buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Minggu, 26 April 2015

KEBERKAHAN



Edisi 14 th VI : 17 April 2015 M /  27 Jumadil Akhir 1436 H
KEBERKAHAN
Penulis: Ust. Herul Sabana (TPQ al-Mansyur, Mangkujayan)
 Puji syukur pada Allah swt yang telah menciptakan manusia dan memberinya kesempatan untuk hidup di dunia dengan segala macam karunia yang tak terhitung banyaknya. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad saw yang telah mengajarkan akhlaqul karimah pada umatnya, agar mampu menjemput keberkahan yang telah disediakan oleh Allah. Hal ini karena setiap manusia pasti menginginkan hidup bahagia dan mendapat keberkahan dalam hidupnya. Lalu apa hakikat keberkahan sebagai jalan mencapai kebahagiaan?
Asal kata keberkahan adalah berkah yang berarti tumbuh atau bertambah. Dalam konteks ini definisi keberkahan adalah tumbuhnya atau timbulnya kebaikan dalam sesuatu yang disertai bertambahnya manfaat dari kebaikan tersebut bagi diri sendiri maupun orang lain. Keberkahan ini hanya bagi orang-orang yang beriman yang disertai ketakwaan, sedangkan bagi orang yang tidak beriman maka tidaklah termasuk dalam kategori keberkahan. Perspektif ini mengacu pada al-Qur’an surat al-A’raf ayat 96: “Jikalau sekiranya penduduk negri-negri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka berdasarkan perbuatannya.”        
Keberkahan yang disediakan Allah bagi manusia, bisa bersifat kolektif mau-pun individu. Hal ini  merupakan  salah satu  kemurahan-Nya. Sebagaimana tersirat

dalam ayat 96 dari surat al-A’raf tersebut yaitu kata penduduk negri yang kemudian disebut mereka. Dari ayat ini dapat ditarik makna bahwa berkah atau tidak berkah-nya suatu Negara adalah tergantung warga negaranya bukan secara individual namun secara kolektif. Maka ketika sebuah Negara diterpa berbagai krisis yang tiada henti, selayaknya seluruh elemen Negara mulai dari warga biasa sampai para petinggi negara benar-benar melakukan evaluasi diri sendiri. Karena untuk mendapatkan keberkahan, baik kolektif maupun individu, ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
Ä  Iman dan takwa yang benar dengan niat yang juga benar. Hal ini harus mendapat deteksi khusus oleh diri kita sendiri. Boleh jadi iman sudah benar, namun aplikasi takwa yaitu cara beribadah dan bermuamalah ternyata tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah atau bahkan cuma beriman saja percaya pada Allah namun tidak mau melakukan ibadah. Dan yang paling penting adalah meluruskan segala niat dalam melakukan apapun. Sudah seharusnya segala niat berorientasi pada ibadah mengabdi pada Allah semata.
Ä  Segala amal perbuatan haruslah berpedoman pada al-Qur’an secara benar, bukan hanya mengandalkan akal pikiran kita sendiri, namun harus memperhatikan pendapat para ulama salafush-shalih. Al-Qur’an adalah kitab yang bersifat universal. Ayat-ayatnya ada yang muhkam dan mutasyabih. Karena itu untuk tafsir maupun ta’wil ayat al-Qur’an haruslah menggunakan berbagai macam ilmu yang benar, bukan hanya menuruti hawa nafsu. Adapun perintah untuk berpegang pada al-Qur’an agar mendapat keberkahan adalah surat al-Anbiya’ ayat 50: “Dan al-Qur’an ini adalah suatu kitab yang mempunyai keberkahan yang telah Kami turunkan. Maka mengapa kamu mengingkarinya?”
Adapun keberkahan riil yang dapat langsung dirasakan dan dinikmati secara individu adalah banyak sekali, diantaranya sebagai berikut:
*      Berkah dalam keturunan, seperti keberkahan yang diterima nabi Ibrahim sebagaimana diceritakan dalam al-Qur’an surat Hud ayat 72-73: “Istrinya (nabi Ibrahim) berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku seorang perempuan tua dan suamiku inipun sudah tua pula, sungguh ini sesuatu hal yang aneh.” Para malaikatpun berkata: Apakah kamu merasa heran dengan ketetapan Allah? (Semua itu adalah) rahmat Allah beserta keberkahan-Nya yang dicurahkan atas kamu wahai ahlul bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”  Keturunan nabi Ibrahim adalah keturunan yang berkah. Dari keluarga inilah muncul Rasul-rasul pilihan Allah yang diutus untuk umat manusia. Keturunan yang berkah adalah mampu membawa nama baik keluarga dan berguna bagi orang lain, bukannya menjadi sampah masyarakat ataupun benalu yang meresahkan.

*      Berkah dalam makanan. Ketika makanan mendapat keberkahan dari Allah, maka dari makanan tersebut akan menghasilkan kekuatan yang bermanfaat untuk beribadah dan melakukan kebaikan serta mampu menangkal berbagai penyakit. Betapa kita sering mendengar banyaknya penyakit yang bersumber dari makanan yang dikonsumsi, entah kebanyakan lemak atau kolesterol atau lainnya. Padahal banyak juga orang yang memakan makanan tersebut dan tidak terserang penyakit. Berangkat dari kasus semacam ini selayaknya kita memperhatikan al-Qur’an surat al-Maidah ayat 88: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizqikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” Dari ayat ini tersirat bahwa syarat mutlak untuk mendapatkan keberkahan dari makanan adalah makanan tersebut baik dan harus halal.
*      Berkah dalam umur. Kita sering tidak merasa bahwa umur kita sudah sekian tahun dan berapa banyak waktu yang kita sia-siakan untuk hal-hal yang tidak berguna. Betapa kita sering tidak mampu menyadari kerugian dari waktu-waktu yang telah kita lalui. Mari kita cermati al-Qur’an surat al-‘Ashr: “Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan selalu mengerjakan amal sholeh….” Lalu kita instropeksi, apakah kita termasuk orang yang rugi ataukah orang yang mendapat keber-kahan dalam umur dan waktu yang telah kita lalui?
Dari sekian banyak keberkahan yang disiapkan oleh Allah, sesungguhnya kita belumlah terlambat untuk ikut serta bersama orang-orang yang beriman, bertakwa dan beramal shalih dalam menggapai keberkahan dalam hidup. Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, jika kita berusaha dan ikhlas, maka akan diberi berkah. Untuk itu, tiada henti-hentinya kita harus belajar sekaligus mengaplikasikan ilmu-ilmu agama yang secara langsung menuntun kita menuju keberkahan hidup, lahir batin, materiil maupun spirituil. Semoga Allah swt meridhoi kita, aamiin.
*********




           


           








Tidak ada komentar:

Posting Komentar