Edisi 11 th V : 14 Maret 2014 M / 12 Jumadil Ula
1435 H
PENDIDIKAN DALAM
KELUARGA
Penulis: ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Puji syukur pada
Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan ber-pasang-pasangan. Ada
siang ada malam, ada matahari ada rembulan, ada bumi ada langit, ada kanan ada
kiri, ada laki-laki dan ada juga perempuan. Semua itu tidak ada yang sia-sia,
karena setiap segala sesuatu ada hikmahnya. Kemudian shalawat salam semoga tetap
tercurah pada Nabi Muhammad saw, makhluk paling mulia di muka bumi ini yang
pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kita tentu mengetahui bahwa ketakwaan
merupakan perwujudan dari keimanan dalam dada. Aplikasi dari ketakwaan berupa
segala macam bentuk ibadah. Sedangkan hasilnya adalah terwujudnya akhlakul
karimah. Untuk itu diperlukan beragam sarana prasarana yang sekiranya dapat
menunjang proses tersebut menuju kesuksesan. Salah satu faktor pentingnya
adalah pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peningkatan ketakwaan
sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga terutama dalam membentuk keluarga
sakinah seperti yang termaktub dalam al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya: “Dan
di antara tanda-tanda kekuasa-anNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu mawaddah (rasa cinta) dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Keluarga merupakan bagian kecil dari masyarakat.
Masyarakat yang baik merupakan kumpulan dari keluarga-keluarga yang baik.
Keluarga yang baik adalah suatu keluarga yang dibangun atas dasar ketaatan
terhadap Allah swt. Membangun keluarga semata-mata untuk meningkatkan kualitas
ibadah kepada Allah swt. Suatu
keluarga yang
selalu dilandasi dengan al-Qur’an dan sunah akan mampu mengem-balikan fitrah
manusia, sehingga mampu melahirkan manusia-manusia yang islami sebagaimana fitrahnya.
Di sinilah peranan pendidikan dalam keluarga sangat menentukan,
bagaimana seorang ayah dan ibu mampu mendidik anak-anaknya menjadi manusia yang
kuat dalam akidah, ekonomi, akhlaq serta ilmu pengetahuannya. Rasulullah saw
bersabda dalam salah satu haditsnya: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun
seorang Majusi.” (HR Muslim). Dari hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa
orang tua sangat berperan dalam membentuk akidah anaknya. Contoh yang sangat baik
telah ada, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat Lukman ayat 13 yang
menceritakan kisah Lukman al-Hakim ketika menasehati anaknya agar tidak
mensekutukan Allah swt: “Wahai anakku, jangan sekali-kali engkau sekutukan
Allah”. Demikianlah seharusnya orang tua, memperhatikan betul bagaimana
akidah anak-anaknya. Jangan sampai anak-anak terjerumus dalam syirik yang termasuk
dalam kategori dosa besar. Al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 48 menerangkan: “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
Tanggung jawab terhadap bahaya syirik ini menjadi tanggung jawab bersama bagi
orang tua, terutama kepala rumah tangga sebagai penentu kebijakan. Hal ini
berkaitan dengan firman Allah swt dalam surat at-Tahrim ayat 6: ”Wahai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat keras
yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Pendidikan selanjutnya setelah penanaman
akidah adalah pendidikan tentang berbakti kepada kedua orang tua. Allah swt berfirman dalam surat Lukman ayat 14:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapakya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kedua ibu bapakmu,
hanya kepadaKulah kembalimu.” Dalam ayat ini terlihat jelas
bagaimana Islam sangat menjunjung tinggi etika, terutama etika anak terhadap
orang tua. Dalam rangka mendorong berbuat baik terhadap orang tua, sampai-sampai
al-Qur’an menyebutkan bagaimana kesulitan dan kepayahan orang tua dalam mengasuh
anak-anaknya, mulai dari mengandung, melahirkan dan menyusui. Sebagai rasa
terimakasih kita kepadanya, hendaknya kita berbuat baik kepada keduanya.
Selanjutnya, pendidikan yang harus diajarakan kepada anak sesuai
dengan Qur’an surat Lukman ayat 16 adalah moral: ”Wahai anakku bila ada kebaikan yang
kamu kerjakan kecil (tidak nampak oleh pandangan mata),
yang kecil itu tersembu-nyi di puncak langit, di dasar bumi yang paling dalam
atau di tengah-tengah batu hitam sekalipun, Allah pasti akan mengetahuinya dan
pasti akan memberikan balasan yang seadil-adilnya”. Ayat ini memberikan pemahaman kepada anak agar senantiasa berhati-hati
dalam berbuat, sebab apa yang dilakukan selalu diketahui oleh Allah dan akan dimintai
pertanggung jawabannya. Kemudian anak-anak diajarkan tatanan hidup, sebagaimana
termaktub dalam surat Lukman ayat 17: “Wahai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpakamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajib kan
oleh Allah.” Setelah 4 dasar ini dimiliki anak, maka kemudian anak diajarkan
berbagai disiplin ilmu yang berguna yang pada akhirnya si anak menjadi generasi
yang tangguh. Jangan sampai generasi yang akan datang merupakan generasi yang
lemah, baik lemah akidah, lemah moral, lemah ekonomi maupun lemah ilmu pengetahuannya. Rumah
juga sebagai sarana mendapatkan dan berbagi ilmu, sebagai ladang da’wah,
saling memuhasabahi, saling mengkoreksi dan instropeksi. Tiada kata
menyerah dalam mengarungi biduk rumah tangga. Ikrar yang sudah diucapkan
hendaknya betul-betul dipahami dan diamalkan. InsyaAllah perjuangan untuk
membina keluarga sakinah mawaddah wa rahmah yang menjadi pondasi
kekuatan menuju ridha Allah, akan terwujud. Sehingga di kemudian hari akan
terlahir generasi terbaik, generasi rabbani dari rumah-rumah kaum
muslimin.
Demikianlah beberapa konsep pendidikan dalam rumah tangga islami. Ada baiknya kita juga merenungkan firman Allah
dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan di belakang mereka (generasi berikutnya) anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaknya mereka mengucapkan
perkataan yang benar.”
Ayat ini selayaknya menjadi modal dasar bagi orang tua dalam mendidik anak nya. Semoga Allah melimpahkan kekuatan dan kesabaran pada
kita semua dalam membina dan mendidik anak-anak kita, aamiin … ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar