buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Sabtu, 28 Maret 2015

BANGKRUT



Edisi 05 th VI : 30 Januari 2015 M / 9 Rabiuts Tsani 1436 H
MUFLIS (BANGKRUT)
Penulis: ust. Marsudi (TPQ ad-Darajaat, Mayak)
Segala puji syukur hanyalah pantas bagi Allah swt, tempat kita berserah diri dan memohon segala pertolongan atas semua permasalahan dalam kehidupan ini. Jika kita mampu menjadi hamba yang tahu diri dengan mengakui segala kelemahan sebagai makhluk dan mengaplikasikannya dengan mengabdi dan bertakwa pada Allah, maka insyaAllah kebahagiaan akhirat yang abadi akan menanti kita. Kemudian shalawat salam semoga tetap terlimpahkan pada nabi Muhammad saw, penuntun umat manusia dari kegelapan menuju terang benderang. Jika Allah dan malaikat saja bershalawat kepadanya, selayaknya kita sebagai manusia pun harus ikut bershalawat kepadanya.
Kita hidup di dunia ini diperintahkan untuk bertakwa dengan sebenar-benar takwa sampai malaikat ‘Izrail datang menjemput. Hal ini sering diungkapkan dalam pesan khutbah jum’at dengan membaca al-Qur’an surat Ali Imron ayat 102: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Lafadz “haqqo tuqotihi” ditafsirkan dengan pengertian sebenar-benar takwa. Dalam konteks ini takwa diaplikasikan dengan menjalankan perintah Allah semaksimal mungkin dan menjauhi larangan-Nya dengan mutlak tanpa toleransi. Maka jika cuma menjauhi larangan tanpa menjalankan perintah-Nya, itu hanyalah nonsense, nol besar, sama sekali tidaklah bisa masuk kategori takwa. Seba
liknya jika menjalankan perintah-Nya tetapi tidak mau menjauhi larangan bahkan te-tap bermaksiat, maka itu masuk kategori Muflis (orang yang bangkrut).
            Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim: Bahwasanya dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bertanya kepada para sahabat: “Tahukah kalian, siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu?” Para sahabat menjawab: “Orang yang miskin, sesudah habis semua hartanya, termasuk perabotan rumah-nya terjual.” Rasulullah menyahut: “Orang yang muflis (masuk kategori bang-krut) dari umatku adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakatnya, Tetapi (ketika di dunia) dia suka mencaci ma-ki dan menuduh orang lain, merampas hak orang lain, dan juga pernah menum-pahkan darah orang lain (tanpa haq) dan mendzalimi orang lain. Maka pahala amal baiknya tersebut diambil untuk membayar perbuatan dzalimnya kepada orang-orang yang pernah didzaliminya. Dan jika amal baiknya tersebut telah ha-bis sedang tuntutan orang yang didzalimi belum terbayar lunas maka diambillah dosa orang yang terdzalimi kemudian ditimpakan padanya, sehingga akhirnya dia dilempar ke dalam neraka.”  
            Dari kisah di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang menyebabkan ke-bangkrutan fatal bagi seorang muslim yang seberapapun dia memiliki amal kebaikan yang disangkanya dapat menghantarkannya ke surga, namun ternyata justru keba-likannya. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
Mencaci-maki dan menuduh orang lain. Perbuatan ini termasuk perbuatan yang sewenang-wenang. Orang yang dicaci dan dituduh mungkin tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Maka selayaknya kita perhatikan al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 11: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari yang mengolok-olok, dan jangan pula wanita-wanita mengolok-olok wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita (yang diolok-olok) adalah lebih baik dari yang mengolok-olok...” . Hal lain yang harus juga diingat adalah bahwasanya do’a orang yang didzalimi itu tidak ada penghalang antara si pendo’a dengan Allah swt. Boleh jadi do’a yang terdzalimi akan menjadi sangat mujarab. Dalam hal inilah, jika seseorang mencaci-maki orang lain dan orang yang dicaci-maki merasa sakit hati dan terucap do’a jelek, maka bisa jadi do’a tersebut dikabulkan di dunia, dan bisa jadi dikabulkan di akhirat. Yang lebih parah adalah jika seseorang tega melemparkan tuduhan palsu atau fitnah pada seseorang. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya “Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan”,  maka tuduhan palsu atau fitnah akan sangat mendzalimi seseorang. Kemarahan dan kebencian akan senantiasa mengiringi sebuah fitnah.

Ø   Merampas hak orang lain. Dalam hal ini dapat juga diartikan memakan harta dengan cara tidak halal, termasuk di dalamnya adalah korupsi dan kolusi. Jika seseorang menggunakan wewenangnya untuk mengeruk keuntungan pribadi ataupun meminta orang lain memberikan uang pelicin demi memperlancar kepentingannya, maka itu sama artinya dengan memasukkan api neraka ke dalam perutnya sendiri. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan: “Sungguh setiap hak harus dikembalikan kepada pemiliknya kelak di hari kiamat, hingga kambing tak bertanduk pun diberi hak untuk membalas hantaman kambing yang bertanduk.”
Ø   Perbuatan dzalim dan menumpahkan darah tanpa ada sebab yang dibenarkan syara’. Hanya orang yang sewenang-wenang dan merasa kuat saja yang melakukan hal seperti ini. Boleh jadi karena semua orang takut dengan kekuatan maupun kekuasaannya. Bagi orang seperti itu maka bersiap saja untuk menanggung segala perbuatannya sendirian tanpa ada penolong sebagaimana peringatan Allah dalam al-Qur’an surat asy-Syuura ayat 8: “...dan orang-orang yang dzalim tidak akan ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak ada pula seorang penolong pun.”
Dari hadits di awal dapat ditarik sebuah pelajaran berharga, di mana seberapa banyakpun pahala amal kebaikan melaksanakan perintah Allah namun jika tidak diimbangi dengan menjauhi larangan-Nya, maka tetap saja berakhir fatal dilempar ke dalam neraka. Karena itulah dalam konsep takwa, yang diperintahkan adalah sebenar-benar takwa, yaitu takwa yang konsisten dan harus kontinyu sampai akhir hayat. Mari menyiapkan diri mulai sekarang untuk mewujudkan takwa yang sebenar-benar takwa. Semoga jika kita meninggalkan dunia ini kelak dalam keadaan beragama Islam secara kaffah. Dan ada baiknya kita fikirkan sebuah hadits lagi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Yang disebut orang Islam adalah yang mampu menciptakan rasa aman tenteram bagi orang Islam lainnya dengan lisan (perkataan)nya dan tangan (perbuatan)nya....” Maka dari itu, mari kita segera berbenah diri agar tidak menjadi muslim yang muflis (bangkrut).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar