Edisi 25 th VII : 17 Juni 2016 M / 12 Ramadhan 1437 H
DZIKIR SESUDAH SHALAT
Penulis:
ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Puji syukur pada Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nisa
ayat 103 yang artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan
shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad saw yang telah memberikan
tuntunan dan tatacara beribadah yang benar menurut syari’at Islam.
Rutinitas ibadah kita tiap hari
diantaranya adalah shalat. Dengan shalat, kita di-stimulus agar menjadi
manusia yang berakhlakul karimah, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat
al-Ankabut ayat 45 yang artinya: “bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu al-kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya
berdzikir mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Jika kita “benar” dalam ritual ibadah shalat, insyaAllah kita akan menjadi
manusia yang baik. Apalagi sesudah shalat, kita teruskan dengan berdzikir dan
berdo’a. Hal inipun sesuai dengan al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 186: “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.” Jika kita memenuhi perintah Allah semacam
shalat dan berdzikir, insyaAllah do’a kita pun akan dikabulkan.
Jika
kita selesai shalat kemudian diteruskan dengan berdzikir, baik berjamaah maupun
sendirian, maka kondisi psikologis kita akan tenang sebagaimana tertuang dalam
al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 28 yang artinya: “orang-orang yang beriman
dan hati mereka manjadi tenteram dengan dzikir mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan dzikir mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Dengan hati
yang tenang dan tentram, kita akan mampu bermunajat dengan khusu’ pada Allah.
Do’a yang terlantun akan benar-benar diresapi makna atau hakikat permohonannya.
Hal ini bisa jadi berbeda “rasa” dan “kondisi” jika seandainya kita selesai
mengerjakan shalat langsung berdo’a dan beranjak pergi tanpa berdzikir terlebih dahulu.
Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan betapa
berharganya kegiatan dzikir ini. Salah satunya adalah hadits berikut ini
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ
يَذْكُرُ اللهَ فِيْهِ ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ
عَلَيْهِمْ تِرَةً ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَلَهُمْ.
Artinya “Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak
berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw,
pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka. Maka jika Allah menghendaki,
Dia akan menyiksa mereka dan jika menghendaki, Dia akan mengampuni mereka.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi). Hadits ini diperkuat pula dengan hadits berikut
مَامِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
Artinya “Setiap kaum yang bangkit dari suatu majelis yang mereka tidak berdzikir
kepada Allah di dalamnya, maka selesainya majelis itu seperti bangkai keledai
dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari kiamat)” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ ، مَثَلُ الْـحَيِّ وَ الْـمَيِّتِ
artinya “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya adalah seperti perbedaan antara orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR Bukhari dan Ahmad)
Mari kita
cermati perumpamaan yang ditampilkan dalam hadits tersebut. Jika ada sekumpulan
jamaah dan tidak menyelenggarakan dzikir bersama, betapa ruginya. Memang
hadits-hadits tersebut tidak mengkhususkan waktu setelah selesai shalat, namun
secara umum hadits tersebut dapat dijadikan dalil penguatan kegiatan dzikir
berjamaah setelah shalat. Hal ini karena waktu sehabis shalat merupakan salah
satu waktu yang mustajab dan sangat berharga.
Redaksi bacaan dzikir sesudah shalat banyak
ragamnya. Salah satu yang sudah mahsyur adalah sesuai hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah, dimana Rasulullah saw bersabda
مَنْ
سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ
ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ
وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
Artinya “Barang siapa yang setelah shalat bertasbih sebanyak 33x,
bertahmid sebanyak 33x, dan bertakbir sebanyak 33x sehingga berjumlah 99,
kemudian menyempurnakan dengan ucapan laa ilaha illallahu wahdahu laa
syarikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai-in qodiir,
maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR.
Muslim).
Mencermati berbagai dalil-dalil
ini, kita akan mengetahui sesungguhnya betapa mudah mencari pahala. Dzikir yang
jika dihitung dengan stopwatch terasa singkat hanya beberapa menit,
sesungguhnya akan membawa banyak perbedaan dengan jika kita tidak melakukannya.
Ya ... hanya beberapa menit saja.
Semoga melalui sekelumit
tulisan ini, Allah menggerakkan hati kita untuk istiqomah dalam
melakukan rutinitas dzikir sesudah shalat. Semoga Allah melapangkan dada kita
dan memudahkan urusan kita setelah shalat. Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar