Edisi 31 th VII : 5 Agustus 2016 M / 2 Dzul Qo’dah 1437 H
ILMU
Penulis:
ust. Herul Sabana (Mayak, Tonatan)
Puji syukur kehadirat Allah swt,
Tuhan pencipta alam semesta serta yang telah menjadikan manusia sebagai
khalifah di muka bumi ini, karena dengan limpahan Rahmat-Nya lah manusia dapat
memikul beban yang diamanatkan-Nya.
Terkait dengan status sebagai khalifah, Allah telah memberikan motivasi pada
manusia agar menjadi makhluk cerdas dengan berusaha mencari ilmu. Firman Allah
dalam al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 11: “Hai
orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu,
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan sebanyak beberapa derajat, dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
keharibaan Baginda Rasulullah saw, nabi yang telah menjadi panutan bagi
umatnya, sehingga umatnya memiliki figure sentral dalam kehidupan ini. Dengan
demikian umat nabi Muhammad saw, bukan berjalan tanpa arah di muka bumi ini,
melainkan tetap terarah dalam koridor syariat.
Marilah senantiasa meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt, dengan sekuat tenaga menjalankan
segala perintah-perintah-Nya dan tanpa kompromi menjauhi segala
larangan-larangan-Nya. Semoga dengan istiqomah dalam mempertahankan keimanan
dan ketaqwaan, kita sebagai
manusia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.
Manusia
diciptakan di muka bumi ini yang utama adalah sebagai hamba Allah swt,
sebagaimana bunyi ayat 56 dari surat adz-Dazriyat dalam al-Qur’an:. “Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Oleh karena itu manusia harus mengabdi kepada Allah swt kapanpun dan di
manapun berada. Selain itu manusia
diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini. sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka (malaikat)
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang (khalifah)
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Manusia sebagai khalifah harus dapat mengatur
apa saja yang ada di muka bumi ini. Menjaga kelestarian alam, memanfaatkan
sumber daya alam sebaik-baiknya untuk kesejahteraan manusia, menjaga kedamaian
serta saling menyayangi sesama makhluk Allah. Rasa kasih sayang dan turut
menjaga ini tidak hanya antar sesama umat islam, tetapi juga antar sesama
manusia yang lain meskipun agamanya berbeda. Tidak cukup sampai di situ,
menyayangi hewan, pohon, tanah, dan air serta seluruh alam ini adalah
perwujudan dari rasa tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi ini.
Sebaliknya membuat permusuhan sesama manusia, membuat kerusakan hutan,
eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam tanpa memperhatikan keseimbangan alam di
sekelilingnya, perburuan hewan yang dilindungi negara, mencari ikan dengan bom
yang dapat merusak ekosistem laut, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut justru
akan merusak kredibilitas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Karena
itulah manusia harus mempertanggung jawabkan segala tindakannya terhadap alam.
Pertanggungjawaban ini di hadapan Allah maupun di hadapan sesama manusia.
Dalam menjalankan
tugasnya sebagai khalifah, tentu menghendaki kesuksesan serta rasa kebahagiaan.
Kesuksesan dan kebahagiaan itu dapat diperoleh dengan ilmu, baik ilmu dunia
untuk mengelola alam serta ilmu akhirat sebagai acuan tujuan pengelolaan alam
tersebut. Ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa manusia pada kesuksesan
hidup di dunia. Begitu juga ilmu pengetahuan juga akan membawa manusia
pada kesuksesan hidup di akhirat. Tentu semua ilmu tersebut haruslah dilandasi
dengan keimanan yang kuat.
Sebagaimana sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata: “Barang siapa yang
menghendaki kebahagiaan dunia, maka harus memakai ilmu, barang siapa yang
menghendaki kebahagiaan akhirat harus memakai ilmu, dan barang siapa yang
menghendaki keduanya, maka juga harus memakai ilmu.
Ilmu adalah hal yang sangat penting dalam
menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Pernyataan di atas mengisyaratkan
bahwa kesuksesan manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi,
tak lepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dari ilmu pengetahuan
dan teknologi suatu negara, dapat men-jadi tolok ukur kemajuan negara tersebut.
Karena islam merupakan agama yang menghendaki kemajuan maka Islam sangat
menghargai ilmu pengetahuan dan me-nganjurkan umatnya untuk mencari ilmu. Namun
kemajuan yang diperoleh tidak boleh menjadi
lupa terhadap sang pencipta serta kodrat manusia sebagai hamba.
Kesuksesan manusia sebagai pengelola bumi akan
berbanding lurus dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Majunya
ilmu pengetahuan tersebut akan menjaga eksistensi manusia dalam memajukan
peradabannya serta keluhuran derajatnya. Hal ini telah tersirat dalam al-Qur’an
surat al-Mujadilah ayat 11: “Hai
orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu, dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan sebanyak beberapa derajat, dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dengan majunya ilmu pengetahuan,
maka bumi ini benar-benar bisa dimanfaatkan manusia dengan maksimal. Kemajuan
yang dibarengi jiwa islami akan membawa kebahagiaan bagi umat manusia. Karena
islam tidak lepas dari akhlaq yang hakikinya akhlaq tersebut akan berguna bagi
dirinya sendiri. Misal: ketika manusia diberi kemampuan untuk mengolah sumber
daya alam, namun tidak dibarengi akhlaq, tidak mengindahkan adanya kerusakan di
lingkungan sekitar tentu ini akan merugikan orang lain, dan nantinya kembalinya
pada dirinya sendiri. Membuat kerusakan alam adalah larangan dalam agama islam.
Semoga kita benar-benar
mampu menjadi khalifah di bumi sehingga dapat menunjukkan bahwa islam merupakan
rahmatan lil ‘alamin. ***
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar