buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Sabtu, 18 Juli 2015

MENYAYANGI



   Edisi 17 th VI : 8 Mei 2015 M /  19 Rajab 1436 H
MENYAYANGI
Penulis: Ust. Herul Sabana (TPQ al-Mansyur, Mangkujayan)
 Puji syukur pada Allah swt yang bersifat Rahman dan Rahim. Allah yang senantiasa menyayangi hamba-Nya, terlebih terhadap hamba yang saling menyayangi terhadap sesamanya. Allah telah berfirman dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 148: “Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” Kemudian shalawat salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw, makhluk paling mulia di muka bumi ini yang pernah diciptakan oleh Allah swt, yang telah memberikan teladan kepada umatnya bagaimana seorang pemimpin mampu menyayangi yang dipimpin sehingga terjadi hubungan harmonis dengan sesama manusia.
 Setiap hari Jum’at, khatib shalat Jum’at senantiasa mengingatkan jamaah agar bertaqarrub kepada Allah swt dengan meningkatkan ketaqwaan, yakni dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Dengan demikian, semoga kita sebagai jamaah, dapat menjadi hamba yang disayangi dan dicintai oleh Allah swt sebagaimana tersirat dalam surat Yunus ayat 62-63 yang artinya: Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah (orang–orang yang dicintai/disayangi oleh Allah) tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang–orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”

Orang-orang yang dicintai oleh Allah swt ialah orang-orang yang selalu sabar dalam musibah, selalu syukur atas nikmat yang telah diberikan, selalu siap menyerahkan jiwa dan raga untuk perkara haq dan orang yang senantiasa saling mencintai sesama manusia karena Allah swt. Orang-orang seperti ini akan merasa damai dalam hidupnya. Setiap ada problem maka disandarkanlah problem tersebut kepada Allah semata. Selain itu, dia akan mendapat pertolongan juga dari sahabat-sahabatnya karena budi baiknya selama bergaul dengan mereka. Karena itulah untuk mengantisipasi hal-hal seperti tersebut, maka Allah swt sangat menganjurkan untuk tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa dalam konsep hablum minan nas, dengan menyuruh manusia untuk saling menyayangi dan mencintai guna mewujud-kan hal-hal yang baik dalam rangka usaha peningkatan ketaqwaan. Hal ini tersirat dalam surat al-Maidah ayat 2 yang artinya: “…dan tolong-menolonglah kamu se-kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu sekalian tolong-menolong dalam  hal dosa dan permusuhan…”.
Kemudian Rasulullah saw juga memberikan gambaran adanya orang-orang mulia yang dicintai Allah dengan indikator hablum minan nas. Dalam haditsnya Beliau bersabda: “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada sekelompok manusia, mereka bukan Nabi bukan pula Syuhada’, tetapi justru para Nabi dan Syuhada merasa cemburu terhadap mereka.” Para sahabat bertanya: “Siapakah mereka? Semoga kami dapat mencintai mereka.” Nabi pun menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena cahaya Allah tanpa ada hubu-ngan keluarga dan nasab di antara mereka. Wajah-wajah mereka tidak takut di saat manusia takut dan mereka tidak bersedih di saat manusia bersedih”. Kemu-dian beliau membacakan ayat (QS. Yunus 62): “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Selain hadits ini, dalam kitab Ihya’ Ulumudin juz 2 halaman 6, Imam Ghozali memberikan keterangan dengan menulis bahwa Rasulullah telah bersabda: “Kelak di hari kiamat ada segolongan manusia yang wajahnya seperti rembulan, tiada rasa takut pada diri mereka dan tidak ada pula mereka bersedih hati” kemu-dian orang-orang bertanya : “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah pun menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang di dunianya saling mencin-tai/menyayangi karena Allah”
Demikianlah orang-orang yang saling mencintai sesama manusia hanya kare-na Allah maka mereka menjadi wali-wali Allah atau orang-orang yang dicintai Allah. Hal ini karena manusia diberi amanah sebagai khalifah di bumi. Jika dia mampu menjaga perdamaian dengan sesama dan memiliki hubungan yang baik dengan sesama khalifah (manusia) yang lain, secara otomatis akan diberi label sebagai orang yang amanah dan akan dicintai oleh Sang Pemberi amanah tersebut.

Selain saling menyayangi sesama, maka mencintai orang sholeh atau Nabi, ternyata mempunyai keutamaan yang besar. Salah satu keutamaan tersebut bahwasa-nya orang yang mencintai itu akan bersama orang yang dicintai. Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa ada orang badui yang bertanya kepada Rasulullah: Kapankah datangnya hari kiamat itu?” kemudian orang badui itu ditanya oleh Rasu-lullah: “Apa yang telah kamu persiapkan untuk menyambut datangnya kiamat ?” Orang badui itupun menjawab: “Wahai Rasulullah, persiapanku bukan ba-nyaknya puasa, bukan banyaknya shalat, bukan pula banyaknya sedekah, tetapi persiapanku adalah cinta Allah dan Rasul-Nya” kemudian Rasulullah pun berkata: “Kamu akan bersama orang yang kamu cintai”.
Hadits ini mengindikasikan bahwa orang mencintai itu akan bersama orang yang dicintai. Itu artinya manakala seseorang yang mencintai dengan meneladani Rasulullah maka kelak ia akan bersama Rasulullah di surga. Sebaliknya apabila seseorang mencintai orang yang durhaka ataupun dzalim dengan cara meng-idolakan dan meniru cara hidupnya maka ia pun akan bersama orang tersebut di tempat semestinya kelak di akhirat, yaitu neraka.
Maka dari itu, mari kita bangun negri ini dengan menebarkan perdamaian dan saling mencintai sesama warga masyarakat. Jika kita mampu hidup damai berdampingan maka rahmat Allah akan turun ke sekeliling kita karena Allah mencintai kita. Marilah kita menjadi orang yang mau dan mampu mencintai sesama manusia terlebih mencintai Rasulullah saw, agar kita yang manusia biasa ini dapat meningkat derajatnya menjadi orang yang dicintai oleh Allah dan kelak di akhirat dapat berkumpul bersama orang yang kita cintai yaitu Rasulullah saw.
Kita bisa memulai dengan mencintai lingkungan terkecil yaitu keluarga, kemudian melebar ke lingkungan sekitar seperti warga RT, kelurahan dan terus melebar ke lingkungan yang lebih luas lagi. Semoga Allah meringankan segala urusan kita dan memberi kelapangan pada hati kita. Aamiin.
***
           















Tidak ada komentar:

Posting Komentar