Edisi 23 th VI : 19 Juni 2015
M / 2 Ramadhan 1436 H
MENGOPTIMALKAN
POTENSI PEMUDA (2)
Penulis:
Ust. Sarwono (guru SMAN 1 Sooko)
Puji syukur pada Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat ar-Rum
ayat 54 yang artinya: “Allah lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudia dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada
nabi Muhammad saw yang telah menunjukkan teknik-teknik penggalian potensi dalam
diri manusia.
Menyambung tulisan Jum’at yang lalu tentang potensi pemuda yang harus
dioptimalkan dengan cara bersyukur. Menurut Imam Ghozali, cara bersyukur ada
empat tahap yaitu, syukur dengan hati, syukur dengan lisan, syukur dengan
perbuatan, dan syukur dengan menjaga nikmat serta mempergunakan sebaik-baiknya.
Empat komponen tersebut merupakan sebab musabab potensi diri dapat berkembang secara optimal.
Bukan bahagia yang menjadikan kita bersyukur tetapi dengan bersyukur akan
menjadikan hidup bahagia. Syukur dengan hati menjadikan seseorang bahagia
dengan menerima tanpa menggerutu dan berkeluh kesah atas nikmat dan anugerah
yang diberikan oleh Allah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, ia berkata
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, yang
artinya: “Aku sesuai dengan perasangkaan
hamba kepada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih)
Penerapan dari husnudzan terhadap ketentuan Allah adalah menjadikan
diri selalu positif thinking terhadap diri sendiri maupun orang lain. Positif
thinking merupakan langkah pertama dalam mengoptimalkan potensi diri para
pemuda. Positif thinking akan bermanfaat
dalam perilaku, seperti mengendalikan diri, bersikap tenang, bersemangat,
berpengharapan baik terhadap masa depan, dan dapat mengambil keputusan dengan
tepat. Selain itu ketika positif thinking kepada orang lain akan
menjadikan hati tenang, dan jauh dari
perasaan iri maupun dengki. Juga semakin memiliki rasa empati dan selalu open minded terhadap kebaikan yang
disampaikan atau diperoleh orang lain, bersikap lebih murah hati, mudah
memaafkan, mudah membantu, dan jauh
dari perasaan cemas dan was-was.
Sebaliknya jika negatif thinking terhadap
orang lain akan mendatangkan kecemasan yang berkepanjangan dengan hanya
disibukkan mencari kekurangan dan kesalahan orang lain. Dari pemahaman ini, sebenarnya kita mulai memasung potensi dalam
diri dengan mengabaikan kesalahan dan hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam
diri untuk menggapai masa depan. Bahkan ada kata mutiara yang mengungkapkan
bahwa kecemasan tidak akan menghasilkan apapun selain sebuah ketakutan.
Hanyalah orang yang terus mengeluh yang tidak akan mengenal kata bersyukur di
dalam hidupnya, karena disesaki dengan kesedihan.
Syukur dengan lisan melalui ucapan ‘Al-hamdulillah’ dari relung hati yang paling dalam menjadikan selalu menganggap Allah
sebagai dzat yang paling berhak menerima pujian dan Allah-lah yang menjadi tujuan hidup. Hal ini sebagai
modal awal merengkuh kenikmatan dan keberkahan dalam segala potensi yang
generasi muda miliki untuk mencapai tujuan hidup ke depan. Karena muara kita
adalah Allah, maka segala aktivitas kita
niatkan karena Allah. Selain mendatangkan pahala, dengan niat beribadah dan
berharap ridha Allah maka aktivitas akan
terasa ringan dan kita mengerjakannya dengan perasaan bahagia. Apapun hasilnya
itu adalah yang terbaik, tidak ada kata menyerah dan tidak ada perasaan putus
asa.
Syukur dengan perbuatan menjadikan pemuda mampu
mamanfaatkan nikmat yang diberikan Allah kepadanya dengan baik. Potensi yang
besar berupa kekuatan, kemampuan, prestasi, dan kreatifitas selayaknya dipergunakan secara maksimal untuk
menghasilkan karya yang bermanfaat. Berbagai fasilitas yang dimiliki akan berpengaruh pada karya yang dihasilkan. Namun,
pengaruhnya belum tentu linier antara fasilitas dengan karya. Belum tentu semakin lengkap fasilitas, semakin produktif berkarya. Ataupun semakin minim fasilitas, semakin tidak produktif. Bagi pemuda yang
bersyukur, segala kelengkapan
fasilitas akan menjadikannya lebih bersemangat dalam mengembangkan potensi, dan
ketika dalam keterbatasan fasilitas bukanlah
penghalang dalam menghasilkan karya yang produktif. Mereka melihat fasilitas
hanya sebatas sarana bukan modal dasar meraih hasil yang baik, karena semua
kembali pada pribadi masing-masing.
Syukur menjaga nikmat dari kerusakan dengan
cara dipergunakan sebaik-baiknya. Bagi para pemuda dengan syukur, potensi yang
dimiliki berupa kekuatan, kemampuan, prestasi, dan kreatifitas yang dimiliki
akan dijaga dan dimanfaatkan dengan baik. Menjauhi hal-hal yang merusak potensi
tersebut. Pemuda yang mau bersyukur tidak mungkin mengkonsumsi minuman keras,
obat terlarang, atau aktivitas kemungkaran lain yang dapat merusak fisik dan
mentalnya. Karena itu hanya menjadi kesenangan sesaat dan justru akan
menghancurkan potensi besar yang dimiliki. Mereka merasa bahagia ketika selalu
menjaga shalat, membaca al-Qur’an,
menghadiri majelis-majelis ta’lim,
berdzikir, dan berdoa untuk menjaga dan memupuk iman dan Islamnya. Menjaga
nikmat berupa potensi diri juga sudah barang tentu potensi tersebut dapat
berkembang secara maksimal guna mencapat tujuan dan masa depan yang di idamkan.
Kaitannya dengan syukur akhir-akhir ini ada
sebuah penelitian (gratitude research),
menguak sisi keindahan yang lain dari syukur. Profesor psikologi asal
University of California, Davis, AS, Robert Emmons, telah mengkaji kemudian
menuangkan hasil temuan ilmiahnya tentang syukur dalam buku “Thanks! How the New Science of Gratitude
Can Make You Happier”. Dia menemukan bahwa bersyukur dapat meningkatkan
kebahagiaan sebanyak 25%. Bersyukur terbukti secara ilmiah memicu banyak efek
positif secara fisik, psikologis, dan sosial pada diri seseorang.
Maka sahabat para generasi muda, mari kita
mulai tanamkan rasa syukur dalam diri kita setiap saat. Mulailah doa-doa di
pagi hari, dengan mata yang tak melihat kecuali semua adalah nikmat-Nya.
Ajaklah hati merasakan lima citarasa dari pesan Ibnu Qayyim yaitu ketundukan,
cinta, pengakuan nikmat, pujian, dan ikrar setia kepada-Nya. Iringi tarikan
nafas kita dengan ucapan hamdallah. Kemudian bertasbihlah, hingga jiwa kita
merasa layak menyambut hari ini dengan cerah dan bahagia. “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Allahumma ij’alana min ‘ibadika
asy-syakur”.
Semoga Allah meridhai
kehidupan kita dan menjadikan kita sebagai umatnya yang pandai bersyukur.
Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar