Edisi 26 th VII : 24 Juni 2016 M / 19 Ramadhan 1437 H
PUASA
Penulis:
ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Segala puji hanyalah bagi Allah
swt yang telah menyediakan bulan Ramadhan dan berfirman dalam al-Qur’an surat
al-Baqarah ayat 183 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertaqwa.”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah
pada Nabi Muhammad saw sebagai manusia yang sempurna ketakwaannya sehingga kita
harus menjadikan beliau sebagi suri tauladan.
Kita tentu sering mendengar ayat
ke 183 dari surat al-Baqarah dibacakan pada bulan Ramadhan: Beberapa hikmah
puasa secara kejiwaan adalah puasa membiasakan kesabaran, menguatkan kemauan,
mengajari dan membantu bagaimana menguasai diri, serta mewujudkan dan membentuk
ketaqwaan yang kokoh dalam diri. Dari kajian psikologi, hal tersebut bisa
dikaji dalam psikologi sosial.
Gustave Le Bon, seorang ahli psikologi menemukan teori
psikologi massa. Yang dimaksud dengan “massa” atau “crowd” adalah kumpulan yang terdiri dari banyak orang yang
mengadakan hubungan untuk sementara waktu karena minat atau kepentingan yang
sementara pula. Pada kasus ini, jiwa individu akan melebur ke dalam jiwa massa
dan bisa berubah dari jiwa aslinya. Jika dikaji dari teori psikologi
massa, maka puasa melahirkan rasa kebersamaan di antara sesama kaum muslimin,
sebuah rasa bahwa mereka adalah umat yang sama, makan di waktu yang sama dan
tidak makan di waktu yang sama pula. Jiwa dan konsep kesehariannya melebur
menjadi sesuatu yang baru yang tidak terdapat dalam keseharian sebelumnya.
Orang
kaya menjadi sadar betapa
melimpah nikmat Allah atas dirinya. Jika sebelumnya orang kaya senantiasa
berkecukupan dan bisa makan apa saja di setiap waktu, sementara pada saat yang
sama banyak orang-orang miskin yang masih saja kesulitan mencari makan. Maka
pada saat puasa Ramadhan, orang kaya pun akan merasakan hal yang sama dengan
orang miskin. Dengan terhalangnya dia dari menikmati makanan pada saat-saat
tertentu serta rasa berat yang ia hadapi karenanya, maka akan mengingatkannya
kepada orang-orang yang sama sekali tak dapat menikmati seperti apa yang
dirasakannya. Ini akan mengharuskannya mensyukuri nikmat Allah atas dirinya
berupa serba kecukupan, juga akan menjadikannya berbelas kasih kepada
saudaranya yang memerlukan, dan mendorongnya untuk membantu mereka.
Hikmah puasa
juga merambah kehidupan psikososial bagi pelakunya. Dalam bulan Ramadhan
terjadi peningkatan komunikasi baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Kondisi
psikologis individu akan membaik seiring semakin intensifnya komunikasi dengan
Allah. Setiap doa dan ibadah akan bernilai pahala lipat ganda dibandingkan bulan lainnya. Hal ini akan menjadi sugesti
yang kuat bagi individu untuk menstimulus dirinya sendiri dalam
rangka memperbaiki kualitas maupun kuantitas ibadah. Bertambahnya kualitas dan
kuantitas ibadah di bulan Ramadhan juga akan meningkatkan komunikasi sosial
dengan sesama manusia baik keluarga, saudara maupun tetangga. Interaksi sosial
yang intens ini tentu akan menjadikan suasana nyaman dalam bermasyarakat. Jika
sebelum Ramadhan, antar anggota masyarakat jarang bertemu langsung, maka di
setiap malam bulan Ramadhan mereka dapat langsung interaksi bertemu di masjid
atau mushala untuk shalat tarawih bersama. Ini menimbulkan efek positif dalam
kehidupan sosial guna menciptakan stabilitas di lingkungan masyarakat.
Jika kondisi
psikis masyarakat sudah bagus, tentu akan berdampak juga bagi kondisi psikis
individu sebagai anggota masyarakat. Keadaan psikologis yang tenang serta teduh
saat bulan Ramadhan ternyata dapat menurunkan adrenalin. Seperti kita ketahui
bahwa puasa adalah menahan segala nafsu amarah, kebencian, iri hati dan
sejenisnya. Dalam sebuah artikel kajian kesehatan disebutkan jika seseorang marah,
maka terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin
tersebut akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah
perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah reterial
dan menambah pemompaan volume darah ke jantung dan juga menambah ritme jumlah
detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak
protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan
resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner,
stroke dan lainnya. Oleh karena itu, dengan berpuasa di bulan Ramadhan,
berbagai macam penyakit tersebut dapat diminimalisir. Selain itu, dengan
berpuasa ternyata juga bisa
membersihkan usus-usus,
memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan tubuh dari sisa-sisa dan endapan
makanan, mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut. Penghentian
konsumsi air selama puasa sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam
ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000 sampai
12.000 ml osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan memberi
perlindungan terhadap fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat
meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini memacu kinerja mekanisme lokal
pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya
memacu fungsi dan kerja sel darah merah. Penelitian kesehatan dalam ranah endokrinologi
menunjukkan bahwa pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban
dalam asimilasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran
hormon sistem pencernaan dan insulin dalam jumlah besar. Penurunan berbagai
hormon tersebut merupakan salah satu rahasia hidup jangka panjang. Subhanallah
…
Hikmah puasa yang
lain dalam rangka pengekangan hawa nafsu adalah kita akan terbiasa mengosongkan
hati hanya untuk berfikir dan berdzikir. Secara umum, jika kita sedang tidak
berpuasa, berbagai nafsu bisa setiap saat muncul. Salah satu misal adalah nafsu
makan. Kita bebas melampiaskan nafsu makan saat kita tidak sedang berpuasa. Hal
seperti ini sering kali membuat terlena. Berbeda halnya jika perut kosong dari
makanan dan minuman, akan menyebabkan hati bercahaya dan lunak, kekerasan hati
sirna, untuk kemudian semata-mata dimanfaatkan untuk berdzikir dan berfikir
tentang segala karunia Allah.
Dilihat
dari secuil tulisan yang disunting dari berbagai media ini, tentunya kita akan
berpikir ulang jutaan kali jika menyepelekan perihal puasa. Sungguh, tidaklah
ada yang sia-sia dalam syariat Islam. Jika dikaji dari perspektif ilmu apapun,
pastilah tetap ada sisi hikmahnya. Inilah salah satu pembuktian bahwa Islam
adalah agama yang haq, yang tiada keraguan di dalamnya. Semoga kita
senantiasa diberi ridha dan limpahan rahmat dari Allah agar dapat senantiasa
memperbaiki diri dalam hal beragama. Aamiin…
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar