Edisi 23 th VII : 3 Juni 2016 M / 27 Sya’ban 1437 H
RIZKI SELALU ADA
Penulis:
ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Puji syukur pada Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 40 yang artinya: “Allah-lah
yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian
menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu
yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah Dia dan Maha
Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
pada nabi Muhammad saw yang telah memberikan tauladan tentang bagaimana cara hidup
yang efektif efisien serta diridhai
Allah dalam mendapatkan dan mentasyarufkan rizki.
Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah.
Namun tidak bisa kita pungkiri, ada fenomena yang menjadi siklus di setiap
tahun saat Ramadhan, yaitu meningkatnya daftar belanja rumah tangga. Sebenarnya
banyak para ahli agama yang menyayangkan fenomena seperti ini. Tetapi fenomena
meningkatnya daftar belanja rumah tangga saat Ramadhan, memang terkait dengan
banyak hal. Oleh karenanya, tetap saja sulit untuk memutus mata rantainya. Kita
mungkin bisa menghemat untuk diri kita sendiri, tapi bisa jadi sulit untuk
menghemat belanja anggota keluarga yang lain. Taruhlah contoh kita tidak
membeli baju baru untuk lebaran, akan tetapi kita tetap saja tidak tega jika
membiarkan anak-anak kita berlebaran tanpa baju baru. Kita bisa saja menahan
diri tidak jajan atau ngopi di warung kopi, akan tetapi tentu kita tidak tega
jika melihat istri nelangsa memikirkan kue-kue untuk persediaan tamu saat
lebaran.
Terkait dengan segala macam tetek bengek
budget yang “harus” kita keluarkan selama Ramadhan, bisa jadi bagi kita yang
orang awam dan golongan menengah ke bawah, sedikit atau banyak akan ketar-ketir
juga. Kondisi perekonomian Ponorogo saat ini belum bisa dibilang bagus. Petani
yang baru beberapa waktu lalu panen, banyak yang terkena hama potong leher.
Pedagang kecil di pinggir jalan di beberapa titik juga terkena “aturan baru”
yang boleh jadi membuat efek kaget menurunnya omset. Pedagang pasar dan toko
juga belum merasakan stabilnya pendapatan. Kenyataan ini sedikit atau banyak
tetap akan mempengaruhi kondisi psikologis kita.
Berangkat dari fenomena tersebut di atas, ada
baiknya kita kembali berusaha memahami hakikat hidup kita. Al-Qur’an telah
menerangkan proses penciptaan manusia dalam surat al-Mukminun ayat 12-14 yang artinya: “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berasal dari saripati tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati tersebut air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (yaitu rahim wanita). Kemudian air mani tersebut Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah tersebut Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging tersebut Kami jadikan tulang-belulang. Lalu tulang-belulang
itupun Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk (yang
berbentuk) lain. Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik.” Kemudian Rasulullah juga memberikan keterangan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim yang artinya: “Dari Abdullah
berkata: Rasulullah bercerita kepadaku bahwa dialah orang yang benar dan
dibenarkan: Sesungguhnya seseorang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya dalam
perut (rahim) ibunya selama 40 hari dalam keadaan nutfah, kemudian menjadi
‘alaqah selama periode yang sama, kemudian menjadi mudghah dalam periode yang
sama juga, kemudian malaikat diutus untuk meniupkan ruh kepadanya, dan malaikat
itu disuruh menentukan 4 hal yaitu tentang rizkinya, kematiannya, amal
perbuatannya, dan apakah ia celaka atau bahagia.” Dari dua dalil ini, kita
bisa mengetahui bahwa rizki itu telah ditentukan besarnya saat kita belum tahu
apa-apa. Bahkan karena sudah ditentukan tersebut, saat kita dijadikan “khalqan
akhar” atau “makhluk (yang berbentuk) lain” yang tadinya air mani
kemudian segumpal darah lalu daging beserta tulang-belulang hingga akhirnya
kita berbentuk janin, kita sudah dijatah rizki oleh Allah. Meskipun di dalam
kandungan, kita masih mendapat asupan makanan dan dapat “membuang” limbah
makanan tersebut melalui placenta.
Ketika kita baru lahir pun, rizki selalu ada
bersama kita karena memang sudah ditentukan oleh Allah. Cermatilah bayi yang
baru lahir. Biasanya para tetangga, sanak saudara, teman atau pun kenalan
si orang tua akan datang melihat si bayi. Mereka datang tidak dengan tangan
hampa, melainkan membawa berbagai kebutuhan
bayi. Mereka membawa baju bayi, bedak dan peralatan mandi bayi sampai
detergen cuci. Bisa jadi semua itu tidak habis dalam jangka setahun. Itulah
rizki saat kita masih baru lahir, masih belum bisa apa-apa. Rizki memang selalu
ada.
Setelah kita menjadi dewasa dengan banyak
tanggungjawab yang harus kita pikul, maka tentunya rizki yang telah ditentukan
oleh Allah juga tetap akan selalu ada. Hanya saja rizki tersebut terserah
menurut ketentuan dari Allah sebagaimana saat ruh ditiupkan dalam kandungan.
Hal ini sejalan dengan al-Qur’an surat
ar-Ra’d ayat 26 yang artinya: “Allah
meluaskan rizqi dan menyempitkannya bagi siapa saja yang dikehendaki. Dan mereka (manusia) pun bergembira
dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia dibanding akhirat hanyalah
kesenangan yang sedikit.” Kemudian terkait
dengan rizki, kita juga harus memahami bahwa rizki ada yang mendatangi kita
dengan sendirinya, namun justru akan lebih banyak rizki yang harus kita cari
dan jemput keberadaannya. Kita tidak boleh hanya bengong tanpa berbuat apa-apa
dan berharap ketentuan rizki dari Allah akan datang menghampiri kita.
Selayaknya kita harus bekerja berusaha mendapatkan rizki yang telah ditentukan
untuk kita. Namun juga jangan lupakan kekuatan do’a. Kita berdo’a pada Allah
bukan berarti kita memaksa Allah menurunkan rizki, bukan itu. Kita berdo’a
merupakan perwujudan pengakuan kita sebagai makhluk lemah yang memang
bergantung pada Allah. Firman
Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 186 yang artinya: “Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Semoga secuil tulisan ini, sedikit menjadi embun
penyejuk bagi siapa pun yang merasa khawatir dengan budget tambahan saat
Ramadhan. Percayalah bahwa bulan Ramadhan itu penuh berkah, berkah ibadah,
berkah pahala, berkah rizki dan berkah segalanya. Allah akan mencukupi kita
jika kita yakin pada-Nya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar