buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Sabtu, 18 Juli 2015

MENGOPTIMALKAN POTENSI PEMUDA (2)



   Edisi 23 th VI : 19 Juni 2015 M /  2 Ramadhan 1436 H
MENGOPTIMALKAN POTENSI PEMUDA (2)
Penulis: Ust. Sarwono (guru SMAN 1 Sooko)
 Puji syukur pada Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 54 yang artinya: “Allah lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudia dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad saw yang telah menunjukkan teknik-teknik penggalian potensi dalam diri manusia.
Menyambung tulisan Jum’at yang lalu tentang potensi pemuda yang harus dioptimalkan dengan cara bersyukur. Menurut Imam Ghozali, cara bersyukur ada empat tahap yaitu, syukur dengan hati, syukur dengan lisan, syukur dengan perbuatan, dan syukur dengan menjaga nikmat serta mempergunakan sebaik-baiknya. Empat komponen tersebut merupakan sebab musabab potensi diri dapat berkembang secara optimal. Bukan bahagia yang menjadikan kita bersyukur tetapi dengan bersyukur akan menjadikan hidup bahagia. Syukur dengan hati menjadikan seseorang bahagia dengan menerima tanpa menggerutu dan berkeluh kesah atas nikmat dan anugerah yang diberikan oleh Allah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Aku sesuai dengan perasangkaan hamba kepada-Ku. (Muttafaqun ‘alaih)

Penerapan dari husnudzan terhadap ketentuan Allah adalah menjadikan diri selalu positif thinking terhadap diri sendiri maupun orang lain. Positif thinking merupakan langkah pertama dalam mengoptimalkan potensi diri para pemuda. Positif thinking akan bermanfaat dalam perilaku, seperti mengendalikan diri, bersikap tenang, bersemangat, berpengharapan baik terhadap masa depan, dan dapat mengambil keputusan dengan tepat. Selain itu ketika positif thinking kepada orang lain akan menjadikan hati tenang, dan jauh dari perasaan iri maupun dengki. Juga semakin memiliki rasa empati dan selalu open minded terhadap kebaikan yang disampaikan atau diperoleh orang lain, bersikap lebih murah hati, mudah memaafkan, mudah membantu, dan jauh dari perasaan cemas dan was-was.
Sebaliknya jika negatif thinking terhadap orang lain akan mendatangkan kecemasan yang berkepanjangan dengan hanya disibukkan mencari kekurangan dan kesalahan orang lain. Dari pemahaman ini, sebenarnya kita mulai memasung potensi dalam diri dengan mengabaikan kesalahan dan hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam diri untuk menggapai masa depan. Bahkan ada kata mutiara yang mengungkapkan bahwa kecemasan tidak akan menghasilkan apapun selain sebuah ketakutan. Hanyalah orang yang terus mengeluh yang tidak akan mengenal kata bersyukur di dalam hidupnya, karena disesaki dengan kesedihan.
Syukur dengan lisan melalui ucapan ‘Al-hamdulillah’ dari relung hati yang paling dalam menjadikan selalu menganggap Allah sebagai dzat yang paling berhak menerima pujian dan Allah-lah yang menjadi tujuan hidup. Hal ini sebagai modal awal merengkuh kenikmatan dan keberkahan dalam segala potensi yang generasi muda miliki untuk mencapai tujuan hidup ke depan. Karena muara kita adalah Allah, maka segala aktivitas kita niatkan karena Allah. Selain mendatangkan pahala, dengan niat beribadah dan berharap ridha Allah maka aktivitas akan terasa ringan dan kita mengerjakannya dengan perasaan bahagia. Apapun hasilnya itu adalah yang terbaik, tidak ada kata menyerah dan tidak ada perasaan putus asa.
Syukur dengan perbuatan menjadikan pemuda mampu mamanfaatkan nikmat yang diberikan Allah kepadanya dengan baik. Potensi yang besar berupa kekuatan, kemampuan, prestasi, dan kreatifitas selayaknya dipergunakan secara maksimal untuk menghasilkan karya yang bermanfaat. Berbagai fasilitas yang dimiliki akan berpengaruh pada karya yang dihasilkan. Namun, pengaruhnya belum tentu linier antara fasilitas dengan karya. Belum tentu semakin lengkap fasilitas, semakin produktif berkarya. Ataupun semakin minim fasilitas, semakin tidak produktif. Bagi pemuda yang bersyukur, segala kelengkapan fasilitas akan menjadikannya lebih bersemangat dalam mengembangkan potensi, dan ketika dalam keterbatasan fasilitas bukanlah penghalang dalam menghasilkan karya yang produktif. Mereka melihat fasilitas hanya sebatas sarana bukan modal dasar meraih hasil yang baik, karena semua kembali pada pribadi masing-masing.

Syukur menjaga nikmat dari kerusakan dengan cara dipergunakan sebaik-baiknya. Bagi para pemuda dengan syukur, potensi yang dimiliki berupa kekuatan, kemampuan, prestasi, dan kreatifitas yang dimiliki akan dijaga dan dimanfaatkan dengan baik. Menjauhi hal-hal yang merusak potensi tersebut. Pemuda yang mau bersyukur tidak mungkin mengkonsumsi minuman keras, obat terlarang, atau aktivitas kemungkaran lain yang dapat merusak fisik dan mentalnya. Karena itu hanya menjadi kesenangan sesaat dan justru akan menghancurkan potensi besar yang dimiliki. Mereka merasa bahagia ketika selalu menjaga shalat, membaca al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis talim, berdzikir, dan berdoa untuk menjaga dan memupuk iman dan Islamnya. Menjaga nikmat berupa potensi diri juga sudah barang tentu potensi tersebut dapat berkembang secara maksimal guna mencapat tujuan dan masa depan yang di idamkan.
Kaitannya dengan syukur akhir-akhir ini ada sebuah penelitian (gratitude research), menguak sisi keindahan yang lain dari syukur. Profesor psikologi asal University of California, Davis, AS, Robert Emmons, telah mengkaji kemudian menuangkan hasil temuan ilmiahnya tentang syukur dalam buku “Thanks! How the New Science of Gratitude Can Make You Happier”. Dia menemukan bahwa bersyukur dapat meningkatkan kebahagiaan sebanyak 25%. Bersyukur terbukti secara ilmiah memicu banyak efek positif secara fisik, psikologis, dan sosial pada diri seseorang.
Maka sahabat para generasi muda, mari kita mulai tanamkan rasa syukur dalam diri kita setiap saat. Mulailah doa-doa di pagi hari, dengan mata yang tak melihat kecuali semua adalah nikmat-Nya. Ajaklah hati merasakan lima citarasa dari pesan Ibnu Qayyim yaitu ketundukan, cinta, pengakuan nikmat, pujian, dan ikrar setia kepada-Nya. Iringi tarikan nafas kita dengan ucapan hamdallah. Kemudian bertasbihlah, hingga jiwa kita merasa layak menyambut hari ini dengan cerah dan bahagia. “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Allahumma ij’alana min ‘ibadika asy-syakur”.
Semoga Allah meridhai kehidupan kita dan menjadikan kita sebagai umatnya yang pandai bersyukur. Aamiin.
***










Tidak ada komentar:

Posting Komentar