Edisi 18 th VI : 15 Mei 2015
M / 26 Rajab 1436 H
BUAH
BERMUTU DARI ILMU
Penulis:
Ust. Dana A. Dahlany (alumnus Darul Huda Mayak dan al-Azhar Cairo)
Puji syukur pada Allah swt yang telah
berfirman dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 190-191 yang artinya: “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang itu
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka jagalah kami dari
siksa neraka.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada
nabi Muhammad saw yang telah menyampaikan beragam ilmu pada segenap umat
manusia.
Ketika saya belajar di Mesir,
saya menjumpai seorang pria berusia 52 tahun, tapi semangatnya menuntut ilmu
tak kalah dengan pemuda 22 tahun. Rambutnya yang sudah memutih tak membuatnya
malu untuk belajar lagi bersama para remaja usia belasan tahun. Pria itu
bernama Munawwar dari Tatarstan, sebuah negara pecahan Uni Soviet di Asia
Tengah. Ia mengaku sudah 20 tahun menjadi imam masjid di negaranya. Saking
semangatnya menimba ilmu keislaman, ia tak malu untuk mengambil pendidikan
setingkat SMP di Mesir, hanya untuk mencicipi percikan ilmu dari al-Azhar, salah satu institusi pendidikan
tertua di dunia. Dan masih ada ribuan bahkan jutaan orang seperti Munawwar di
dunia ini.
Kisah-kisah
semacam ini harusnya bisa memotivasi kita untuk selalu menggali ilmu dari mana
saja. Pendidikan itu bersifat universal, tak mengenal ruang dan waktu. Batas
teritorial negara dan uzurnya usia bukanlah alasan untuk berhenti belajar. Ilmu
pengetahuan tidak hanya didapat dari gedung-gedung sekolahan. Allah telah menghamparkan alam semesta
ini agar dijadikan pelajaran bagi manusia yang mau berpikir sebagaimana telang disinggung dalam al-Qur’an
surat Ali Imran ayat 190-191 di awal artikel ini. Alam takambang jadi guru,
kata orang Minang.
Dalam al-Quran sendiri, Allah memberikan
keistimewaan yang luar biasa kepada orang-orang berilmu. Dalam surat al-Mujâdilah ayat 11 dijelaskan: “Allah mengangkat
orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa derajat.” Bahkan di surat Ali ‘Imrân ayat 17,
Allah sengaja menyetarakan kesaksian ahli ilmu dengan kesaksian-Nya sendiri dan
kesaksian para malaikat: “Allah bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia yang menegakkan keadilan. Dan
para malaikat serta orang-orang yang berilmu (juga bersaksi demikian).”
Ayat ini menunjukkan betapa agungnya posisi orang-orang berilmu. Bayangkan
saja, untuk urusan yang sangat urgen, menyangkut ke-esa-an Allah, Dia memposisikan
kesaksian orang-orang yang berilmu sejajar dengan kesaksian-Nya sebagai Tuhan
dan juga kesaksian para malaikat. Dari golongan manusia, hanya orang-orang yang berilmu yang
disebut dalam ayat ini. Redaksinya tidak memakai kata nabi, rasul atau syuhada’.
Hadits Nabi saw juga sangat sering menyinggung
keutamaan para ulama. Mereka adalah generasi pewaris Nabi. Mereka diibaratkan
bulan purnama yang bersinar terang, mengalahkan kerlipan bintang-gemintang.
Jika dibandingkan ahli ibadah, derajat mereka lebih tinggi 700 ribu kali lipat.
Keberadaan mereka jauh lebih ditakuti setan daripada 1000 ahli ibadah yang tak
berilmu. Sedangkan dalam al-Quran,
akar kata ilmu tidak hanya didefinisikan sebagai ilmu-ilmu agama saja, tapi
juga mencakup ilmu pengetahuan umum yang menyangkut kehidupan manusia di dunia.
Dikotomi (pembagian menjadi
dua bagian terpisah) antara ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini
didengung-dengungkan sebagian kalangan berdampak sangat fatal, turut berperan
terhadap kemunduran umat Islam di berbagai bidang.
Sudah saatnya
umat ini bangkit dengan lebih banyak menggali ilmu pengetahuan dari sumber
primernya yaitu al-Qur’an,
kalam Sang Pencipta jagat raya. Kita masih punya romantisme masa lalu untuk
bercermin, betapa umat ini mampu memimpin peradaban dunia. Kita contoh Imam
Syafi’i yang ahli di bidang fikih dan kedokteran, Imam Ghazali yang pakar
tasawuf dan filsafat, Imam Fakhrurrozi yang pakar tafsir dan sains, Ibnu
Khaldun yang populer sebagai bapak
Sosiologi, Ibnu Rusyd (Averoes), Ibnu Sina (Avicena), Al-Khawarizmi (Algebra)
dan masih banyak lagi nama-nama lainnya.
Jika menuntut
ilmu itu diibaratkan menanam, maka amal saleh adalah buah/hasil panennya.
Semakin tinggi level keilmuan seseorang, seharusnya ia semakin mengenal Sang
Penciptanya. Jika ia sudah mengenal dan merasa dekat dengan Penciptanya,
otomatis akan menghasilkan output
yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Dan itulah buah bermutu dari
ilmu yaitu meningkatkan
kualitas hablum-minAllâh (hubungan vertikal) dan hablum-minannâs (hubungan horizontal).
Jika ada orang pandai tapi justru
malah atheis dan minteri sesama manusia, berarti perlu dipertanyakan
proses pendidikannya. Pepatah Arab mengatakan, barang siapa bertambah
ilmunya tapi tak bertambah taqwanya, pasti ia semakin jauh dari Penciptanya.
Terkait dengan buah bermutu dari ilmu, mari kita cermati al-Qur’an surat
Fathir ayat 28 yang artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah
di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” Menurut Prof. Dr. Yusuf Qardhawi, tafsiran kata
ulama di sini bukan hanya para ahli agama saja, tapi juga mencakup para ilmuwan
di berbagai bidang lain yang benar-benar meresapi esensi ilmu yang ia peroleh,
merefleksikannya ke dalam jiwa dan merealisasikan ilmunya untuk kemaslahatan
umat manusia dan alam semesta. Kesemua bidang ilmu tersebut tetap bermuara pada
semakin menguatnya keimanan, semakin memperdalam ketakwaan, serta semakin
memperkokoh ikhtiyar dan tawakkal.
Di momen hari
pendidikan nasional yang jatuh pada bulan Mei ini, ada baiknya kita renungkan
kembali sebuah semboyan dari Ki Hajar Dewantoro ini: Ing ngarsa sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Lantas jangan latah
membaliknya menjadi: Ing ngarsa numpuk bandha, ing madya mangan kanca, tut
wuri nggolek rai. Semoga Allah
meridhoi langkah-langkah kita dalam mencari ilmu, dalam mengembangkan ilmu,
dalam mengajarkan ilmu, serta dalam mengamalkan ilmu. Semoga ilmu yang kita
miliki akan mengantarkan kita pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar