buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Minggu, 04 Mei 2014

BULAN RAJAB



      Edisi  18 th V : 2 Mei 2014 M / 2 Rajab 1435 H
BULAN RAJAB
Penulis: ust. Herul Sabana (TPQ al-Mansyur, Mangkujayan )
Segala puji hanyalah bagi Allah swt pencipta alam semesta dan yang memiliki kuasa untuk mengaturnya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang telah menunjukkan jalan yang lurus bagi umatnya.
Kita semua hidup dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, sampai tahun ke tahun. Dari keseluruhan waktu hidup ini, sebenarnya ada bulan-bulan khusus yang memiliki keistimewaan di sisi Allah, sebagaimana tersirat dalam surat at-Taubah ayat 36: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan dalam ketetapan Allah di waktu penciptaan langit dan bumi, diantaranya ada 4 bulan haram.” Salah satu diantara bulan haram tersebut adalah bulan Rajab yang sedang kita jalani ini. Pada bulan Rajab terjadi peristiwa fenomenal yang tiada bandingnya, yaitu peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad saw untuk menerima perintah shalat. Begitu istimewanya ibadah shalat sehingga Rasulullah saw harus menghadap sendiri kepada Allah, padahal ibadah-ibadah yang lain biasanya melalui perantara malaikat Jibril. Karena hal tersebut, Rasulullah pernah bersabda: “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkannya berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa meninggalkannya berarti merobohkan agama.” (HR Bayhaqi). Shalat adalah salah satu bukti ketaatan manusia pada Tuhannya. Bila kita cermati setiap gerakan shalat, ternyata mengandung makna yang luar biasa. Shalat dimulai dengan gerak takbiratul ihram sebagai simbol penghormatan. Berdiri dengan wajah tertunduk memandang ke arah tempat sujud. Dilanjutkan dengan ruku’ yang

seolah-olah menyerahkan kepala untuk pasrah seperti siap dipancung. Dan berbagai gerakan shalat lain yang mengandung makna luar biasa. Bahkan Prof. Dr. Hembing menuliskan dalam bukunya tentang hikmah gerak shalat bagi kesehatan. Sungguh luar biasa…
         Karena keistimewaan shalat ini, Rasulullah memerintahkan agar kita mendidik anak semenjak dini untuk senantiasa shalat, sebagaimana sabda beliau dalam haditsnya: “Perintahkan anak agar mengerjakan shalat apabila telah berumur 7 tahun, dan apabila sudah berumur 10 tahun (sedang dia tidak mau mengerjakan shalat) maka pukulah dia.” Hadits ini bagi orang yang tidak memahami agama dengan benar, akan menyangka Islam membolehkan atau melegalkan kekerasan pada anak. Padahal makna sebenarnya justru sebaliknya, yakni bahwa Islam sangat memperhatikan pendidikan anak usia dini dengan disiplin yang benar dan berkesinambungan atau kontinyu. Hukuman yang diberikan bersifat mendidik. Jika anak sudah mendapatkan pendidikan yang baik dan benar sejak usia dini maka si anak akan tumbuh dengan perkembangan yang bagus. Konsep ini sejalan dengan konsep psikologi behaviorisme (perubahan tingkah laku) dengan rumus “stimulus – respon”. Dalam hadits di atas, stimulus (pembiasaan) yang diberikan adalah mengerjakan shalat secara disiplin. Jika hal ini dilaksanakan, maka akan terwujud respon berupa terbiasanya si anak untuk melaksanakan shalat meski tanpa diperintah atau diawasi orang tua.
Ketika orang tua sudah menanamkan disiplin shalat lima waktu pada anak, maka anak tersebut akan terbiasa melaksanakan perintah agama tanpa merasa terbebani atau terpaksa. Bahkan secara psikologis, seseorang akan merasa aneh dan ada sesuatu yang kurang jika suatu saat tanpa sengaja meninggalkan kebiasaannya (dalam hal ini shalatnya). Disiplin shalat ini akan membentuk perilaku yang baik bagi anak dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam al-Qur’an surat al-‘Ankabut ayat 45 dijelaskan: “Sesungguhnya shalat itu mencegah segala kejahatan dan kemunkar-an.” Jika seseorang semenjak usia kanak-kanak sudah terbiasa disiplin shalat kemudian mulai mengaplikasikan makna hakikat shalat dalam kehidupan sehari-hari, maka tentunya perilakunya akan mencerminkan keindahan akhlak Islami. Inilah hakikat pendidikan Islam yaitu suatu proses yang terus menerus berkesinambungan dengan latihan mental dan fisik sehingga akan membentuk moral yang bagus.
Inilah salah satu wujud pendidikan. Dalam perkembangannya pendidikan dapat didefinisikan menjadi segala bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk mengembangkan kemam-puan seoptimal mungkin sejak lahir sampai akhir hayat. Orang tua merupakan lembaga pendidikan primer sekaligus yang pertama bagi seorang anak. Orang tua harus mampu untuk senantiasa mengontrol perkembangan si anak agar sesuai dengan

yang dikehendaki. Dalam konsep ini, pendidikan Islam didefinisikan sebagai suatu proses perubahan individu agar menjadi lebih baik menurut agama Islam.
            Namun sehebat apapun sebuah konsep pendidikan, segalanya tetap kembali pada individu masing-masing. Konsep pendidikan shalat yang mencegah kekejian dan kemunkaran, bisa jadi berbeda hasilnya. Hal ini sudah disinggung oleh Rasulullah saw dalam hadits: “Barangsiapa yang telah mengerjakan shalat tetapi shalatnya tidak mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka tidaklah ditambah sesuatu kepadanya melainkan semakin jauh dari Allah.” Dari hadits ini kita bisa mengetahui bahwa orang yang “hanya mengerjakan shalat” tapi belum mampu “mendirikan shalat” maka kemungkinan dia masih saja berbuat keji dan munkar. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan banyak menemukan orang-orang yang kelihatan rajin shalat namun tetap saja berbuat kemunkaran.
Keistimewaan bulan Rajab yang lain adalah tentang puasa sunnah. Jika seseorang mau melaksanakan puasa  sunnah satu hari saja di bulan Rajab, maka ada imbal balik yang luar biasa sebagaimana sabda Rasulullah dalam haditsnya: “Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah telaga yang disebut telaga Rajab. Airnya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barang siapa berpuasa satu hari pada bulan Rajab maka Allah akan memberi minum padanya dengan air telaga itu.” Menurut tafsir hadits tersebut, jika seseorang sudah minum air telaga Rajab, maka ia tidak akan merasa kehausan selamanya. Sungguh luar biasa….
        Berangkat dari kemuliaan bulan Rajab ini, maka tentunya kita harus semakin meningkatkan amal shaleh dan juga mempergunakan kesempatan yang baik di bulan Rajab ini. Mari kita syiarkan peringatan Rajabiyah dengan berbagai acara keagamaan dengan tujuan mengambil berbagai macam hikmah yang terkandung di bulan yang istimewa ini. Semoga Allah juga memberi rahmat karunia kepada kita sehingga kita tetap diberi kesempatan menikmati bulan Rajab ini kemudian Sya’ban dan juga menyampaikan umur kita agar menjumpai bulan Ramadhan. Aamiin…
*********

1 komentar: