buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Jumat, 04 September 2015

CIRI-CIRI ORANG BERTAQWA



   Edisi 28 th VI : 24 Juli 2015 M / 8 Syawal 1436 H
CIRI ORANG BERTAKWA
Penulis: Ust. Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Puji syukur pada Allah swt yang telah menurunkan wahyu al-Qur’an yang banyak menguraikan berbagai macam ciri-ciri orang yang bertakwa, diantaranya dalam surat Ali Imran ayat 133-136 yang artinya: “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada nabi Muhammad saw sebagai penuntun umat sekaligus suri tauladan terbaik bagi manusia pencari kebahagiaan sejati.
Umat Islam diperintahkan agar bersegera mencari ampunan dari Allah swt dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang memang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa

orang-orang yang bertakwa. Dari ayat di atas dapat diambil beberapa poin tentang ciri-ciri orang yang bertakwa antara lain:
1) Menginfaq kan sebagian harta yang dimilikinya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Dengan kata lain orang yang bertakwa itu bukanlah orang yang bakhil, tetapi orang yang dermawan. Bahkan dalam ayat tersebut kedermawananan orang yang bertakwa sangat teruji yakni di waktu sempit sekalipun ia tetap berinfaq. Ini menunjukkan bahwa kedermawanan bukan sikap memaksakan diri melainkan sifat yang melekat di hati orang yang bertakwa. Dalam konsep ini, berinfaq dengan ikhlas harus sesuai dengan kadar kemampuannya. Berinfaq dengan jumlah yang kecil di waktu sempit bisa jadi lebih berbobot dibanding berinfaq dengan jumlah yang besar di waktu lapang. Salah satu contoh misalnya seseorang yang berinfaq Rp 1.000,- dalam keadaan sempit ketika ia hanya mempunyai uang Rp 10.000,- maka akan lebih berbobot daripada berinfaq Rp 5.000,- sedang ia memiliki uang Rp 100.000,-. Sangat penting untuk dipahami bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya kecuali sesuai dengan kadar kemampuan yang dimiliki oleh hamba tersebut. Namun demikian, nilai bobot suatu amal infaq tentu tergantung bagaimana kesulitan melakukannya. Dermawannya orang miskin bisa jadi pahalanya lebih besar dari dermawannya orang kaya.
2) Orang yang mampu menahan amarahnya. Orang yang bertakwa tidak mudah marah, ini artinya ia sangat mampu mengendalikan emosinya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam keseharian kita berhubungan dengan sesama manusia, tentunya akan sering terjadi kontak. Adakalanya tanpa kita inginkan, kontak tersebut menyulut emosi kita. Adapun sifat emosi manusia saat marah terhadap manusia lain itu ada 4 macam, yaitu:
a. cepat marah, lama redanya
b. cepat marah, cepat redanya
c. tidak cepat marah, kalau marah cepat redanya
d. tidak cepat marah, kalau marah lama redanya
Dari ke empat sifat tersebut yang paling baik adalah yang “point c” yakni: tidak cepat marah, kalau marah cepat redanya. Sesungguhnya memang salah satu sifat dasar manusia adalah “marah”. Namun sifat ini tidak boleh diumbar begitu saja. Menahan marah adalah mengupayakan di hati agar tidak marah atau tidak melampiaskan kemarahan saat hati kita benar-benar tertimpa sesuatu yang mengecewakan. Hikmah seseorang kalau mampu menahan amarah adalah kelak di syurga disediakan bidadari, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: "Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskannya (melampiaskannya), maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Selain itu, ada juga

hadits lain tentang menahan marah. Rasulullah saw pernah dimintai nasehat oleh seseorang sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadits. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi saw, “Berilah saya nasihat. ” Beliau bersabda, “Jangan marah.”  Lelaki itu terus mengulang-ulang permintaannya dan beliau tetap menjawab,  “Jangan marah.” (HR. Bukhari).
3) Memaafkan manusia. Memaafkan manusia orang yang berbuat kesalahan terhadap kita. Memaafkan memang berat, tetapi memaafkan adalah kemuliaan dan mencontoh Rasulullah saw. "Tidaklah seorang hamba memaafkan kecuali Allah akan menambah kemuliaannya" (HR Muslim). Memaafkan seseorang dan kita mampu untuk membalasnya, maka ada pahala yang tinggi di sisi Allah. Bahkan kita hendaknya memaafkan seseorang sebelum ia meminta maaf.
  Tiga ciri orang yang bertakwa yang terdapat dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 133-136 di atas diimplementasi oleh umat Islam Indonesia melalui pendekatan budaya silaturahim maupun budaya Halal bi Halal di bulan syawal. Di Bulan syawal  ini orang tua tak segan-segan menyuguhkan berbagai makanan bagi para tamu yang datang ke rumah, dan juga memberikan uang saku kepada anak kecil. Orang yang lebih muda berkunjung ke yang lebih tua juga dengan membawa gula kopi atau sejenisnya. Semua itu tentu diharapkan agar dicatat oleh Allah swt sebagai sedekah atau infaq. Selain saling member sedekah, juga saling memaafkan dengan kerabat, teman dan kenalan. Semua akan kembali bersih dari dosa antar manusia. Jika ini terwujud, maka bukanlah mustahil “Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.”
Semoga kita yang telah melewati bulan mulia Ramadhan dan menikmati bulan kemenangan Syawal ini, benar-benar mampu memanfaatkan kesempatan yang sangat berharga untuk meraih kebahagiaan kelak di akhirat. Semoga Allah meridhai ssetiap amal kita, baik yang sudah kita lakukan maupun yang masih dalam tahap perencanaan atau menjadi niat kita. Aamiin ...
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar