Edisi
19 th V : 9 Mei 2014 M / 9 Rajab 1435 H
TANDA CINTA ALLAH
Penulis: ust. Mahfud (TPQ Miftahul Huda, Jenes )
Segala puji hanyalah bagi Allah swt, Sang Pencipta alam
semesta dan yang memiliki kuasa untuk mengaturnya, yang memiliki sifat Rahman
Rahim dalam kuasa-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi
Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri tauladan yang telah menunjukkan jalan
yang lurus bagi umatnya.
Setiap manusia mempunyai rasa cinta ingin mencintai dan
ingin pula dicintai. Oleh karenanya, jika mendapat cinta dari sesama manusia adalah
suatu kebahagiaan tersendiri. Apalagi kalau mendapatkan cinta dari Allah swt,
Tuhan yang menciptakan semua makhluk. Maka dari itu, kewajiban kita adalah
berusaha untuk mendapatkan cinta Allah swt, agar kebahagiaan dunia dan akhirat
dapat kita capai. Tanda-tanda dan sebab-sebab Allah mencintai hamba-Nya,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama,
firman Allah swt dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 31: “Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Demikianlah apabila hamba mengikuti sunah-sunah Rasulullah saw, maka ia akan
dicintai oleh Allah swt dan akan mendapat kasih sayang serta ampunan dari Allah
swt. Perkataan dan perbuatan Rasulullah saw adalah cermin dan juga uswatun
hasanah bagi umatnya. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlaq Rasulullah saw,
maka beliau menjawab bahwa akhlaq Rasulullah saw adalah al-Qur’an (Riwayat
Bukhari-Muslim). Dalam konsep ini, mengikuti sunah Rasulullah saw sama dengan
mengamalkan al-Qur’an. Sedangkan al-Qur’an memuat segala ketentuan Allah.
Kedua. Orang senantiasa bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan keras
(dalam hal aqidah) terhadap orang kafir. Hal ini bisa berarti bangga dan sangat
menjaga terhadap iman yang dimiliki, serta tidak merasa hina menjadi seorang
mukmin. Dengan demikian pada akhirnya tidak merasa rendah, malu ataupun pesimis
apabila memperjuangkan agama, walaupun tidak disukai orang-orang kafir dan
munafik. Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah swt berfirman melalui al-Qur’an
surat al-Maidah ayat 54: “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa
di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan
suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut terhadap
celaan orang yang suka mencela.”
Ketiga. Orang yang tidak
memusuhi wali Allah. Al-Qur’an surat Yunus ayat 62 menyebutkan: “Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Keempat. Orang yang selalu
mendekatkan diri kepada Allah swt dengan perkara yang diwajibkan oleh Allah swt
dan perkara-perkara yang disunahkan oleh Allah swt. Sebuah hadits dapat
dijadikan sebagai acuan: “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw
bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman: Barang siapa memusuhi kekasih-Ku maka Aku
ijinkan baginya untuk memeranginya (musuh tersebut). Dan apa yang (dipersembahkan)
hamba-Ku dengan mende-katkan diri dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa
yang Aku wajibkan baginya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku
dengan (ibadah-ibadah) sunnah sampai Aku mencintainya. Kalau sudah Ku-cintai,
maka Aku (memberi taufik) pada pendengarannya yang digunakan untuk mendengar, dan
penglihatannya yang digunakan untuk melihat, tangannya yang digunakan untuk
memukul, dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Kalau dia meminta kepada-Ku
akan Ku-beri, kalau dia minta perlin-dungan kepada-Ku, pasti akan Aku lindungi.
Dan Aku tidak mengakhirkan serta berhenti seperti berhenti keraguan dalam
urusan, Aku yang melakukan nya kecuali ketika mencabut jiwa hamba-Ku orang
mukmin, (Aku berhenti) agar mudah dan hatinya condong untuk rindu menggapai
jalan orang-orang yang mendekatkan diri di golongan orang-orang tinggi
(kedudukannya). Dan Aku tidak ingin menyakitinya (dengan mencabut nyawanya agar
mendapatkan rakmat dan pengampunan dan menikmati kenikmatan surga).
(HR. Bukhari).
Kelima.
Orang yang dicintai oleh Allah swt akan diuji
oleh Allah swt, sebagai mana hadits nabi Muhammad saw: “Sesungguhnya agungnya balasan
dari besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla ketika mencintai
suatu kaum, maka kaum tersebut akan diujinya.
Barangsiapa yang ridha, maka dia mendapatkan ridha-Nya. Barangsiapa yang murka,
maka dia mendapatkan kemurkaan.” (HR. Tirmizi,
2396 dan Ibnu Majah, 4031). Hanya saja bagi orang awam, terkadang ujian dari
Allah dianggap sebagai bala’ atau bencana. Padahal bisa jadi ujian yang berupa
kesulitan dan cobaan yang diterima hamba merupakan indikasi siksa di akhiratnya
akan diringankan oleh Allah swt, sebagaimana hadits nabi Muhammad saw: “Kalau
Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya, maka akan disegerakan hukuman di
dunia, kalau menginginkan bagi hambaNya kejelekan, maka ditahan (siksanya) dikarenakan
dosanya sampai terpenuhi nanti di hari kiamat.” (HR. Tirmizi, 2396).
Keenam. Orang yang dicintai oleh Allah swt senantiasa dicintai oleh
makhluk-Nya, sebagaimana keterangan dalam hadits Qudsi: “Kalau Allah mencintai seorang hamba, Jibril menyeru ‘Sesungguhnya Allah
mencintai si fulan, maka cintailah dia. Maka Jibril mencintainya. Kemudian
Jibril menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka
cintailah dia. Maka penduduk langit mencintainya.
Kemudian ditaruh baginya penerimaan di bumi.” Dalam konsep ini, manusia secara kasat mata
tidak mampu melihat penduduk langit mencintai seorang hamba. Tetapi dalam
kehidupan dunia, sesungguhnya kecintaan tersebut dapat diketahui dari kecintaan
masyarakat yang tanpa pamrih pada seorang hamba.
Berangkat dari sekelumit tulisan ini, serta sabda Rasulullah saw: “Di antara doa Nabi Daud as ialah: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu,
cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu
perbuatan yang dapat mengantarkanku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah
cintaMu lebih kucintai daripada diriku dan keluargaku serta air dingin.” Dan
bila Rasulullah saw mengingat Nabi Daud as beliau menggelarinya sebaik-baik
manusia dalam beribadah kepada Allah.” (HR Tirmidzi 3412), maka mari
berdoa semoga kita termasuk hamba yang dicintai oleh Allah serta kita termasuk
manusia yang juga dicintai manusia lain. Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar