buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 29 Juni 2016

DZIKIR SESUDAH SHALAT



       Edisi 25 th VII : 17 Juni 2016 M / 12 Ramadhan 1437 H
DZIKIR SESUDAH SHALAT
Penulis: ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Puji syukur pada Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nisa  ayat 103 yang artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad saw yang telah memberikan tuntunan dan tatacara beribadah yang benar menurut syari’at Islam.
Rutinitas ibadah kita tiap hari diantaranya adalah shalat. Dengan shalat, kita di-stimulus agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 45 yang artinya: “bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya berdzikir mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Jika kita “benar” dalam ritual ibadah shalat, insyaAllah kita akan menjadi manusia yang baik. Apalagi sesudah shalat, kita teruskan dengan berdzikir dan berdo’a. Hal inipun sesuai dengan al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 186: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa

apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” Jika kita memenuhi perintah Allah semacam shalat dan berdzikir, insyaAllah do’a kita pun akan dikabulkan.
            Jika kita selesai shalat kemudian diteruskan dengan berdzikir, baik berjamaah maupun sendirian, maka kondisi psikologis kita akan tenang sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 28 yang artinya: “orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan dzikir mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan dzikir mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Dengan hati yang tenang dan tentram, kita akan mampu bermunajat dengan khusu’ pada Allah. Do’a yang terlantun akan benar-benar diresapi makna atau hakikat permohonannya. Hal ini bisa jadi berbeda “rasa” dan “kondisi” jika seandainya kita selesai mengerjakan shalat langsung berdo’a dan beranjak pergi tanpa berdzikir terlebih dahulu.
Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan betapa berharganya kegiatan dzikir ini. Salah satunya adalah hadits berikut ini
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُ اللهَ فِيْهِ ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَلَهُمْ.

Artinya “Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka. Maka jika Allah menghendaki, Dia akan menyiksa mereka dan jika menghendaki, Dia akan mengampuni mereka.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi). Hadits ini diperkuat pula dengan hadits berikut

مَامِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً

Artinya Setiap kaum yang bangkit dari suatu majelis yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka selesainya majelis itu seperti bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari kiamat) (HR Ahmad dan Abu Dawud).

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ ، مَثَلُ الْـحَيِّ وَ الْـمَيِّتِ

artinya “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya adalah seperti perbedaan antara orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR Bukhari dan Ahmad)

Mari kita cermati perumpamaan yang ditampilkan dalam hadits tersebut. Jika ada sekumpulan jamaah dan tidak menyelenggarakan dzikir bersama, betapa ruginya. Memang hadits-hadits tersebut tidak mengkhususkan waktu setelah selesai shalat, namun secara umum hadits tersebut dapat dijadikan dalil penguatan kegiatan dzikir berjamaah setelah shalat. Hal ini karena waktu sehabis shalat merupakan salah satu waktu yang mustajab dan sangat berharga.
Redaksi bacaan dzikir sesudah shalat banyak ragamnya. Salah satu yang sudah mahsyur adalah sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah, dimana Rasulullah saw bersabda
 مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

Artinya “Barang siapa yang setelah shalat bertasbih sebanyak 33x, bertahmid sebanyak 33x, dan bertakbir sebanyak 33x sehingga berjumlah 99, kemudian menyempurnakan dengan ucapan laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai-in qodiir, maka kesalahannya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR. Muslim).
            Mencermati berbagai dalil-dalil ini, kita akan mengetahui sesungguhnya betapa mudah mencari pahala. Dzikir yang jika dihitung dengan stopwatch terasa singkat hanya beberapa menit, sesungguhnya akan membawa banyak perbedaan dengan jika kita tidak melakukannya. Ya ... hanya beberapa menit saja.
            Semoga melalui sekelumit tulisan ini, Allah menggerakkan hati kita untuk istiqomah dalam melakukan rutinitas dzikir sesudah shalat. Semoga Allah melapangkan dada kita dan memudahkan urusan kita setelah shalat. Aamiin.
***












Tidak ada komentar:

Posting Komentar