buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 29 Juni 2016

PUASA



       Edisi 26 th VII : 24 Juni 2016 M / 19 Ramadhan 1437 H
PUASA
Penulis: ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah menyediakan bulan Ramadhan dan berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw sebagai manusia yang sempurna ketakwaannya sehingga kita harus menjadikan beliau sebagi suri tauladan.
Kita tentu sering mendengar ayat ke 183 dari surat al-Baqarah dibacakan pada bulan Ramadhan: Beberapa hikmah puasa secara kejiwaan adalah puasa membiasakan kesabaran, menguatkan kemauan, mengajari dan membantu bagaimana menguasai diri, serta mewujudkan dan membentuk ketaqwaan yang kokoh dalam diri. Dari kajian psikologi, hal tersebut bisa dikaji dalam psikologi sosial.
Gustave Le Bon, seorang ahli psikologi menemukan teori psikologi massa. Yang dimaksud dengan “massa” atau “crowd” adalah kumpulan yang terdiri dari banyak orang yang mengadakan hubungan untuk sementara waktu karena minat atau kepentingan yang sementara pula. Pada kasus ini, jiwa individu akan melebur ke dalam jiwa massa dan bisa berubah dari jiwa aslinya. Jika dikaji dari teori psikologi massa, maka puasa melahirkan rasa kebersamaan di antara sesama kaum muslimin, sebuah rasa bahwa mereka adalah umat yang sama, makan di waktu yang sama dan tidak makan di waktu yang sama pula. Jiwa dan konsep kesehariannya melebur menjadi sesuatu yang baru yang tidak terdapat dalam keseharian sebelumnya. Orang

kaya menjadi sadar betapa melimpah nikmat Allah atas dirinya. Jika sebelumnya orang kaya senantiasa berkecukupan dan bisa makan apa saja di setiap waktu, sementara pada saat yang sama banyak orang-orang miskin yang masih saja kesulitan mencari makan. Maka pada saat puasa Ramadhan, orang kaya pun akan merasakan hal yang sama dengan orang miskin. Dengan terhalangnya dia dari menikmati makanan pada saat-saat tertentu serta rasa berat yang ia hadapi karenanya, maka akan mengingatkannya kepada orang-orang yang sama sekali tak dapat menikmati seperti apa yang dirasakannya. Ini akan mengharuskannya mensyukuri nikmat Allah atas dirinya berupa serba kecukupan, juga akan menjadikannya berbelas kasih kepada saudaranya yang memerlukan, dan mendorongnya untuk membantu mereka.
Hikmah puasa juga merambah kehidupan psikososial bagi pelakunya. Dalam bulan Ramadhan terjadi peningkatan komunikasi baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Kondisi psikologis individu akan membaik seiring semakin intensifnya komunikasi dengan Allah. Setiap doa dan ibadah akan bernilai pahala lipat ganda dibandingkan  bulan lainnya. Hal ini akan menjadi sugesti yang kuat bagi individu untuk menstimulus dirinya sendiri dalam rangka memperbaiki kualitas maupun kuantitas ibadah. Bertambahnya kualitas dan kuantitas ibadah di bulan Ramadhan juga akan meningkatkan komunikasi sosial dengan sesama manusia baik keluarga, saudara maupun tetangga. Interaksi sosial yang intens ini tentu akan menjadikan suasana nyaman dalam bermasyarakat. Jika sebelum Ramadhan, antar anggota masyarakat jarang bertemu langsung, maka di setiap malam bulan Ramadhan mereka dapat langsung interaksi bertemu di masjid atau mushala untuk shalat tarawih bersama. Ini menimbulkan efek positif dalam kehidupan sosial guna menciptakan stabilitas di lingkungan masyarakat.
Jika kondisi psikis masyarakat sudah bagus, tentu akan berdampak juga bagi kondisi psikis individu sebagai anggota masyarakat. Keadaan psikologis yang tenang serta teduh saat bulan Ramadhan ternyata dapat menurunkan adrenalin. Seperti kita ketahui bahwa puasa adalah menahan segala nafsu amarah, kebencian, iri hati dan sejenisnya. Dalam sebuah artikel kajian kesehatan disebutkan jika seseorang marah, maka terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin tersebut akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah reterial dan menambah pemompaan volume darah ke jantung dan juga menambah ritme jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya. Oleh karena itu, dengan berpuasa di bulan Ramadhan, berbagai macam penyakit tersebut dapat diminimalisir. Selain itu, dengan berpuasa ternyata juga bisa

membersihkan usus-usus, memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan tubuh dari sisa-sisa dan endapan makanan, mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut. Penghentian konsumsi air selama puasa sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000 sampai 12.000 ml osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan memberi perlindungan terhadap fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini memacu kinerja mekanisme lokal pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya memacu fungsi dan kerja sel darah merah. Penelitian kesehatan dalam ranah endokrinologi menunjukkan bahwa pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban dalam asimilasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan dan insulin dalam jumlah besar. Penurunan berbagai hormon tersebut merupakan salah satu rahasia hidup jangka panjang. Subhanallah …
Hikmah puasa yang lain dalam rangka pengekangan hawa nafsu adalah kita akan terbiasa mengosongkan hati hanya untuk berfikir dan berdzikir. Secara umum, jika kita sedang tidak berpuasa, berbagai nafsu bisa setiap saat muncul. Salah satu misal adalah nafsu makan. Kita bebas melampiaskan nafsu makan saat kita tidak sedang berpuasa. Hal seperti ini sering kali membuat terlena. Berbeda halnya jika perut kosong dari makanan dan minuman, akan menyebabkan hati bercahaya dan lunak, kekerasan hati sirna, untuk kemudian semata-mata dimanfaatkan untuk berdzikir dan berfikir tentang segala karunia Allah.
Dilihat dari secuil tulisan yang disunting dari berbagai media ini, tentunya kita akan berpikir ulang jutaan kali jika menyepelekan perihal puasa. Sungguh, tidaklah ada yang sia-sia dalam syariat Islam. Jika dikaji dari perspektif ilmu apapun, pastilah tetap ada sisi hikmahnya. Inilah salah satu pembuktian bahwa Islam adalah agama yang haq, yang tiada keraguan di dalamnya. Semoga kita senantiasa diberi ridha dan limpahan rahmat dari Allah agar dapat senantiasa memperbaiki diri dalam hal beragama.  Aamiin…
***











Tidak ada komentar:

Posting Komentar