Edisi 13 th VI : 10 April 2015 M / 20 Jumadil Akhir 1436 H
HUSNUDZAN
Penulis: Ust.
Mahfud
(TPQ Miftahul Huda, Jenes)
Segala puji
hanyalah bagi Allah swt yang telah menciptakan
manusia dengan lebih sempurna dibanding makhluk lain. Shalawat salam semoga
tercurah pada nabi Muhammad saw.
Menurut bahasa husnun artinya baik dan dzan adalah prasangka,
ragu, ketidakpastian, bisa benar bisa salah. Husnudzan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan baik sangka atau bisa dikatakan positif thinking. Ini termasuk salah satu sikap terpuji yang
harus dimiliki setiap manusia. Berhusnudzan
juga merupakan sikap hati-hati tidak gegabah menilai sesuatu. Jika sesuatu itu
jelas dudukperkaranya, baru mengambil kesimpulan. Memang dibutuhkan kesadaran
diri untuk menata hati masing-masing untuk tidak tergesa-gesa menilai sesuatu
dengan penilaian yang negatif. Menilai sesuatu dengan pandangan negatif tentu
akan mendatangkan sikap negatif, maka berburuk sangka dilarang dalam ajaran
Islam.
Adapun bentuk-bentuk husnudzan ada 3: Pertama, Husnudzan
kepada Allah swt. Kita diwajibkan untuk berbaik sangka kepada Allah swt.
Manusia adalah hamba Allah swt hendaknya menerima ketentuan-Nya serta yakin itu
semua adalah atas keadilan Allah swt. Dengan berhusnudzan kepada Allah
swt maka otomatis kita meyakini salahsatu sifat Asmaul Husna (al-‘Adlu)
yakni Allah Maha Adil. Allah samasekali tidak bermaksud menyulitkan kita,
sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surat al-Maidah akhiran ayat 6: “... Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
Dalam keadaan apapun kita tetap berhusnudzan
kepada Allah swt. Di kala hati kita sedih ataupun saat ujian menimpa, kita tetap
berhusnudzan kepada Allah swt, bahwa kesedihan adalah cambuk bagi kita untuk
menginstrospeksi diri serta bersabar atas cobaan dari Allah swt. Kalau kita
lulus dalam cobaan tentu derajat kita akan diangkat serta dosa kita akan dikurangi.
Kesedihan juga merupakan bentuk kasih sayang Allah swt kepada kita. Dengan kesedihan
kebanyakan manusia akan ingat kembali kepada Allah swt, sebaliknya dengan senang
manusia cenderung lupa kepada Allah swt. Ada beberapa motivasi yang bisa meyakinkan
kita untuk husnudzan kepada Allah swt, antara lain sebagaiberikut:
1.
Kita yakin apa
yang Allah berikan adalah yang terbaik bagi kita, sebagaimana firman-Nya dalam
al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 216: “... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”. Suatu contoh apabila kita meminta harta yang banyak, tetapi Allah swt belum
mengabulkannya. Hendaknya kita yakin bahwa Allah sedang menyiapkan rencana lain
yang terbaik bagi kita semua, bisa jadi harta yang banyak itu tidak baik bagi kita.
Sebab dalam sejarah banyaknya harta yang diberikan Allah kepada hamba-Nya tidak
menjadikan itu yang baik bagi hamba tsb. Contohnya seperti Karun yang bakhil dengan
harta yang dimilikinya. Juga Tsa’labah orang miskin yang kemudian meminta didoakan
oleh Rasulullah saw agar menjadi kaya, sampai akhirnya ketika menjadi kaya,
tetapi ini tidak menjadikannya menjadi lebih baik sebab ia disibukkan dengan hartanya
dan lupa beribadah kepada Allah swt.
2.
Cobaan yang
menimpa kita hakikatnya adalah berkat dan rahmat (kasihsayang Allah swt) kalau kita
bisa bersabar, sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
155-157: “Dan sesungguhnya Kami akan mengujimu dengan sesuatu cobaan,
seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah‑buahan. Namun gembirakanlah
orang‑orang yang sabar. Yaitu orang‑orang yang bila di timpa malapetaka
(musibah) diucapkannya “inna lillahiwainnailaihiraji’un”. Merekalah orang‑orang
yang mendapat berkat dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka pulalah orang‑orang
yang mendapat petunjuk”. Semakin tinggi derajat seseorang semakin banyak
pula cobaannya. Diibaratkan semakin tinggi pohon semakin besar anginnya.
3.
Kita yakin bahwa segala sesuatu yang kita akan mendapat balasan dari Allah,
sebagaimana firman Allah swt dalam al-Qur’an surat ar-Ra’du akhiran ayat 31: “…
Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji-Nya.”
Bentuk husnudzan yang kedua yaitu husnudzan
kepada sesama manusia. Kita tidak boleh terburu-buru menilai seseorang dengan
penilaian yang buruk. Kita hendaknya mampu menyaring setiap informasi yang
belum tentu kebenarannya. Dengan begitu, kita tidak terjerumus dalam berita bohong
dan fitnah. Dalam dunia dakwah, husnudzan kepada sesama manusia sangat penting
dan merupakan kunci kesuksesan dalam dakwah. Kita harus optimis bahwa orang
yang mendengar dakwah akan mendapat hidayah dari Allah swt. Hal ini sudah dicontohkan
oleh Rasulullah saw. Beliau sangat optimis atas kesuksesan dalam berdakwah meski
beliau mendapat cobaan yang sangat berat. Meski orang-orang menyakiti beliau, namun
beliau tidak terburu-buru membenci dan berburuk sangka kepada orang yang
menyakiti beliau. Firman Allah swt dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159: “Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Bentuk husnudzan yang ketiga adalah husnudzan
kepada diri sendiri, artinya kita mempunyai penilaian baik terhadap diri kita sendiri.
Kita sadar walaupun kita sekarang belum sempurna tapi tetap yakin akan menjadi lebih
baik. Husnudzan kepada diri sendiri memunculkan sikap percaya diri, kemudian
optimis senantiasa senang dengan apa yang dilakukan, dan tidak putus asa atas segala
kegagalan. Husnudzan kepada diri sendiri juga akan menjadi sugesti yang
baik sehingga kebaikan pun datang. Kebanyakan orang yang sembuh dari penyakitnya
adalah orang-orang yang yakin bahwa ia akan sembuh, bukan orang yang putus asa.
Semoga Allah swt menjadikan kita sebagai manusia
yang senantiasa berhusnudzan dalam situasi dan kondisi apapun. Semoga
Allah senantiasa menjadikan kita orang yang lebih baik lagi. Aamiin ...
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar