketentuan Allah swt. Adapun dalam
ikhtiyar atau usaha tersebut haruslah diniatkan sebagai ibadah, sehingga jika
tidak ada hasil dari ikhtiyar (misalkan tidak mendapatkan hasil uang atau harta lainnya) namun
tetap akan dinilai sebagi ibadah dari sebuah kesabaran
sehingga membuahkan pahala tersendiri. Dan di sinilah ada arti penting sebuah niat. Sebuah hadits Rasulullah saw
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menyebutkan: “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu
tergantung niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang adalah apa yang ia telah
niatkan.” Fungsi niat adalah untuk membedakan antara ibadah dengan hal
kebiasaan, sehingga jika tidak diniatkan maka itu tidak dianggap sebagai
ibadah. Dalam konteks ini, siapa pun kita sejatinya
akan sangat mudah mendapatkan pahala. Bayangkan jika setiap kali kita berangkat
bekerja dan kita niatkan sebagai ibadah berjuang mempertahankan kehidupan bagi
keluarga, tentu ini bernilai ibadah tinggi. Bayangkan juga jika setiap ada
rupiah yang kita dapatkan, kita syukuri dengan bertahmid mengucapkan hamdalah,
betapa kita akan secara otomatis mendapatkan pahala berlimpah.
Kemudian point penting lagi adalah bahwa sabar sebagai kebajikan juga diidentikkan dengan
tidak adanya kata-kata keluhan meski dalam keadaan sempit dan menderita seperti
apapun. Semua dipahami sebagai ujian yang harus dilalui untuk jenjang tingkatan
yang lebih tinggi dalam hal ketakwaan yang menunjukkan kualitas keimanan
sehingga berpredikat ahsani taqwim (sebaik-baik bentuk). Dari sinilah
kita bisa membedakan bagaimana orang yang baik dan bagaimana orang yang bijak.
Tidak semua orang baik itu bijak, tapi semua orang bijak pasti baik.
Semoga kita bisa melalui
kehidupan ini dengan penuh kesabaran, penuh semangat berikhtiyar serta
penuh keyakinan untuk bertawakkal, sehingga kita akan termasuk dalam kategori orang-orang yang dipilih
Allah untuk senantiasa berbuat kebajikan. Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar