buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 01 Juni 2016

RIZKI SELALU ADA



       Edisi 23 th VII : 3 Juni 2016 M / 27 Sya’ban 1437 H
RIZKI SELALU ADA
Penulis: ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Puji syukur pada Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 40 yang artinya: Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad saw yang telah memberikan tauladan tentang bagaimana cara hidup yang efektif efisien serta diridhai Allah dalam mendapatkan dan mentasyarufkan rizki.
Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Namun tidak bisa kita pungkiri, ada fenomena yang menjadi siklus di setiap tahun saat Ramadhan, yaitu meningkatnya daftar belanja rumah tangga. Sebenarnya banyak para ahli agama yang menyayangkan fenomena seperti ini. Tetapi fenomena meningkatnya daftar belanja rumah tangga saat Ramadhan, memang terkait dengan banyak hal. Oleh karenanya, tetap saja sulit untuk memutus mata rantainya. Kita mungkin bisa menghemat untuk diri kita sendiri, tapi bisa jadi sulit untuk menghemat belanja anggota keluarga yang lain. Taruhlah contoh kita tidak membeli baju baru untuk lebaran, akan tetapi kita tetap saja tidak tega jika membiarkan anak-anak kita berlebaran tanpa baju baru. Kita bisa saja menahan diri tidak jajan atau ngopi di warung kopi, akan tetapi tentu kita tidak tega jika melihat istri nelangsa memikirkan kue-kue untuk persediaan tamu saat lebaran.

Terkait dengan segala macam tetek bengek budget yang “harus” kita keluarkan selama Ramadhan, bisa jadi bagi kita yang orang awam dan golongan menengah ke bawah, sedikit atau banyak akan ketar-ketir juga. Kondisi perekonomian Ponorogo saat ini belum bisa dibilang bagus. Petani yang baru beberapa waktu lalu panen, banyak yang terkena hama potong leher. Pedagang kecil di pinggir jalan di beberapa titik juga terkena “aturan baru” yang boleh jadi membuat efek kaget menurunnya omset. Pedagang pasar dan toko juga belum merasakan stabilnya pendapatan. Kenyataan ini sedikit atau banyak tetap akan mempengaruhi kondisi psikologis kita.
Berangkat dari fenomena tersebut di atas, ada baiknya kita kembali berusaha memahami hakikat hidup kita. Al-Qur’an telah menerangkan proses penciptaan manusia dalam surat al-Mukminun ayat 12-14 yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berasal dari saripati tanah. Kemudian Kami jadikan saripati tersebut air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (yaitu rahim wanita). Kemudian air mani tersebut Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah tersebut Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging tersebut Kami jadikan tulang-belulang. Lalu tulang-belulang itupun Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk (yang berbentuk) lain. Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik.” Kemudian Rasulullah juga memberikan keterangan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya: “Dari Abdullah berkata: Rasulullah bercerita kepadaku bahwa dialah orang yang benar dan dibenarkan: Sesungguhnya seseorang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya dalam perut (rahim) ibunya selama 40 hari dalam keadaan nutfah, kemudian menjadi ‘alaqah selama periode yang sama, kemudian menjadi mudghah dalam periode yang sama juga, kemudian malaikat diutus untuk meniupkan ruh kepadanya, dan malaikat itu disuruh menentukan 4 hal yaitu tentang rizkinya, kematiannya, amal perbuatannya, dan apakah ia celaka atau bahagia.” Dari dua dalil ini, kita bisa mengetahui bahwa rizki itu telah ditentukan besarnya saat kita belum tahu apa-apa. Bahkan karena sudah ditentukan tersebut, saat kita dijadikan “khalqan akhar” atau “makhluk (yang berbentuk) lain” yang tadinya air mani kemudian segumpal darah lalu daging beserta tulang-belulang hingga akhirnya kita berbentuk janin, kita sudah dijatah rizki oleh Allah. Meskipun di dalam kandungan, kita masih mendapat asupan makanan dan dapat “membuang” limbah makanan tersebut melalui placenta.
Ketika kita baru lahir pun, rizki selalu ada bersama kita karena memang sudah ditentukan oleh Allah. Cermatilah bayi yang baru lahir. Biasanya para tetangga, sanak saudara, teman atau pun kenalan si orang tua akan datang melihat si bayi. Mereka datang tidak dengan tangan hampa, melainkan membawa berbagai kebutuhan

bayi. Mereka membawa baju bayi, bedak dan peralatan mandi bayi sampai detergen cuci. Bisa jadi semua itu tidak habis dalam jangka setahun. Itulah rizki saat kita masih baru lahir, masih belum bisa apa-apa. Rizki memang selalu ada.
Setelah kita menjadi dewasa dengan banyak tanggungjawab yang harus kita pikul, maka tentunya rizki yang telah ditentukan oleh Allah juga tetap akan selalu ada. Hanya saja rizki tersebut terserah menurut ketentuan dari Allah sebagaimana saat ruh ditiupkan dalam kandungan. Hal ini sejalan dengan al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 26 yang artinya: “Allah meluaskan rizqi dan menyempitkannya bagi siapa saja yang dikehendaki. Dan mereka (manusia) pun bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia dibanding akhirat hanyalah kesenangan yang sedikit.” Kemudian terkait dengan rizki, kita juga harus memahami bahwa rizki ada yang mendatangi kita dengan sendirinya, namun justru akan lebih banyak rizki yang harus kita cari dan jemput keberadaannya. Kita tidak boleh hanya bengong tanpa berbuat apa-apa dan berharap ketentuan rizki dari Allah akan datang menghampiri kita. Selayaknya kita harus bekerja berusaha mendapatkan rizki yang telah ditentukan untuk kita. Namun juga jangan lupakan kekuatan do’a. Kita berdo’a pada Allah bukan berarti kita memaksa Allah menurunkan rizki, bukan itu. Kita berdo’a merupakan perwujudan pengakuan kita sebagai makhluk lemah yang memang bergantung pada Allah. Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 186 yang artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Semoga secuil tulisan ini, sedikit menjadi embun penyejuk bagi siapa pun yang merasa khawatir dengan budget tambahan saat Ramadhan. Percayalah bahwa bulan Ramadhan itu penuh berkah, berkah ibadah, berkah pahala, berkah rizki dan berkah segalanya. Allah akan mencukupi kita jika kita yakin pada-Nya.
***






Tidak ada komentar:

Posting Komentar