Edisi
07 th V : 14 Februari 2014 M / 14 Rabiul Akhir 1435 H
KORELASI
DZIKRULLAH DENGAN KEBAHAGIAAN
Penulis: ust. Marsudi (TPQ ad-Darajaat, Mayak)
Segala puji
hanyalah bagi Allah swt yang telah menciptakan manusia dengan dibekali akal
pikiran untuk menentukan langkah-langkah hidupnya, sebagaimana tersirat dari
surat az-Zumar ayat 21: “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya
Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di
bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu berupa tanam-tanaman yang
bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi
Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan. Dan kita sebagai manusia biasa,
sudah semestinya mengikuti dan meniru apa yang sudah beliau kerjakan dalam
rangka senantiasa meningkatkan hubungan dengan Allah swt.
Manusia
hidup di jaman modern ini sudah benar-benar sangat disibukkan dengan berbagai
hal. Semua bermuara pada satu hal yang disebut kebahagiaan. Hakikat kebahagiaan
yang dicari dengan berbagai macam kesibukan tersebut sebenarnya adalah
ketentraman jiwa dan ketenangan hati. Mari kita cermati apa yang ada di sekitar
kita. Seseorang bisa saja memiliki kekayaan yang berlimpah ruah, rumah indah,
kendaraan mewah dan sebagainya, namun belum tentu ia mendapatkan kebahagiaan.
Islam mengajarkan cara mencari kebahagiaan hakiki yang berupa ketentraman jiwa
dan ketenangan hati dengan mengikuti apa yang termaktub dalam ayat-ayat
al-Qur’an, diantaranya surat ar-Ra’d ayat 28:
“(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” Inilah sebuah metode simple yang
diajarkan Allah melalui kitab suci al-Qur’an sebagai suatu solusi untuk
mendapatkan kebahagiaan serta menghindarkan diri dari stress ataupun melepaskan
segala beban yang menghimpit jiwa. Dalam ilmu psikologi dijelaskan cara-cara
menghindarkan stress dengan menenangkan diri, meditasi,
ataupun teknik imajinasi bahkan dengan hypnotherapy.
Tetapi Islam telah beberapa langkah lebih maju dengan cara bukan sekedar
meditasi kosong atau imajinasi kamuflase melainkan dengan dzikrullah, berdzikir mengingat Allah.
Orang yang sedang ditimpa kesusahan, atau keruwetan suatu masalah
ataupun kekosongan jiwa, sebenarnya dia ada dalam kegelapan. Sering kali
seseorang merasa sudah tak ada lagi jalan keluar bagi permasalahan yang
dihadapi, segalanya seperti menemui jalan buntu. Dalam situasi seperti inilah
sesungguhnya al-Qur’an sudah menunjukkan solusi yaitu dalam surat al-Ahzab ayat
43: “Dialah pemberi rahmat kepadamu
dan malaikatNya, supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya
(yang terang). Dan Dialah Yang Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”
Namun ayat ini masih ada hubungan dengan ayat sebelum-nya, yang menjadi syarat
bagi pemberian rahmat dan pengeluaran dari kegelapan tersebut. Ayat 41 dan 42
dari surat al-Ahzab berbunyi: “Hai
orang-orang yang beriman, ingatlah Allah (dengan menyebut nama-Nya) dengan
dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan
petang.” Maka dari rangkaian ayat tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa orang yang mendapat rahmat dan dikeluarkan dari kegelapan hanyalah
orang-orang yang beriman serta mau mengingat Allah (dzikrullah) di
setiap saat.
Memang pada realitanya, juga banyak juga orang yang tidak beriman
yang selalu mendapatkan jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
Tapi orang seperti ini pada hakikatnya tidaklah mendapat rahmat. Padahal rahmat
menjadi hal penting dalam pembentukan karakter kepribadian. Kita bisa melihat,
betapa banyak orang pandai namun tidak mendapat rahmat dari Allah sehingga dia
terjerumus ke dalam hal-hal buruk atau merugikan orang lain. Kita juga bisa
menemukan orang yang biasa saja namun senantiasa berbuat baik dan berguna bagi
orang lain. Hal seperti inilah sesungguhnya hakikat fungsi rahmat, sebagaimana
disinggung dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 57 dan 58: “Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” Katakanlah: "Dengan karunia Allah
dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan
rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."
Kemudian salah satu indikator bahwa kita adalah manusia yang diberi
rahmat adalah kita mampu menekan diri untuk menghindari perbuatan dosa. Memang
seseorang tidak mungkin dapat bersih dari dosa baik dosa diri sendiri maupun
dosa merugikan orang lain. Hal ini karena manusia memang sudah kodrati
tempatnya salah dan lupa. Rasulullah saw memberikan solusi dari problematika kodrati ini. Beliau bersabda: “Sebaik-baik seseorang pastilah pernah
melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang
mau segera bertaubat memohon ampun pada Allah.” Rasulullah saw sendiri
memberikan contoh kongkrit perihal taubat dan mohon ampun ini. Beliau adalah
seorang yang ma’sum, terbebas dari segala macam dosa baik
kecil maupun besar. Hal ini karena ketika masih kecil dalam asuhan keluarga
Halimatus-Sa’diyah dan sedang menggembala kambing, malaikat Jibril telah datang
membersihkan jiwanya. Namun demikian, ternyata beliau senantiasa istighfar mohon ampun pada Allah
tak kurang dari 70 kali setiap harinya. Bandingkan dengan kita yang manusia
biasa tempatnya salah dan lupa. Tauladan Rasulullah saw untuk senantiasa mohon
ampun tersebut selayaknya kita aplikasikan dalam keseharian kita. Bukankah
sebaik-baik manusia pun asti ada juga jeleknya?
Istighfar
termasuk salah satu cara dzikrullah. Selain istighfar masih ada dengan tasbih, tahmid, takbir maupun tahlil. Kesemuanya itu jika dilakukan dengan konsisten maka
akan memberikan dampak yang luar biasa pada si pelaku dzikrullah. Hati dan jiwa akan tenang di dunia, sedang surga
telah menanti di akhirat sebagaimana firman Allah di akhir surat al-Ahzab ayat
35: “…dan orang laki-laki dan orang
perempuan yang banyak mengingat Allah maka Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.”
Semoga kita diberi petunjuk dan rahmat oleh Allah agar menjadi orang
yang senantiasa dzikrullah hingga akhirnya mampu meraih kebahagiaan
hakiki yang menjadi dambaan setiap manusia. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar