buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Minggu, 02 Maret 2014

KORELASI DZIKRULLAH DENGAN KEBAHAGIAAN



      Edisi  07 th V : 14 Februari 2014 M / 14 Rabiul Akhir 1435 H
KORELASI DZIKRULLAH DENGAN KEBAHAGIAAN
Penulis: ust. Marsudi (TPQ ad-Darajaat, Mayak)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah menciptakan manusia dengan dibekali akal pikiran untuk menentukan langkah-langkah hidupnya, sebagaimana tersirat dari surat az-Zumar ayat 21: “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu berupa tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan. Dan kita sebagai manusia biasa, sudah semestinya mengikuti dan meniru apa yang sudah beliau kerjakan dalam rangka senantiasa meningkatkan hubungan dengan Allah swt.
            Manusia hidup di jaman modern ini sudah benar-benar sangat disibukkan dengan berbagai hal. Semua bermuara pada satu hal yang disebut kebahagiaan. Hakikat kebahagiaan yang dicari dengan berbagai macam kesibukan tersebut sebenarnya adalah ketentraman jiwa dan ketenangan hati. Mari kita cermati apa yang ada di sekitar kita. Seseorang bisa saja memiliki kekayaan yang berlimpah ruah, rumah indah, kendaraan mewah dan sebagainya, namun belum tentu ia mendapatkan kebahagiaan. Islam mengajarkan cara mencari kebahagiaan hakiki yang berupa ketentraman jiwa dan ketenangan hati dengan mengikuti apa yang termaktub dalam ayat-ayat al-Qur’an, diantaranya surat ar-Ra’d ayat 28:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” Inilah sebuah metode simple yang diajarkan Allah melalui kitab suci al-Qur’an sebagai suatu solusi untuk mendapatkan kebahagiaan serta menghindarkan diri dari stress ataupun melepaskan segala beban yang menghimpit jiwa. Dalam ilmu psikologi dijelaskan cara-cara menghindarkan stress dengan menenangkan diri, meditasi, ataupun teknik imajinasi bahkan dengan hypnotherapy. Tetapi Islam telah beberapa langkah lebih maju dengan cara bukan sekedar meditasi kosong atau imajinasi kamuflase melainkan dengan dzikrullah, berdzikir mengingat Allah.
Orang yang sedang ditimpa kesusahan, atau keruwetan suatu masalah ataupun kekosongan jiwa, sebenarnya dia ada dalam kegelapan. Sering kali seseorang merasa sudah tak ada lagi jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi, segalanya seperti menemui jalan buntu. Dalam situasi seperti inilah sesungguhnya al-Qur’an sudah menunjukkan solusi yaitu dalam surat al-Ahzab ayat 43: “Dialah pemberi rahmat kepadamu dan malaikatNya, supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dialah Yang Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” Namun ayat ini masih ada hubungan dengan ayat sebelum-nya, yang menjadi syarat bagi pemberian rahmat dan pengeluaran dari kegelapan tersebut. Ayat 41 dan 42 dari surat al-Ahzab berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah (dengan menyebut nama-Nya) dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan petang.” Maka dari rangkaian ayat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang mendapat rahmat dan dikeluarkan dari kegelapan hanyalah orang-orang yang beriman serta mau mengingat Allah (dzikrullah) di setiap saat.
Memang pada realitanya, juga banyak juga orang yang tidak beriman yang selalu mendapatkan jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Tapi orang seperti ini pada hakikatnya tidaklah mendapat rahmat. Padahal rahmat menjadi hal penting dalam pembentukan karakter kepribadian. Kita bisa melihat, betapa banyak orang pandai namun tidak mendapat rahmat dari Allah sehingga dia terjerumus ke dalam hal-hal buruk atau merugikan orang lain. Kita juga bisa menemukan orang yang biasa saja namun senantiasa berbuat baik dan berguna bagi orang lain. Hal seperti inilah sesungguhnya hakikat fungsi rahmat, sebagaimana disinggung dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 57 dan 58: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."

Kemudian salah satu indikator bahwa kita adalah manusia yang diberi rahmat adalah kita mampu menekan diri untuk menghindari perbuatan dosa. Memang seseorang tidak mungkin dapat bersih dari dosa baik dosa diri sendiri maupun dosa merugikan orang lain. Hal ini karena manusia memang sudah kodrati tempatnya salah dan lupa. Rasulullah saw memberikan solusi dari problematika kodrati ini. Beliau bersabda: “Sebaik-baik seseorang pastilah pernah melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang mau segera bertaubat memohon ampun pada Allah.” Rasulullah saw sendiri memberikan contoh kongkrit perihal taubat dan mohon ampun ini. Beliau adalah seorang yang ma’sum, terbebas dari segala macam dosa baik kecil maupun besar. Hal ini karena ketika masih kecil dalam asuhan keluarga Halimatus-Sa’diyah dan sedang menggembala kambing, malaikat Jibril telah datang membersihkan jiwanya. Namun demikian, ternyata beliau senantiasa istighfar mohon ampun pada Allah tak kurang dari 70 kali setiap harinya. Bandingkan dengan kita yang manusia biasa tempatnya salah dan lupa. Tauladan Rasulullah saw untuk senantiasa mohon ampun tersebut selayaknya kita aplikasikan dalam keseharian kita. Bukankah sebaik-baik manusia pun asti ada juga jeleknya?
         Istighfar termasuk salah satu cara dzikrullah. Selain istighfar masih ada dengan tasbih, tahmid, takbir maupun tahlil. Kesemuanya itu jika dilakukan dengan konsisten maka akan memberikan dampak yang luar biasa pada si pelaku dzikrullah. Hati dan jiwa akan tenang di dunia, sedang surga telah menanti di akhirat sebagaimana firman Allah di akhir surat al-Ahzab ayat 35: “…dan orang laki-laki dan orang perempuan yang banyak mengingat Allah maka Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Semoga kita diberi petunjuk dan rahmat oleh Allah agar menjadi orang yang senantiasa dzikrullah hingga akhirnya mampu meraih kebahagiaan hakiki yang menjadi dambaan setiap manusia. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar