Edisi 05 th VI : 30
Januari 2015 M / 9 Rabiuts Tsani 1436 H
MUFLIS (BANGKRUT)
Penulis: ust. Marsudi (TPQ
ad-Darajaat, Mayak)
Segala puji
syukur hanyalah pantas bagi Allah swt, tempat kita berserah diri dan memohon
segala pertolongan atas semua permasalahan dalam kehidupan ini. Jika kita mampu
menjadi hamba yang tahu diri dengan mengakui segala kelemahan sebagai makhluk
dan mengaplikasikannya dengan mengabdi dan bertakwa pada Allah, maka insyaAllah
kebahagiaan akhirat yang abadi akan menanti kita. Kemudian shalawat salam
semoga tetap terlimpahkan pada nabi Muhammad saw, penuntun umat manusia dari
kegelapan menuju terang benderang. Jika Allah dan malaikat saja bershalawat kepadanya,
selayaknya kita sebagai manusia pun harus ikut bershalawat kepadanya.
Kita hidup di dunia
ini diperintahkan untuk bertakwa dengan sebenar-benar takwa sampai malaikat
‘Izrail datang menjemput. Hal ini sering diungkapkan dalam pesan khutbah jum’at
dengan membaca al-Qur’an surat Ali Imron ayat 102: “Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya,
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Lafadz “haqqo tuqotihi” ditafsirkan dengan pengertian sebenar-benar
takwa. Dalam konteks ini takwa diaplikasikan dengan menjalankan perintah Allah
semaksimal mungkin dan menjauhi larangan-Nya dengan mutlak tanpa toleransi.
Maka jika cuma menjauhi larangan tanpa menjalankan perintah-Nya, itu hanyalah nonsense,
nol besar, sama
sekali tidaklah bisa masuk
kategori takwa. Sebaliknya jika menjalankan perintah-Nya tetapi tidak mau menjauhi larangan bahkan te-tap bermaksiat, maka itu masuk kategori Muflis (orang yang bangkrut).
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim: Bahwasanya dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah
bertanya kepada para sahabat: “Tahukah kalian, siapakah muflis (orang yang
bangkrut) itu?” Para sahabat menjawab: “Orang yang miskin, sesudah habis
semua hartanya, termasuk perabotan rumah-nya terjual.” Rasulullah menyahut:
“Orang yang muflis (masuk kategori bang-krut) dari umatku adalah orang yang
pada hari kiamat datang dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakatnya,
Tetapi (ketika di dunia) dia suka mencaci ma-ki dan menuduh orang lain,
merampas hak orang lain, dan juga pernah menum-pahkan darah orang lain (tanpa
haq) dan mendzalimi orang lain. Maka pahala amal baiknya tersebut diambil untuk
membayar perbuatan dzalimnya kepada orang-orang yang pernah didzaliminya. Dan
jika amal baiknya tersebut telah ha-bis sedang tuntutan orang yang didzalimi
belum terbayar lunas maka diambillah dosa orang yang terdzalimi kemudian
ditimpakan padanya, sehingga akhirnya dia dilempar ke dalam neraka.”
Dari kisah di atas dapat
disimpulkan beberapa hal yang menyebabkan ke-bangkrutan fatal bagi seorang
muslim yang seberapapun dia memiliki amal kebaikan yang disangkanya dapat
menghantarkannya ke surga, namun ternyata justru keba-likannya. Hal-hal
tersebut adalah sebagai berikut:
Mencaci-maki dan menuduh orang lain. Perbuatan ini termasuk perbuatan
yang sewenang-wenang. Orang yang dicaci dan dituduh mungkin tidak dapat berbuat
apa-apa karena tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Maka selayaknya kita
perhatikan al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 11: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari yang mengolok-olok, dan jangan pula
wanita-wanita mengolok-olok wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita
(yang diolok-olok) adalah lebih baik dari yang mengolok-olok...” . Hal lain yang harus juga diingat adalah
bahwasanya do’a orang yang didzalimi itu tidak ada penghalang antara si pendo’a
dengan Allah swt. Boleh jadi do’a yang terdzalimi akan menjadi sangat mujarab.
Dalam hal inilah, jika seseorang mencaci-maki orang lain dan orang yang
dicaci-maki merasa sakit hati dan terucap do’a jelek, maka bisa jadi do’a
tersebut dikabulkan di dunia, dan bisa jadi dikabulkan di akhirat. Yang lebih
parah adalah jika seseorang tega melemparkan tuduhan palsu atau fitnah pada
seseorang. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya “Fitnah itu lebih kejam
dari pembunuhan”, maka tuduhan
palsu atau fitnah akan sangat mendzalimi seseorang. Kemarahan dan kebencian
akan senantiasa mengiringi sebuah fitnah.
Ø
Merampas hak
orang lain. Dalam hal ini dapat juga diartikan memakan harta dengan cara tidak
halal, termasuk di dalamnya adalah korupsi dan kolusi. Jika seseorang
menggunakan wewenangnya untuk mengeruk keuntungan pribadi ataupun meminta orang
lain memberikan uang pelicin demi memperlancar kepentingannya, maka itu sama
artinya dengan memasukkan api neraka ke dalam perutnya sendiri. Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan: “Sungguh setiap hak
harus dikembalikan kepada pemiliknya kelak di hari kiamat, hingga kambing tak
bertanduk pun diberi hak untuk membalas hantaman kambing yang bertanduk.”
Ø
Perbuatan
dzalim dan menumpahkan darah tanpa ada sebab yang dibenarkan syara’. Hanya
orang yang sewenang-wenang dan merasa kuat saja yang melakukan hal seperti ini.
Boleh jadi karena semua orang takut dengan kekuatan maupun kekuasaannya. Bagi
orang seperti itu maka bersiap saja untuk menanggung segala perbuatannya
sendirian tanpa ada penolong sebagaimana peringatan Allah dalam al-Qur’an surat
asy-Syuura ayat 8: “...dan orang-orang yang dzalim tidak akan ada bagi
mereka seorang pelindungpun dan tidak ada pula seorang penolong pun.”
Dari hadits di awal dapat ditarik sebuah pelajaran
berharga, di mana seberapa banyakpun pahala amal kebaikan melaksanakan perintah
Allah namun jika tidak diimbangi dengan menjauhi larangan-Nya, maka tetap saja
berakhir fatal dilempar ke dalam neraka. Karena itulah dalam konsep takwa, yang
diperintahkan adalah sebenar-benar takwa, yaitu takwa yang konsisten dan harus
kontinyu sampai akhir hayat. Mari menyiapkan diri mulai sekarang untuk mewujudkan takwa yang
sebenar-benar takwa. Semoga jika kita meninggalkan dunia ini kelak dalam
keadaan beragama Islam secara kaffah. Dan ada baiknya kita fikirkan sebuah hadits
lagi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Yang disebut orang Islam adalah
yang mampu menciptakan rasa aman tenteram bagi orang Islam lainnya dengan lisan
(perkataan)nya dan tangan (perbuatan)nya....” Maka dari itu, mari kita segera berbenah diri
agar tidak menjadi muslim yang muflis (bangkrut).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar