Edisi 37 th VI : 2 Oktober 2015 M / 18 Dzul Hijjah 1436 H
MEMILIH PEMIMPIN
Penulis:
Ust. Charis Mahardi, S.Pd (guru SD Immersion)
Segala puji hanyalah bagi Allah
swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Kemudian shalawat
dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik
suri tauladan yang telah memberikan tuntunan bagaimana cara menjadi khalifah
yang benar sesuai dengan syari’at.
Tujuan dari penciptaan manusia
dan hikmah menurunkannya ke muka bumi tak lain adalah menjadikan manusia
sebagai khalifah di planet ini. Islam yang datang sebagai rahmatan
lil ‘alamin dan penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya telah mengatur segala
hal yang berkaitan dengan tugas-tugas umat manusia sebagai khalifah di
bumi. Al-Qur’an yang diturunkan sebagai kitab pedoman sudah menjelaskan
batasan-batasannya, baik secara global maupun terperinci.
Berangkat dari hal ini, maka tentunya kita harus cermat, efektif dan efisien
dalam memilih pemimpin yang akan mengatur kehidupan duniawi kita di bumi ini.
Kita tak bisa memungkiri bahwa kita memang membutuhkan
pemimpin agar lebih teratur.
Beberapa
bulan ke depan, kita akan diberi hak untuk memilih sepasang pemimpin
yang akan mengendalikan arah pemerintahan kota ini. Berbagai kampanye informasi sudah bersliweran
melalui berbagai media. Pilihan ada di tangan kita untuk meyakini pasangan mana
yang sekiranya sesuai dengan angan-angan kita. Dan jauh sebelum penentuan
pilihan tersebut, ada baiknya kita mengkaji beberapa hal terkait dengan
pemimpin yang ideal menurut ajaran agama Islam.
#Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
mempermudah urusan rakyatnya.
سَمِعْتُ
مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَيْتِي
هَذَا اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ
فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ
فَارْفُقْ بِهِ
‘Aisyah ra berkata: saya telah mendengar Rasulullah
saw bersabda di rumahku ini: “ya Allah, siapa yang menguasai sesuatu dari
urusan umatku, lalu mempersulit pada mereka, maka persulitlah baginya (atas
segala urusannya). Dan siapa yang mengurusi umatku lalu
berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah baginya (segala urusannya).” (HR Muslim). Dalam konsep inilah sesungguhnya kita bisa melihat bahwa ajaran agama
Islam melarang segala macam kerumitan birokrasi. Banyak warga ingin dipermudah
segala urusannya terkait dengan pemerintahan, semisal urusan surat keterangan
ataupun surat perijinan. Oleh karena itu, pemimpin yang baik selayaknya membuat
berbagai macam kebijakan yang mempermudah dan mempercepat berbagai fasilitas
pelayanan publik. Jargon “kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah” sudah
waktunya dibuang jauh-jauh.
#Pemimpin yang baik adalah yang jujur dan tidak
menipu rakyatnya terkait dengan janji-janji kampanye.
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Abu Ya’la (Ma’qil) bin Yasar ra berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Tiada seorang yang diamanati oleh Allah untuk memimpin rakyat kemudian ketika ia
mati pada hari ia mati
tersebut masih
dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan baginya surga.” (HR Bukhari dan Muslim). Pada point inilah sebenarnya terlihat begitu
urgen-nya janji-janji kampanye politik. Seorang pemimpin yang baik haruslah
benar-benar memperhitungkan segala macam janji yang disampaikan pada rakyatnya.
Jika terpilih dan kemudian sampai batas akhir masa jabatan, sedang janji
kampanye belum terwujud, maka silahkan bersiap menanggung resiko sebagaimana
disampaikan dalam hadits di atas.
#Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang adil.
إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ
Rasulullah saw
bersabda: “Sesungguhnya
manusia yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan yang paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang
adil. Sedangkan orang yang paling dibenci Allah dan sangat jauh dari Allah adalah seorang pemimpin yang
zalim.”
(HR at-Tirmidzi). Berlaku adil bukanlah berlaku
menyamaratakan, tapi lebih tepatnya berlaku secara proporsional. Jika adil,
maka seorang pemimpin tidak akan terlalu condong hanya pada sekelompok orang
yang telah nyata memilihnya sebagai pemimpin. Dia akan berlaku proporsional
baik bagi pendukungnya maupun bukan pendukungnya. Hal ini karena secara de
jure maupun de facto, dia merupakan pemimpin bagi semua rakyatnya.
#Pemimpin yang baik adalah yang mendapat taufik
hidayah dari Allah.
أَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ
“Ahli surga ada tiga macam: raja (pemimpin) yang adil mendapat
taufiq hidayah
(dari Allah).
Dan orang belas kasih lunak hati pada sanak kerabat dan orang muslim. Dan orang
miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan diri.” (HR Muslim). Konsep hadits ini bersifat ganda, dalam artian bahwa surga yang dimaksud
bisa merupakan surga di dunia sekaligus surga di akhirat. Tiga macam orang
dalam hadits tersebut (salah satunya adalah pemimpin yang adil) akan menikmati
kehidupan dunia yang ayem tentrem laksana surga. Pemimpin yang adil dan
jujur tak perlu takut dengan KPK maupun BPK. Bahkan tak perlu takut dengan
ancaman rongrongan pemerintahannya. Karena secara logika, jika seorang pemimpin
telah berbuat jujur dan adil, maka tak akan ada celah untuk menyalahkan dan
menggoyahkan pemerintahannya. Dan itu karena taufik hidayah Allah semata.
Sekelumit
tulisan ini memang memandang kriteria pemimpin yang ideal menurut ajaran agama
Islam. Tulisan ini tentunya tidak akan merubah banyak pada pilihan kita terkait
dengan Pemilukada. Tapi setidaknya, marilah kita ikut berdoa semoga siapapun
yang nanti terpilih memimpin kota ini, maka dia merupakan yang terbaik bagi
kita semua. Aamiin. ***