buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Minggu, 02 Maret 2014

KEBAJIKAN



      Edisi  09 th V : 28 Februari 2014 M / 28 Rabiul Akhir 1435 H
KEBAJIKAN
Penulis: ust. Herul Sabana (TPQ Al-Mansyur, Mangkujayan)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah menciptakan manusia kemudian memberi kesempatan untuk hidup di muka bumi dan memanggilnya kembali untuk dimintai pertanggung jawaban. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang harus diikuti agar nanti di akhirat, kita mampu untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan kita di dunia.
Manusia telah diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik bentuk dan juga diberi kelebihan akal pikiran dibandingkan makhluk lain. Dengan modal tersebut maka manusia mempunyai kesempatan yang besar untuk menjadi makhluk yang paling mulia dibanding makhluk lain. Akan tetapi dalam konteks yang sama, manusia juga ada kemungkinan besar menjadi makhluk yang paling buruk dibanding makhluk lain. Hal ini tersirat dalam al-Qur’an surat at-Tiin ayat 4 — 6: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat (derajat) yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bagaimana sebenarnya al-insana fi ahsani taqwim (manusia sebaik-baik bentuk) itu. Ternyata tidak semua manusia berpredikat seperti itu, melainkan hanya yang beriman dan beramal shaleh. Hal ini bermuara pada apa yang disebut kebajikan. Orang sering salah tafsir bahwa kebajikan sama dengan kebaikan, padahal sebenarnya tidak. Ibaratnya kebaikan ketika kita diberi uang seribu maka kita ganti memberi seribu. Sedangkan kebajikan adalah meski kita tidak diberi uang, tapi kita tetap memberikan uang seribu dengan ikhlas. Ada gambaran tentang hal kebajikan ini dalam  Surat al-Baqarah ayat 177: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu yang disebut kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan adalah beriman kepada Allah , hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi,dan memberikan harta yang dicintainya kepada saudara, anak-anak yatim, orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), para peminta-minta, (memerdekakan) budak, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan (kebajikan adalah) orang-orang yang menepati janji apabila ia berjanji, orang-orang yang sabar dalam kesempitan dan penderitaan dan peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

      Pada dasarnya orang yang disebut melakukan kebajikan adalah orang yang imannya kuat dan ikhlas serta sabar dalam melakukan segala sesuatu. Salah satu contoh seperti tersebut ayat di atas adalah memberikan harta yang dicintai kepada orang lain. Mungkin hanya terlihat sepele memberikan harta pada orang lain yang biasa disebut sedekah, tapi dalam ayat ini disebutkan harta yang dicintai, bukan harta biasa. Pada point inilah letak kebajikannya. Tidak semua orang mampu dengan ikhlas menyedekahkan harta atau barang yang dicintainya pada orang lain. Mungkin bagi anda yang bergaji di atas satu juta sebulan, sedekah uang limapuluh ribu adalah hal yang ringan. Tapi akan lain cerita jika bergaji lima ratus ribu sebulan kemudian sedekah limapuluh ribu.
       Kemudian orang yang disebut melakukan kebajikan diantaranya juga menepati janji jika telah berjanji. Coba kita pikirkan kembali kehidupan keseharian kita, betapa kita sering mengucapkan kalimat insyaAllah hanya untuk sekedar basa-basi karena sebenarnya kita tidak berniat untuk mendatangi suatu undangan atau melakukan suatu hal yang diminta orang lain. Padahal kalimat insyaAllah itu sungguh sangat luar biasa. Karena jika memang dalam hati kita tidak niat, maka itu sama artinya mengkambinghitamkan kehendak Allah. Seolah-olah Allah lah yang menghendaki kita tidak hadir atau tidak melakukan pekerjaan tersebut.
      Kemudian juga disebut kebajikan jika seseorang sabar dalam kesempitan dan penderitaan. Tetapi perlu dipahami dulu apa definisi sabar dalam konteks ini. Sabar bukan hanya menerima apa adanya tanpa mau melanjutkan ikhtiyar lalu beranggapan semua adalah takdir. Kesabaran seseorang yang sedang tidak punya uang, bukanlah hanya sekedar pasrah menanti pemberian orang lain, tetapi tetap ikhtiyar sampai maksimal kemudian menyerahkan segala hasil kepada ketentuan Allah swt. Adapun dalam ikhtiyar atau usaha tersebut haruslah diniatkan sebagai ibadah, sehingga jika tidak ada hasil dari ikhtiyar (misalkan tidak mendapatkan hasil uang atau harta lainnya) namun tetap akan dinilai sebagi ibadah dari sebuah kesabaran sehingga membuahkan pahala tersendiri. Dan di sinilah ada arti penting sebuah niat. Sebuah hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menyebutkan:  “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang adalah apa yang ia telah niatkan.” Fungsi niat adalah untuk membedakan antara ibadah dengan hal kebiasaan, sehingga jika tidak diniatkan maka itu tidak dianggap sebagai ibadah. Dalam konteks ini, siapa pun kita sejatinya akan sangat mudah mendapatkan pahala. Bayangkan jika setiap kali kita berangkat bekerja dan kita niatkan sebagai ibadah berjuang mempertahankan kehidupan bagi keluarga, tentu ini bernilai ibadah tinggi. Bayangkan juga jika setiap ada rupiah yang kita dapatkan, kita syukuri dengan bertahmid mengucapkan hamdalah, betapa kita akan secara otomatis mendapatkan pahala berlimpah.
      Kemudian point penting lagi adalah bahwa sabar sebagai kebajikan juga diidentikkan dengan tidak adanya kata-kata keluhan meski dalam keadaan sempit dan menderita seperti apapun. Semua dipahami sebagai ujian yang harus dilalui untuk jenjang tingkatan yang lebih tinggi dalam hal ketakwaan yang menunjukkan kualitas keimanan sehingga berpredikat ahsani taqwim (sebaik-baik bentuk). Dari sinilah kita bisa membedakan bagaimana orang yang baik dan bagaimana orang yang bijak. Tidak semua orang baik itu bijak, tapi semua orang bijak pasti baik.
      Semoga kita bisa melalui kehidupan ini dengan penuh kesabaran, penuh semangat berikhtiyar serta penuh keyakinan untuk bertawakkal, sehingga kita akan termasuk dalam kategori orang-orang yang dipilih Allah untuk senantiasa berbuat kebajikan. Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar