buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 01 Juni 2016

SALAM



       Edisi 21 th VII : 20 Mei 2016 M / 13 Sya’ban 1437 H
SALAM
Penulis: ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ al-Mukmin, Bangunsari)
Puji syukur pada Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 86 yang artinya: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada nabi Muhammad saw yang telah memberikan tauladan tentang bagaimana cara yang efektif efisien serta diridhai Allah dalam bersosialisasi dengan sesama manusia, sehingga terwujud masyarakat yang damai dan mendamaikan.
Dalam syari’at Islam, kita mengenal hablum minAllah dan hablum minan-nas. Dalam hablum minAllah lebih bersifat individual personal, dalam artian hanya kita sendiri yang mengetahui eksistensinya. Adapun dalam hablum minan-nas lebih bersifat sosial, dalam artian eksistensinya akan terlihat secara fisik di mata masyarakat. Salah satu kunci penting bagi kita untuk berinteraksi dalam konsep hablum minan-nas adalah langkah pertamanya. Ada idiom yang mengatakan: kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya ... terserah anda. Nah, dalam syari’at Islam, langkah pertama dalam konsep ini adalah ucapan salam. Sebegitu pentingnya ucapan salam, sehingga mengucapkannya pun kita sudah mendapat pahala, sedang menjawab salam merupakan kewajiban. Ada begitu banyak dalil yang memperkuat point penting sebuah ucapan salam.

Dalam sebuah hadits disebutkan: "Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling mencintai. Tidakkah kalian mau aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan akan menjadikan kalian saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim). Dari hadits ini, kita bisa melihat betapa pentingnya sebuah salam. Dari sebuah ucapan seringan “salam” ternyata berdampak bagus terhadap tumbuhnya rasa saling menyayangi pada sesama. Hal ini akan berdampak bagus dalam kajian sosiologi. Hubungan antar sesama indvidu akan terjalin dengan harmonis, senyum akan senantiasa tersaji. Wajah cerah akan menghias di segala lapisan masyarakat. Dengan begitu, kebahagiaan sosial tentu lebih mudah diwujudkan.
Ucapan salam selayaknya disampaikan pada semua kalangan. Ucapan salam boleh kita sampaikan kepada lawan jenis, sekalipun bukan muhrim. Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, sebagaimana diceritakan oleh Asma’ binti Yazid yang berkata: "Rasulullah saw pernah berjalan melewati kami dan melihat sekelompok wanita sedang duduk-duduk, maka beliau mengucapkan salam kepada kami." (HR. Abu Dawud). Begitu juga terhadap anak-anak, kita sangat dianjurkan untuk menyapa mereka dengan salam. Janganlah kita merasa gengsi, sebab anak-anak pun juga berhak mendapat penghormatan. Anas bin Malik ra menceritakan dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, bahwa Rasulullah saw bertemu dengan beberapa anak, lalu beliau memberi salam kepada mereka.
Kemudian, dalam kajian salam, siapakah yang wajib mengucapkan salam terlebih dulu? Rasulullah saw. bersabda: "Orang yang naik kendaraan memberikan salam kepada orang yang berjalan kaki, sedangkan orang yang berjalan memberikan salam kepada orang yang duduk, dan yang sedikit jumlahnya memberikan salam kepada yang lebih banyak." (Muttafaqun ’Alaih). Orang yang mengucapkan salam lebih dulu termasuk orang yang baik keislamannya. Dalam hadits lain yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan perihal salam ini disebutkan: "Sesungguhnya sebaik-baik manusia menurut Allah adalah orang yang memulai mengucapkan salam." (HR. Abu Dawud). Orang yang memberi salam lebih dulu dikatakan lebih baik, karena bisa dipastikan hatinya tidak punya prasangka apa-apa kepada orang yang diberi salam. Dan salam yang dia ucapkan tentunya bertujuan untuk menjalin hubungan yang lebih baik. Oleh karenanya, apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw terkait etika salam, siapa yang terlebih dahulu mengucapkan salam tersebut tidaklah bersifat mutlak. Kita yang sedang duduk, boleh saja mengucapkan salam pada orang yang sedang berjalan. Atau kita yang berjumlah banyak, tetap saja boleh mengucapkan salam pada kumpulan orang yang lebih sedikit. Pada dasarnya, siapa yang mengucapkan salam terlebih dahulu, tentunya dia lebih baik. Hal ini diperkuat dengan hadits dari Ibnu ‘Umar yang menyampaikan

sabda Rasulullah saw: "Apabila dua orang muslim bertemu lantas salah satunya memberi salam kepada yang lain, maka yang mendahului mengucapkan salam lebih dicintai Allah swt dan wajahnya lebih berseri-seri dari temannya itu. Apabila keduanya berjabat tangan, maka Allah akan menurunkan seratus rahmat kepada keduanya, (dengan ketentuan) bagi yang memulainya mendapat 90 rahmat dan yang diajak berjabat tangan mendapat 10 rahmat." (HR. Tirmidzi)
Adapun dalam hal redaksi ucapan salam, semakin lengkap kalimat salam yang kita ucapkan, semakin besar pahalanya. Hadits berikut mengisahkan: “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw dengan mengucap "Assalamu ’alaikum." Setelah menjawabnya, beliau bersabda: "Sepuluh." Kemudian datang lagi orang lainnya dengan mengucap salam "Assalamu ’alaikum wa rahmatullaah." Sesudah menjawabnya, Rasulullah saw bersabda: "Dua puluh." Selang beberapa waktu kemudian, datang orang yang lain lagi seraya mengucapkan salam "Assalamu ’alaikum wa rahmatullaahi wa barakatuh." Setelah menjawabnya, Rosulullah saw bersabda: Tiga puluh." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Hadits ini menegaskan kepada kita, bahwa setiap perbuatan baik seperti mengucapkan salam, selalu ada pahalanya. Besar kecilnya pahala yang kita peroleh, tergantung dari seberapa sempurna kita mengerjakannya. Jadi semakin lengkap salam yang kita ucapkan, semakin besar pahala yang kita peroleh.
Dari tulisan kecil ini, semoga kita semakin tergugah untuk memasyarakatkan ucapan salam. Setidaknya, mari kita berdayakan anggota keluarga kita sendiri. Setiap kita masuk rumah atau bertemu dengan anggota keluarga, kita bisa mendahului mengucapkan salam. Rasulullah saw bersabda kepada Anas bin Malik: ’’Wahai anakku, jika kamu masuk ke rumah keluargamu, maka ucapkanlah salam, niscaya akan menjadi berkah bagi kamu dan keluargamu." (HR. Tirmidzi). Semoga kita mampu mengaplikasikan hadits ini, dan semoga juga Allah swt meringankan mulut kita untuk mengucapkan salam. Aamiin ...
***
           









Tidak ada komentar:

Posting Komentar