Edisi 12 th VIII : 24 Maret 2017 M / 25 Jumadits Tsani
1438 H
BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN
Penulis:
Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Puji Syukur
Alhamdulillah kepada Allah swt atas segala nikmat dan karunia yang yang telah
diberikan kepada hamba-Nya dan tak lupa karunia terbesar yakni Iman dan Islam.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw, yang telah menjadi suri tauladan serta pembimbing bagi umatnya
dalam menelusuri keimanan dan keislaman.
Allah memerintahkan kepada
hamba-Nya agar senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaan selama hidup sampai
ajal menjemput, sebagaimana firman dalam
surat Ali Imran ayat 102: “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.” Ayat ini mengindikasikan bahwa iman merupakan
hal sangat penting untuk dijaga sampai mati. Namun keimanan tidak akan sempurna
apabila tidak diaplikasikan dengan ketaqwaan dengan realisasi ibadah kepada
Allah swt. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah akan menuntun setiap
langkah-langkah hamba-Nya pada suatu jalan yang diridhai yang tentunya akan
membawa pada kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Dengan kesungguhan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, manusia akan senantiasa meniti jalan
kebaikan menuju tujuan hidup. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa keimanan
bukanlah melulu masalah ibadah, melainkan juga muamalah. Dalam
al-Qur’an, lebih banyak dibahas masalah muamalah dari pada ibadah
pribadi. Ini menunjukkan betapa urgennya hubungan sesama manusia
Secara kodrati
manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak akan lepas dari
orang lain, sebab antara satu dan yang lain saling membutuhkan dan bekerjasama.
Hampir semua aktivitas manusia harus dilakukan bersama orang lain. Antara
sesama manusia selalu terjadi hubungan yang hal tersebut akan berlangsung dalam
berbagai bentuk situasi dan komunikasi. Dari konsep inilah kemudian terwujud
apa yang disebut sebagai “masyarakat”.
Kecenderungan manusia
untuk berhubungan akan selalu melahirkan komunikasi dua arah melalui bahasa
yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka dalam kehidupan
semacam inilah interaksi pun terjadi. Karena itu interaksi akan terjadi bila ada
hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih. Hubungan dengan sesama akan menjadi
harmonis, apabila sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Lebih khusus
hubungan sesama umat islam akan menjadi baik, apabila umat islam benar-benar memperhatikan
tuntunan Rasulullah saw.
ari Abu
Dzar bahwa Nabi saw bersabda:
“Atas tiap-tiap
dari anak adam sedekah, memberi salam kepada orang yang di jumpai adalah
sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, melarang kepada yang munkar
adalah sedekah, membuang duri dari jalan adalah sedekah, dan menggauli istrinya
adalah sedekah.” (H.R Abu Dawud).
Tindakan
yang bermanfaat bagi orang lain, walaupun cuma membuang duri dari jalan atau sesuatu
yang membahayakan dari jalan adalah perbuatan yang mulia bahkan hal tersebut merupakan
sedekah. Sebagaimana hadits d
Selain kita
harus bermanfaat bagi orang lain, kita juga harus senantiasa menjaga kebersihan
hati. Islam melalui Rasulullah saw melarang umatnya merugikan orang lain. Kebersihan
hati adalah hal yang sangat penting untuk membangun ukhuwah islamiyah.
Membersihkan diri dari sifat hasud, saling menipu, saling membenci, saling
membelakangi serta menawar barang yang sedang ditawar. Dalam sebuah hadits juga
diperinci beberapa hal sebagai berikut: Abu Hurairah ra. berkata bahwa
Rasulullah saw. bersabda: ”Jangan
saling menghasud, saling menipu, saling membenci, saling membelakangi, dan
janganlah dari sebagian dari kalian menawar barang yang telah ditawar orang
lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Orang muslim adalah saudara bagi orang muslim yang lain,
maka jangan berlaku aniaya kepadanya, jangan menelantarkannya, jangan
membohongi nya, dan jangan merendahkannya. Taqwa itu disini (beliau menunjuk
kedadanya dan mengulanginya sampai tiga kali). Cukuplah sesorang dikatakan
jelek apabila dia merendahkan saudaranya yang muslim. Darah, harta, kehormatan
setiap muslim adalah haram bagi muslim lain.” (H.R Muslim)
Dalam bermasyarakat kita juga harus memperhatikan etika sehingga
kita tidak merugikan orang lain secara psikologis. Hal seperti ini juga
dicontohlan dalam hadits: “Dari Ibnu Umar ra dan dua orang berkata
bahwa Rasulullah saw
bersabda:
Janganlah seseorang
menyuruh orang lain untuk beranjak dari tempat duduknya kemudian ia menduduki tempat tersebut,
akan tetapi berlapang-lapanglah dalam bermajlis.” Secara konseptual, hadits ini
menunjukkan bagaimana etika seseorang -yang meskipun mungkin dia terhormat-
tidak boleh sembarangan merugikan orang lain dengan cara apapun. Sebaliknya
Islam mengkonsep bahwa sebagai manusia yang baik selayaknya peduli terhadap
orang lain sehinggga keberadaannya memberikan manfaat bagi orang lain.
Disebutkan dalam hadits dari jabir ibnu Abdullah ra berkata: “Terdapat beberapa kelebihan tanah milik
seseorang dari kami, maka para sahabat berkata: kamu menyewakannya pertigaan,
perempatan, dan paroan. Rasulullah saw berkata: “barang siapa yang memiliki
tanah, tanamilah atau hadiahkanlah (kelebihan tanahnya) kepada saudaranya jika
ia tidak menghendakinya, maka peganglah tanahnya.” (HR. Bukhari). Selain ini terdapat juga
hadits lain dari Abi Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah
dilarang seseorang mengambil kelebihan air yang dimiliki saudaranya, tentu pula
tidak dilarang rerumputannya.” (HR. Bukhari)
Dari kajian ini kita dapat menarik
kesimpulan betapa Islam sangat mengatur konsep muamalah yang dimaksudkan agar
terwujud masyarakat yang aman, tenteram, nyaman serta kondusif. Semoga kita
mampu menjadi warga masyarakat yang baik dan bermanfaat bagi orang lain sesuai
tuntunan Islam. Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar