buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Jumat, 24 Agustus 2018

RIZKI PASCA LEBARAN


       Edisi 21 th IX : 22 Juni 2018 M / 08 Syawal 1439 H
RIZKI PASCA LEBARAN
Penulis: Pandu M.K.
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 153 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan pada nabi Muhammad saw yang merupakan uswatun hasanah bagi kita semua.
            “Lebaran” telah usai, meski bulan Syawal masih panjang. Kata “lebaran” sengaja diberi tanda petik guna memberikan makna yang lain dari makna sebenarnya. Dalam konteks transportasi, istilah H+7 merupakan hari akhir dari perhitungan arus mudik lebaran. Setelah hari ini, dalam konteks tersebut, dianggap arus transportasi kembali pada kondisi normal sebagaimana hari-hari biasa. Begitu juga perekonomian, harga beberapa barang yang melonjak naik saat lebaran (semisal bakso, mie ayam, nasi goreng, sayur-mayur, dan sejenisnya) biasanya mulai berangsur normal kembali.
            Satu fenomena menarik yang selalu menjadi penghias moment lebaran adalah semakin menebalnya dompet anak-anak dan semakin menipisnya dompet orangtua. Perputaran ekonomi menjadi bertumpu pada anak-anak dan berkutat dalam berbagai kebutuhan anak-anak tersebut (semisal aneka jajanan dan aneka mainan). Pasca lebaran merupakan “hari kemerdekaan” bagi anak-anak, dan merupakan “hari perjuangan” bagi para orangtua. Anak-anak merdeka membelanjakan uangnya untuk kebutuhannya semisal sepatu, sepeda atau lainnya. Sementara para orangtua harus kembali berjibaku untuk mengisi dompet yang ditinggal sang proklamator.

Bagi orang dengan perekonomian yang mapan, masa pasca lebaran mungkin bukan masa yang terlalu perlu untuk dipikirkan secara “mumet”. Mereka mungkin sudah memiliki persiapan “amunisi” pasca lebaran sehingga kondisi ekonomi tetap stabil. Namun hal berbeda mungkin bisa terjadi pada orang dengan perekonomian “biasa saja” dan dengan perekonomian yang “biasa saja” tersebut tidak menyurutkan niat dan semangatnya untuk berbagi kebahagiaan saat moment lebaran. Semua ini bisa terjadi karena keberkahan moment spesial lebaran. Saking berkahnya moment lebaran, bahkan para sesepuh yang sudah tidak bekerja sekalipun masih memiliki uang untuk disedekahkan pada anak-anak kecil demi kebahagiaan yang terpancar dari wajah-wajah mungil mereka.
Keikhlasan didukung niat dan semangat berbagi sedekah pada anak-anak pada moment lebaran tidaklah keliru. Kegiatan seperti ini biasa dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. maupun para sahabat. Bahkan terkait sedekah, beliau tidak segan-segan melakukan sampai habis barang yang dimilikinya. Hal ini tentu sangat sulit untuk kita tiru lakukan. Rasulullah s.a.w. beserta para sahabat selalu memiliki keyakinan bahwa rizki itu sudah diatur oleh Allah dan akan selalu ada selama nyawa masih dikandung badan. Mari kita perhatikan hadits berikut ini:

وعن أبي سعيد سعد بن مالك بن سنان الخدري رضي الله عنهما: "أن ناسًا من الأنصار
سألوا رسول الله صلى الله عليه وسلم فأعطاهم، ثم سألوه فأعطاهم ، حتى نفد ما عنده، فقال لهم
حين أنفق كل شيء بيده : "ما يكن عندي من خير فلن أدخره عنكم ، ومن يستعفف يعفه الله،
ومن يستغن يغنه الله، ومن يتصبر يصبره الله. وما أعطي أحد عطاءً خيرًا وأوسع من الصبر"

Artinya: Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta - sedekah - kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda: "Apa saja kebaikan - yakni harta - yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi oleh sebab sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri - dari meminta-minta pada orang lain, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah - kaya hati dan jiwa - dan barangsiapa yang berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas – kegunaannya – daripada karunia kesabaran itu."  (Muttafaq 'alaih)
            Hadits tersebut mengajarkan pada kita bahwa setelah sekira pasca lebaran

kondisi dompet kita “mengenaskan” dikarenakan kita sedekahkan bagi kebahagiaan anak-anak, maka kita harus segera bangkit kembali mencari rizki layaknya burung yang berangkat terbang dengan perut kosong namun penuh keyakinan akan pulang dengan perut terisi makanan, dan selama perjalanan terbang tersebut, jiwanya dipenuhi dengan kesabaran. Kuncinya adalah kesabaran. Rizki yang kita sedekahkan kemarin pada hakikatnya tidaklah hilang, sedangkan rizki yang akan kita jemput hari ini dan besuk pada hakikatnya tidaklah akan diambil orang lain. Namun semua ini harus dilandasi kesabaran dalam bekerja. Mari kita cermati lagi sebuah hadits berikut ini:
الطهور شطر الإيمان، والحمد لله تملأ الميزان، وسبحان الله والحمد لله تملآن -أو تملأ- ما بين السماوات والأرض، والصلاة نور، والصدقة برهان، والصبر ضياء
Artinya:"Bersuci adalah separuh keimanan dan Al-hamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah dan Al-hamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada di antara langit-langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah sebagai tanda, sabar adalah merupakan cahaya pula, …" (Riwayat Muslim)
            Jika kita mampu bersabar dalam bekerja, in sya Allah keberkahan rizki akan menyelimuti kita. Satu hal yang juga harus dicatat, bahwa bekerja tidaklah boleh dengan “kemrungsung” ingin meraup rizki sebanyak-banyaknya. Segala sesuatunya lebih bagus jika “sakmurwate” saja. Mari kita cermati hadits berikut:
 لو أن لابن آدم واديًا من ذهب أحب أن يكون له واديان، ولن يملأ فاه إلا التراب، ويتوب الله على من تاب
Artinya: "Andaikata seorang anak Adam - yakni manusia - itu memiliki selembah emas, ia tentu menginginkan memiliki dua lembah dan samasekali tidak akan memenuhi mulutnya kecuali tanah – yaitu setelah mati - dan Allah menerima taubat kepada orang yang bertaubat." (Muttafaq 'alaih).
            Semoga Allah merahmati segala yang telah kita lakukan saat moment lebaran, serta memberkahi kita pasca lebaran. Semoga semua amal kebaikan kita diterima, dan keburukan kita diampuni, sehingga kita masih dalam kondisi selayaknya hari pertama ‘idul fitri. Aamiin ...
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar