Edisi 28 th VI : 24 Juli 2015 M / 8 Syawal 1436 H
CIRI ORANG BERTAKWA
Penulis:
Ust. Mahfud,
S.Pd.I
(TPQ Miftahul
Huda, Jenes)
Puji syukur pada Allah swt yang telah menurunkan wahyu al-Qur’an yang
banyak menguraikan berbagai macam ciri-ciri orang yang bertakwa, diantaranya
dalam surat Ali
Imran ayat 133-136 yang artinya: “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari
Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfaq,
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, segera mengingat Allah,
lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu,
sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka ialah ampunan
dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang
beramal.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada nabi
Muhammad saw sebagai penuntun umat sekaligus suri tauladan terbaik bagi manusia
pencari kebahagiaan sejati.
Umat Islam diperintahkan agar bersegera mencari
ampunan dari Allah swt dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
memang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa
orang-orang yang bertakwa. Dari
ayat di atas dapat diambil beberapa poin tentang ciri-ciri orang yang bertakwa
antara lain:
1) Menginfaq
kan sebagian harta yang dimilikinya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.
Dengan kata lain orang yang bertakwa itu bukanlah orang yang bakhil, tetapi
orang yang dermawan. Bahkan dalam ayat tersebut kedermawananan orang yang
bertakwa sangat teruji yakni di waktu sempit sekalipun ia tetap berinfaq. Ini
menunjukkan bahwa kedermawanan bukan sikap memaksakan diri melainkan sifat yang melekat di hati orang
yang bertakwa. Dalam konsep ini,
berinfaq dengan ikhlas harus
sesuai dengan kadar kemampuannya. Berinfaq dengan jumlah yang kecil di waktu
sempit bisa jadi lebih berbobot dibanding berinfaq dengan jumlah yang besar di
waktu lapang. Salah satu contoh
misalnya seseorang yang berinfaq Rp 1.000,- dalam keadaan sempit ketika ia
hanya mempunyai uang Rp 10.000,- maka akan lebih berbobot daripada berinfaq Rp
5.000,- sedang ia memiliki uang Rp 100.000,-. Sangat penting untuk dipahami
bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya kecuali sesuai dengan kadar
kemampuan yang dimiliki oleh hamba tersebut. Namun demikian, nilai bobot suatu amal infaq tentu tergantung bagaimana
kesulitan melakukannya. Dermawannya orang miskin bisa jadi pahalanya lebih
besar dari dermawannya orang kaya.
2) Orang
yang mampu menahan amarahnya. Orang yang bertakwa tidak mudah marah, ini
artinya ia sangat mampu mengendalikan emosinya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam keseharian kita berhubungan dengan
sesama manusia, tentunya akan sering terjadi kontak. Adakalanya tanpa kita
inginkan, kontak tersebut menyulut emosi kita. Adapun sifat emosi manusia saat
marah terhadap manusia lain itu ada 4 macam, yaitu:
a. cepat marah, lama redanya
b. cepat marah, cepat redanya
c. tidak cepat marah, kalau marah cepat redanya
d. tidak cepat marah, kalau marah lama redanya
Dari ke empat sifat tersebut yang
paling baik adalah yang “point c”
yakni: tidak cepat marah, kalau marah cepat redanya. Sesungguhnya memang salah satu sifat dasar
manusia adalah “marah”. Namun sifat ini tidak boleh diumbar begitu saja.
Menahan marah adalah mengupayakan di hati agar tidak marah atau tidak
melampiaskan kemarahan saat hati kita benar-benar tertimpa sesuatu yang
mengecewakan. Hikmah seseorang kalau mampu menahan amarah adalah kelak di
syurga disediakan bidadari, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: "Siapa
yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskannya (melampiaskannya), maka kelak
pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian,
disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." (HR. Abu Dawud dan
At-Tirmidzi). Selain itu, ada juga
hadits lain tentang menahan marah. Rasulullah saw pernah dimintai nasehat oleh
seseorang sebagaimana diceritakan dalam sebuah hadits. Diriwayatkan
dari Abu Hurairah ra, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi saw, “Berilah
saya nasihat. ” Beliau bersabda, “Jangan marah.” Lelaki itu
terus mengulang-ulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, “Jangan
marah.” (HR. Bukhari).
3) Memaafkan
manusia. Memaafkan manusia orang
yang berbuat kesalahan terhadap kita. Memaafkan memang berat, tetapi memaafkan
adalah kemuliaan dan mencontoh Rasulullah saw. "Tidaklah seorang
hamba memaafkan kecuali Allah akan menambah kemuliaannya" (HR Muslim).
Memaafkan seseorang dan kita mampu untuk membalasnya, maka ada pahala yang
tinggi di sisi Allah. Bahkan kita hendaknya memaafkan seseorang sebelum ia
meminta maaf.
Tiga ciri orang yang bertakwa yang terdapat
dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 133-136 di atas diimplementasi oleh umat
Islam Indonesia melalui pendekatan budaya silaturahim maupun budaya Halal bi Halal
di bulan syawal. Di Bulan syawal ini orang tua tak segan-segan
menyuguhkan berbagai makanan bagi
para tamu yang datang ke rumah, dan juga memberikan uang saku kepada anak kecil. Orang yang lebih
muda berkunjung ke yang lebih tua
juga dengan membawa gula kopi atau
sejenisnya. Semua itu tentu diharapkan agar dicatat oleh
Allah swt sebagai sedekah atau infaq. Selain saling member sedekah, juga saling memaafkan dengan
kerabat, teman dan kenalan. Semua
akan kembali bersih dari dosa antar manusia. Jika ini terwujud, maka bukanlah
mustahil “Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan
surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah
sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.”
Semoga kita yang telah melewati bulan
mulia Ramadhan dan menikmati bulan kemenangan Syawal ini, benar-benar mampu
memanfaatkan kesempatan yang sangat berharga untuk meraih kebahagiaan kelak di
akhirat. Semoga Allah meridhai ssetiap amal kita, baik yang sudah kita lakukan
maupun yang masih dalam tahap perencanaan atau menjadi niat kita. Aamiin ...
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar