Edisi 26 th IX : 17 Agustus 2018 M / 05
Dzul Hijjah 1439 H
BERBEDA SATU JUA
Penulis: Marsudi, S.Pd.I
Maha suci Allah yang telah
berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nashr ayat 1-3 yang artinya “Apabila
telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk
agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu
dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.".
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada nabi Muhammad saw, sang suri
tauladan dalam bermasyarakat
Kita masyarakat
Ponorogo, pertengahan tahun 2018 ini ikut dalam gempita Pemilu serentak, baik
Pilkada Jawa Timur maupun Pilkades. Semua sudah berlalu. Kita boleh saja
memperjuangkan para jagoan kita dengan beragam cara, baik secara verbal,
tulisan, maupun action. Namun semuanya sudah berlalu, sudah ada pemenang dalam
pemilihan tersebut. Tapi tidak ada yang kalah, semua adalah pemenang. Kita
adalah pemenangnya.
Mari kita cermati surat an-Nashr dalam
al-Qur’an sebagaimana dikutip artinya di awal tulisan. Tapi perlu diingat,
bahwa pemilu tidak ada hubungan “khusus” dengan surat an-Nashr. Namun, secara
kontekstual karena ayat-ayat al-Qur’an itu bersifat universal dan global, maka
kita bisa mendapatkan pelajaran dari surat an-Nashr untuk kita terapkan pasca
pemilu ini. Dalam kisah Fat-hul Makkah yang digambarkan dalam surat an-Nashr,
bahwasanya semua yang terlibat, baik orang-orang di belakang Nabi Muhammad saw
maupun orang-orang di belakang Abu Sufyan adalah (dianggap juga) pemenang.
Tidak ada yang dikalahkan, dan semua dilindungi oleh sang pemimpin.
Semua merasa aman. Lalu Allah
menyuruh semua yang “merayakan kemenangan” tersebut dengan bertasbih, bukan
pesta pora, bahkan disuruh mohon ampun pula. Barangkali terbersit pertanyaan,
mengapa ketika menang kok justru disuruh mohon ampun? Pada point inilah betapa
jelinya Islam memandang dengan sudut pandang muhasabah. Sesungguhnya
dalam setiap kemenangan yang kita raih, bisa jadi ada beberapa dosa yang kita
perbuat, bisa jadi mulut kita atau tulisan kita atau opini kita atau tindakan
kita pernah meneriakkan dosa saat memperjuangkan kemenangan tersebut. Dan kita
tidak menyadari saat itu. Boleh jadi saat merayakan kemenangan pun kita belum
menyadarinya. Oleh karenanya al-Qur’an memberi peringatan dan tuntunan cara
merayakan kemenangan dengan cara yang lebih elegan.
Lalu
beberapa bulan lagi kita akan memasuki tahun 2019, tahun politik dengan Pemilu
Legislatif, Pemilu Presiden, dan juga Pemilu Desa. Semua tentu akan lebih
menggelegar karena dipastikan lebih banyak kepentingan yang bertarung. Kita
pasti akan berbeda pendapat dengan orang di sekitar. Bahkan bisa jadi kita
berbeda pendapat dan pilihan dengan kawan kita, dengan saudara kita, dengan
orangtua kita, bahkan mungkin dengan pasangan kita. Sesungguhnya kita memang
boleh berbeda, namun harus diingat bahwa meski berbeda kita tetap satu jua. Mari
kita cermati sebuah hadits berikut ini:
حَدَّثَنَا
أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ مَيْسَرَةَ
أَخْبَرَنِي قَالَ سَمِعْتُ النَّزَّالَ بْنَ سَبْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ
اللَّهِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَجُلًا قَرَأَ آيَةً سَمِعْتُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِلَافَهَا فَأَخَذْتُ بِيَدِهِ فَأَتَيْتُ بِهِ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كِلَاكُمَا مُحْسِنٌ
قَالَ شُعْبَةُ أَظُنُّهُ قَالَ لَا تَخْتَلِفُوا فَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
اخْتَلَفُوا فَهَلَكُوا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid
telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata, 'Abdul Malik bin Maisarah telah
menceritakan kepadaku yang berkata, aku mendengar An-Nazzaal bin Sabrah
berkata, aku mendengar 'Abdullah berkata; aku mendengar seseorang membaca
satu ayat yang berbeda dengan apa yang aku dengar dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam. Maka orang itu aku pegang lalu aku bawa menghadap Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Beliau bersabda: "Cara kalian membaca
keduanya benar". Syu'bah berkata: Aku menduga Beliau bersabda:
"Janganlah kalian berselisih karena orang-orang sebelum kalian berselisih
hingga akhirnya mereka binasa". (HR
Bukhari)
Hadits tersebut memang tidak ada
kaitan khusus dengan pemilu. Namun –sekali lagi- bahwa dalil dalam agama Islam
itu, baik al-Qur’an maupun Hadits, bersifat universal dan selalu uptodate.
Maka hadits tersebut jika diterapkan esensinya adalah ketika kita berbeda,
janganlah kita merasa paling benar. Boleh jadi sesungguhnya kita benar, dan
orang yang berbeda dengan kita juga benar. Hanya saja, saat ini yang lebih
dibutuhkan adalah benarnya pilihan kita atau pilihan orang lain tersebut.
Hal
lain yang perlu diperhatikan saat kita berpesta demokrasi melalui Pemilu,
adalah bagaimana kita mampu untuk menahan diri agar tidak menyebarkan informasi
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, istilah sekarang hoax.
Tantangan untuk menahan diri ini sangatlah sulit, mengingat sekarang ini kita
dimanja dengan kemudahan media sosial informasi semacam WA, FB, Twitter dan
lain sebagainya. Akses ke segala penjuru sumber informasi terbuka lebar. Dan
kita semakin kesulitan untuk memilah dan
memilih, yang mana informasi yang valid dan yang mana yang hoax, apalagi
jika terkait dengan jagoan kita dalam Pemilu. Oleh karena itu, mari kita cermati
hadits berikut ini sebagai bahan pertimbangan saat kita akan meneruskan sebuah
informasi melalui media sosial:
حَدَّثَنِي
إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ يَزِيدَ عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ
التَّيْمِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا
يَتَبَيَّنُ فِيهَا يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ
الْمَشْرِقِ
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin
Hamzah telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Hazim dari Yazid dari Muhammad bin
Ibrahim dari Isa bin Thalhah bin 'Ubaidullah At Taimi dari Abu Hurairah dia
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa diteliti yang
karenanya ia terlempar ke neraka sejauh antara jarak ke timur." (HR
Bukhari)
Tahun
politik sudah mulai kita rasakan sensasinya. Mari kita perjuangkan calon
pilihan kita. Namun jangan sampai lupa untuk memperjuangkan diri sendiri agar
aman dari kebinasaan akibat perselisihan dan juga aman dari neraka akibat
menyebarkan informasi yang hanya bersifat hoax untuk menjatuhkan pilihan
orang lain. Alangkah indahnya jika pesta demokrasi ini kita laksanakan dengan
penuh “kewarasan” dan rasa persatuan meski berbeda. Semoga Allah meridhai
hajatan bangsa Indonesia ini. Aamiin,
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar