buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Sabtu, 18 Juli 2015

ISLAM IMAN IHSAN



   Edisi 25 th VI : 3 Juli 2015 M / 16 Ramadhan 1436 H
ISLAM, IMAN, IHSAN
Penulis: Ust. Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
 Puji syukur pada Allah swt yang telah menurunkan agama Islam bagi umat manusia sejak masa 14 abad yang lalu sampai akhir jaman. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad saw sebagai pembawa kabar berita yang paling baik dan terpercaya sepanjang masa.
Dalam Agama Islam, dikenal adanya 3 prinsip pokok yakni Islam, Iman dan Ihsan. Hal ini berdasar pada hadits shahih yang sangat popular yang artinya: Dari Umar ra, dia berkata: Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah saw suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi saw lalu menyandarkan kedua lututnya pada lutut Nabi saw dan meletakkan kedua tangannya di atas dua pahanya (Nabi saw) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah saw: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilahi (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ Anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman

kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata: “Anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya“. Dia berkata:  “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda:  “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan tak berpakaian, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Ya Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya?”. aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Sebagaimana hadits di atas, ulama Ahlussunah wal Jamaah menterjemahkan Islam dengan rukun Islam yang jumlahnya ada 5: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Iman dengan rukun Iman yang jumlahnya ada 6: percaya kepada Allah, malaikat Allah, kitab-kitab Allah, para Rasul Allah, hari Akhir, dan Qadha dan Qadar yang baik dan buruk. Ihsan dengan makna menyembah Allah seakan-akan kita melihat-Nya, apabila tidak mampu kita harus meyakini bahwa Allah melihat kita. Ketiga hal tersebut dalam tataran praktisnya, konsep Islam diimplementasikan dengan istilah Fiqih, Iman diimplementasikan dengan istilah Aqidah/Tauhid dan Ihsan diimplementaskan dengan tashawwuf.
Menurut KH Siradjuddin Abbas, dalam buku beliau “40 Masalah Agama” Jilid 3, hal 30. Ilmu Tauhid untuk bertugas membahas soal-soal i’tiqad, seperti i’tiqad mengenai ke-Tuhan-an, keRasulan, hari akhirat dan lain-lain sebagainya. Ilmu Fiqih bertugas membahas soal-soal ibadah lahir, seperti shalat, puasa, zakat, naik haji dan lain-lain. Ilmu Tasawuf bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan akhlak dan budi pekerti, bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakal dan lain-lain.
Sinergi antara fikih, akidah dan tasawwuf akan melahirkan umat Islam yang sempurna. Aqidah membangun pondasi keyakinan, Fiqih menertibkan Ibadah dan muamalah secara lahir. Sedangkan Tasawuf menyempurnakan akhlaq dan ahwal batin . Dalam pengamalannya fiqih, aqidah dan tasawwuf tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Imam Malik mengatakan: Barang siapa bertasawuf tanpa berfiqih maka dia zindiq. Barang siapa berfiqih tanpa bertasawuf maka dia fasik. Barang siapa menggabung keduanya maka dia akan sampai pada hakikat.   
Ulama Ahlussunah wal Jamaah mengatur dan menetapkan 3 bidang pokok dalam ajaran Islam sehari-hari sebagai berikut: 1) Dalam bidang Fiqih mengikuti salah satu dari empat Madzhab yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. 2) Dalam bidang akidah mengikuti rumusan Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi. 3) Dalam bidang tashawuf, mengikuti rumusan Imam Abu al-Qasim al-Junaidi dan Imam al-Ghazali. 
Mengapa dalam bidang Fiqih kita mengikuti salah satu Imam dari Imam 4 (Madzahibul Arba’ah), kok tidak langsung mengambil dari al-Qur’an dan hadits saja? Mungkin pertanyaan semacam ini muncul di benak kita, atau pertanyaan semacam ini sengaja dimunculkan oleh sekelompok orang yang suka ghozwul fikri (perang pemikiran) sehingga mampu menjauhkan umat dari para Ulama. Jawaban atas pertanyaan di atas adalah  karena dalil al-Qur’an dan hadits bersifat ijmal (global) maka butuh tafsir dari para Ulama. Imam Hanafi, Maliki, Syafii dan Maliki adalah Ulama besar yang konsisten berpegang teguh pada al-Qur’an dan hadits. Meskipun dalam rumusannya sumber hukum Islam tidak hanya al-Qur’an dan hadits, tetapi juga ada Ijma’ dan Qiyas, ini bukan berarti beliau tidak berpegang pada al-Qur’an dan Hadits. Namun Ijma’ dan Qiyas merupakan bentuk ijtihad manakala tidak ditemukan dalil yang jelas dari Al-Qur’an dan hadits. Contoh Ijma’ sudah ada pada masa shahabat Umar r.a saat beliau menyelenggarakan shalat tarawih berjamaah sebanyak 20 rakaat selama satu bulan penuh. Sedangkan Qiyas misalnya meninggalkan segala macam jenis pekerjaan kalau adzan jumat dikumandangkan hal ini diqiyaskan (disamakan) dengan larangan jual beli ketika adzan dikumandangkan. Dengan kita mengikuti Ulama kita sama juga mengikuti Rasulullah saw. Dalam agama Islam, ilmu itu diperoleh dari petunjuk guru. Kita mengikuti guru kita, guru kita mengikuti gurunya lagi begitu seterusnya hingga bersambung kepada Rasulullah saw.
Semoga sekelumit tulisan ini bisa menambah wawasan kita tentang seluk-beluk Islam. Semoga juga kita senantiasa dijaga oleh Allah dari segala macam perpecahan umat yang terjadi hanya karena perbedaan pandangan. Aamiin.
***






Tidak ada komentar:

Posting Komentar