Edisi
47 th V : 21 Nopember 2014 M / 28 Muharam 1436 H
KEMURAHAN PAHALA
Penulis: ust. Herul Sabana (TPQ al-Mansyur, Mangkujayan)
Segala puji
hanyalah bagi Allah swt yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat
97: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Shalawat
dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik
suri tauladan yang telah memberikan tuntunan berbagai macam ibadah kepada
umatnya.
Dunia memang penuh dengan keindahan dan kenikmatan. Bagi orang-orang
yang kadar keimanannya rendah, maka bisa jadi mereka akan memanfaatkan hidup di
dunia ini dengan menikmati sepuasnya tanpa memperdulikan kehidupan setelah
mati. Padahal Allah sudah memperingatkan manusia melalui al-Qur’an yang
menyatakan bahwa dunia ini hanyalah tempat kesenangan semu, seperti yang
tersirat dalam surat al-Hadid ayat 20: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya
dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang membuat terlena, perhiasan dan
bermegah-megahan antara kamu serta membangga-banggakan banyaknya harta dan
anak, (perumpamaan nya) seperti hujan yang (membuat) tanaman-tanamannya (subur menghijau)
mengagumkan para petani, kemudian tanaman tersebut menjadi kering dan kamu
lihat warna tanaman
tersebut menjadi kuning kemudian hancur. Dan di akhirat ada adzab yang keras
dan (ada juga) ampunan dari Allah serta ridha-Nya. Dan kehidupan di dunia ini
tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Allah menciptakan jin dan manusia adalah agar
beribadah. Adapun ibadah tersebut bukanlah untuk Allah, melainkan untuk manusia
sendiri. Allah tidaklah membutuhkan manusia, tetapi manusialah yang membutuhkan
Allah. Salah satu bentuk ibadah kepada Allah adalah shalat. Dengan shalat,
manusia secara langsung berhubungan dengan Tuhannya. Akan tetapi mungkin karena
menjadi rutinitas, maka manusia banyak yang menjadi lalai dalam shalatnya.
Al-Qur’an Surat al-Ma’un ayat 4-5 menjadi isyarat yang nyata tentang hal ini:
“Maka celakalah orang-orang yang sholat,
yaitu mereka yang lalai (sembrono) dalam shalatnya.”
Kemudian surat al-Mudatsir ayat 40-43 menjadi penjelas: “Di dalam surga, mereka saling bertanya perihal
orang-orang yang berdosa (yang di neraka). Apakah yang menyebabkan kalian
berada di neraka saqor ? Mereka menjawab: karena dulu
kami tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”
Dari ayat-ayat al-Qur’an tersebut, bisa disimpulkan betapa
pentingnya shalat. Pahala dari shalat pun tergolong luar biasa. Jika shalat
berjamaah, maka pahalanya dilipat gandakan sampai 27 derajat, sebagaimana
hadits riwayat Bukhari dan Muslim:
“Shalat
jamaah itu lebih afdhol dari shalat sendiri dengan 27 derajat.” Selain itu, ternyata masih ada hal luar biasa yang berkenaan dengan
shalat. Betapa Allah Maha Pemurah dengan mengobral pahala bagi siapa saja yang
menginginkannya. Hadits berikut ini menjadi cerminannya: “Utsman bin Affan
berkata bahwa Nabi telah bersabda barang siapa yang shalat ‘isyak berjamaah
maka bagaikan ia bangun (shalat sunnah) separuh malam dan barang siapa yang
shalat subuh berjamaah maka bagaikan shalat (sunnah) semalam penuh.” (HR.
Muslim dan Ahmad). Tidak bisa dipungkiri bagi masyarakat awam, betapa
beratnya untuk shalat sunnah terus-menerus selama separuh malam bahkan semalam
penuh. Jika melakukan hal seperti itu mungkin keesokan harinya ia merasa tidak
sanggup beraktifitas seperti biasa. Tapi ternyata Allah membuka kesempatan
seluas-luasnya bagi siapa pun untuk mendapatkan pahala shalat separuh ataupun
sepenuh malam. Dan hal tersebut bisa didapatkan setiap hari.
Akan tetapi obral pahala khusus
sedemikian murah ini ternyata tetap saja kurang mendapat respons dari kita
semua. Di masjid maupun mushola, jumlah jamaah ‘isyak dan subuh jika dibanding
shalat maghrib sangat jauh berbeda.
Kebanyakan orang setelah shalat maghrib, maka kemudian beraktifitas
lagi. Mungkin ada janji pertemuan dengan orang lain, atau menyelesaikan
pekerjaan, atau nyantai di warung kopi atau bahkan sekedar nonton TV. Pada saat
adzan ‘isyak berkumandang, rasa terlena oleh kenikmatan atau kesibukan tersebut
membuat melupakan shalat berjamaah ‘isyak. Hanya orang sabar saja yang mampu
menunggu adzan ‘isyak dan siap untuk ikut berjamaah. Allah pun memberinya
ganjaran yang setimpal yaitu pahala shalat sunnah selama separuh malam.
Sedangkan untuk shalat subuh, betapa lebih berat lagi. Saat badan
terasa capek kemudian beristirahat tidur dengan nyenyak di malam hari, maka di
pagi-pagi buta sudah terdengar adzan subuh dengan ash-shalatu khairum minan
naumnya. Bagi orang yang tidak memahami agama, maka seolah-olah dia merasa
kenikmatannya dirampas dengan perintah untuk shalat saat mata masih terasa
berat itu. Namun bagi orang yang memahami agama dengan baik, maka seruan adzan
itu bagaikan suara yang menawarkan obralan pahala untuk shalat berjamaah dua
rakaat yang akan dihargai dengan pahala shalat sepanjang malam.
Kemurahan Allah dalam hal imbalan ibadah ini bukan
hanya pada masalah shalat saja, melainkan dalam berbagai hal. Imbalan ibadah
bisa berupa pahala yang akan dinikmati nanti di akhirat, namun ada juga imbalan
ibadah yang sebagian bisa dinikmati di dunia. Salah satu ibadah yang akan diberi imbalan di dunia dan akhirat adalah
dzikir dengan membaca al-Qur’an surat al-fatihah, al-ikhlas, al-falaq, dan juga
an-nas sebanyak 7 kali sehabis shalat. Dzikir ini diamalkan secara konsisten
atau terus-menerus di sepanjang umur. Jika mampu melaksanakan amalan ini,
insyaAllah derajat dan martabat kita dan keluarga akan senantiasa dijaga oleh
Allah selama di dunia ini. Selain itu, dosa-dosa kita pun juga akan diampuni.
Jika dosa sudah diampuni maka secara otomatis akan terbebas dari api neraka.
Semua kemurahan dari Allah itu hanya untuk manusia yang menginginkannya saja.
Seharusnya manusia senantiasa mensyukuri hidupnya dengan cara menambah
kualitas dan kuantitas ibadahnya sebagai perwujudan iman dan takwa. Hitungan
pahala akan menjadi support atau pemacu semangat. Seandainya tanpa pahala pun,
sudah selayaknya kita ikhlas mengabdikan diri pada Allah karena kita memang
diciptakan olehNya. Hidup mati kita berada dalam kekuasaanNya. Semoga hidup dan
mati kita mendapat ridho. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar