buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Kamis, 09 November 2017

SELAMAT DATANG SYA'BAN



       Edisi 16 th VIII : 28 April 2017 M / 1 Sya’ban 1438 H
SELAMAT DATANG SYA’BAN
Penulis: Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah menciptakan semesta dan mengatur peredarannya sehingga terhitunglah 12 bulan dalam setahun. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad saw yang telah menyingkapkan berbagai tabir hal ghaib dan memberitahukannya pada umatnya.
            Semesta dunia ini beredar menurut ketentuan Allah. Dari peredaran bulan dalam mengelilingi bumi, didapatlah hitungan bulan-bulan qamariyah seperti Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal dan lainnya. Hal ini didasarkan dengan al-Qur’an surat Yasin ayat 39 yang artinya: “Dan bulanpun telah Kami tetapkan manzilah-manzilahnya sampai ia kembali berbentuk (melengkung) seperti pelepah kering yang tua.” Dalam hitungan bulan-bulan tersebut, ada beberapa bulan mulia yang menjadi saksi sejarah fenomenal. Kita tentu mengenal bulan Rajab sebagai bulan isra’ mi’raj Nabi Muhammad saw menghadap kepada Allah untuk menerima perintah shalat. Dan kita juga mengenal berbagai kehebatan bulan Ramadhan sebagai bulan pertamakalinya wahyu al-Qur’an turun dan juga sebagai bulan laylatul qodar sehingga bulan ini penuh rahmat tiada tara. Sedang kedua bulan tersebut mengapit satu bulan yaitu bulan Sya’ban yang kita masuki sekarang ini.
Bulan Sya’ban merupakan pemantapan hakikat shalat sebagai aplikasi bulan Rajab, serta menjadi persiapan akhir bagi bulan Ramadhan sebagai bulan ujian pengekangan nafsu demi kesucian diri di bulan Syawal nanti. Mengenai keluarbiasaan bulan Sya’ban ini, tentu kita sudah sering mendengar dari berbagai sumber.

Seperti telah banyak dijelaskan oleh para da’i maupun khatib jum’at bahwa bulan Sya’ban adalah bulan penuh berkah yang berada diantara bulan terjadinya mu’jizat isra’ mi’raj yang tak kan dialami oleh siapapun lagi, dengan bulan yang suci untuk pembebasan dari api neraka. Pada bulan Sya’ban, Allah membuka 300 pintu yang akan mencurahkan rahmat bagi siapapun yang memohonnya. Bahkan banyak ulama menyatakan bahwa setiap do’a yang dipanjatkan dengan kesungguhan hati maka akan terkabul berkat kemurahan Allah pada bulan ini. Karena itu ada baiknya jika kita segera mereview segala hajat untuk segera disampaikan ke hadirat Allah melalui do’a-do’a pada waktu-waktu terpilih yang mustajab semisal usai shalat. Tentu saja pemanjatan do’a-do’a tersebut juga harus diimbangi dengan tambahan berbagai ibadah sunnah yang akan mendukung terkabulnya hajat. Senyampang masih ada waktu tersisa di bulan Sya’ban, maka mari digunakan dengan sebaik-baiknya sehingga saat memasuki bulan suci Ramadhan, kita sudah siap.
Rasulullah saw pernah bertanya kepada para sahabat: mengapa bulan antara Rajab dengan Ramadhan ini dinamakan Sya’ban? Para sahabat menyahut bahwa Allah dan Rasulnya lebih mengetahui dari manusia manapun. Maka Rasulullah menjelaskan bahwa bulan tersebut dinamakan Sya’ban karena pada bulan tersebut Allah melipat gandakan pahala manusia yang sengaja bertaqarrub mengharapkan rahmat Allah sebagai wujud kegembiraan dalam rangka menyambut kedatangan bulan Ramadhan.
Dalam bulan Sya’ban ini, Allah melipat gandakan berbagai macam pahala sebagai salah satu bentuk “pemanasan” sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Jika saat akan memasuki Ramadhan nanti jiwa sudah mapan, maka tentunya hati akan merasa gembira menyambut kedatangan bulan suci itu. Padahal Rasulullah saw sudah bersabda yang artinya: “Barangsiapa merasa gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka diharamkan atasnya api neraka.” Tafsir hadits tersebut, jika seseorang sudah benar-benar mampu merasakan gembira sepenuh jiwanya dalam menyambut bulan Ramadhan, maka dia tidak akan masuk neraka. Namun perlu digaris bawahi indikasi “kegembiraan” tersebut. Karena hal ini menyangkut keadaan hati, maka tentunya hanya Allah dan diri kita sendiri yang mengetahui. Hanya orang-orang tertentu yang telah melalui berbagai tahapan riyadhah yang benar yang akan mampu merasakan bagaimana gembiranya menyambut memasuki bulan Ramadhan. Terlepas dari hal tersebut, kita harus terus berupaya agar mencapai tingkatan seperti itu. Salah satu caranya adalah dengan menambah kuantitas dan kualitas ibadah di sisa hari-hari bulan Sya’ban ini, misalnya dengan menambah waktu shalat jamaah. Yang dulunya barangkali hanya maghrib saja, maka mari ditambah dengan jamaah ‘isyak. Bukankah shalat ‘isyak berjamaah insyaAllah sama pahalanya dengan shalat tahajud separuh malam? Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah jika sekarang sudah

mampu shalat maghrib berjamaah kemudian diteruskan shalat ‘isyak berjamaah juga, maka jangan sampai pada bulan Ramadhan nanti shalat ‘isyaknya berjamaah (karena beriringan dengan shalat tarawih), namun shalat maghrib yang biasanya berjamaah justru ditinggalkan karena “terlena” berbuka puasa.
        Jika kita telaah lebih lanjut, pada hakikatnya kita disuruh untuk menambah kualitas ketakwaan pada Allah. “Takwa” bisa didefinisikan dengan beragam kata, namun secara ringkas adalah mematuhi perintah Allah (perintah menjalankan kebaikan maupun menjauhi larangan) dan tidak mempunyai itikad maupun upaya untuk durhaka pada Allah. Setiap hari dalam setiap shalat, kita telah menyatakan dg lisan dan memantapkan dalam hati untuk menyerahkan hidup mati beserta seluruh ibadah hanya kepada Allah semata melalui do’a iftitah (“inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin”) sebelum membaca al-Fatihah. Sedangkan dalam al-Fatihah pun kita kembali menyatakan kelemahan diri pribadi kita kepada Allah melalui pernyataan: “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” hanya kepadaMu (ya Allah) kami menyembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan. Berarti minimal 17 kali dalam sehari semalam kita bertaqarrub membisikkan kepada Allah betapa kita membutuhkan-Nya dalam kehidupan ini.
         Hakikatnya manusia memang sangat membutuhkan Allah, sedang Allah tidak membutuhkan manusia. Tetapi Allah Maha Pemurah dan akan mencatat setiap amal kebaikan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya pada Allah tersebut dengan catatan yang otentik, sehingga akan ada dua keuntungan bagi manusia yaitu tercapainya hajat kebutuhan di dunia dan masih juga diberi pahala untuk tabungan kebutuhan di akhiratnya. Hal ini tersirat dalam al-Qur’an surat al-Anbiyaa’ ayat 94 yang artinya: “Maka barangsiapa mengerjakan amal shalih sedang ia dalam keadaan beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya tersebut, dan sungguh Kami menulis amalan itu untuknya.”
Semoga Allah menetapkan kita sebagai salah satu dalam sekian banyak hambaNya yang mendapat limpahan rahmat mendapat kemuliaan bulan Sya’ban dan menikmati kesucian bulan Ramadhan. Aamiin…
***








Tidak ada komentar:

Posting Komentar