Edisi
49 th V : 5 Desember 2014 M / 13 Shaffar 1436 H
MEMILIH JALAN YANG
BENAR
Penulis: ust. Herul Sabana (TPQ al-Mansyur, Mangkujayan)
Segala puji hanyalah bagi Allah swt yang telah menciptakan manusia serta
menjadikannya penghuni bumi yang paling dominan sebagaimana
dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malai-kat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.". Shalawat
dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi Muhammad saw sebagai sebaik-baik suri
tauladan dan sudah semestinya kita mengikuti apa-apa yang menjadi sunnah
beliau.
Manusia
adalah makhluk yang “berkuasa” di bumi. Manusia memiliki ke-kuatan untuk
mengelola tumbuhan maupun hewan menurut apa yang dimaui. Namun demikian,
manusia harus menyadari segala kelemahannya yang tidak mampu “mencipta” maupun
“hidup abadi”. Allah telah memberikan peringatan dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 56: “Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” Dengan demikian, manusia haruslah secara bijaksana menentukan pilihan
jalan hidupnya selama di dunia, karena pilihan jalan di dunia akan menentukan kehidupan
di akhirat kelak. Jika manusia mampu memilih jalan yang benar maka ia akan
selamat dalam kehidupan abadi di akhirat. Namun sebaliknya jika memilih jalan
yang salah maka akan celaka dalam kehidupan abadi di akhirat.
Memilih jalan yang benar akan mengantarkan manusia pada keberuntungan.
Jalan yang benar tersebut adalah jalan takwa. Dengan berlandaskan keimanan yang
senantiasa dipupuk dengan jalan takwa, maka seseorang akan merasakan
keberuntungan dan kenikmatan hidup di dunia dan akhirat. Semakin tinggi tingkat
ketakwaan seseorang maka ia akan semakin tawadlu’ dan berbudi pekerti yang
baik. Di sisi Allah, dia termasuk hamba yang mulia
dengan ketakwaannya tersebut. Sedangkan di dunia, ia akan diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar sehingga mulia di kalangan manusia. Dengan begitu, ia akan
senantiasa mengalami kemudahan ketika mempunyai hajat dengan orang lain. Allah
telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Lail
ayat 5-7: “Adapun orang yang
(ikhlas) memberi dan bertakwa, dan membenarkan terhadap kebaikan, maka Kami
akan permudah ia kepada kemudahan.” Ayat ini merupakan jaminan dari Allah terhadap orang yang memilih
jalan yang benar yaitu jalan takwa.
Pada
hakikatnya manusia itu tidaklah mengetahui apapun yang terjadi. Bah-kan manusia
juga cenderung tidak mampu juga mengingat banyak hal yang telah terjadi. Kita
tidak mampu mengingat apa yang terjadi dan kita lakukan ketika berada di rahim
ibu. Kita sama sekali tidak ingat bahwa ketika di dalam rahim ibu, kita telah
disumpah untuk mengakui bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tiada
apapun yang sepadan dengan-Nya. Pada saat itupun kita telah diberi ketentuan
rizki oleh Allah. Ada baiknya kita perhatikan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim: “Dari Abdullah berkata:
Rasulullah bercerita kepadaku bahwa dialah orang yang benar dan dibenarkan:
Sesungguh-nya seseorang diantara kamu dikumpulkan kejadiannya dalam perut
(rahim) ibunya selama 40 hari dalam keadaan nutfah, kemudian menjadi ‘alaqah
selama periode yang sama, kemudian menjadi mudghah dalam periode yang sama
juga, kemudian malaikat diutus untuk meniupkan ruh kepadanya, dan malaikat itu
disuruh menentukan 4 hal yaitu tentang rizkinya, kematiannya, amal
perbuatannya, dan apakah ia celaka atau bahagia.” Kemudian sejalan dengan hadits tersebut mari
kita renungkan al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 17: “…sesungguhnya yang kamu sembah
selain Allah itu tidak mampu memberikan rizqi kepadamu, maka mintalah rizqi itu
di sisi Allah dan sembahlah Dia serta bersyukurlah kepadaNya. Hanya
kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.”
Jika kita menyadari
bahwa yang menghidupkan kita adalah Allah, kemudian yang memenuhi segala hajat
kita di dunia ini adalah juga Allah, kemudian yang mematikan kitapun adalah
juga Allah, maka tentunya kita harus mau memilih jalan kebenaran yang
ditunjukkan oleh Allah melalui peningkatan ketakwaan. Banyak sekali metode
untuk meningkatkan ketakwaan tersebut, beberapa diantaranya disampaikan oleh
Khalifah Utsman Bin Affan yang merupakan tausiah bagi kaum muslimin saat itu.
Metode tersebut adalah sebagai berikut
Ø Melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang ditentukan oleh syari’at agama Islam, baik yang hablum min Allah maupun
yang hablum minan nas. Kewajiban-kewajiban tersebut akan memotivasi
manusia untuk semakin taqarrub pada Allah melalui berbagai macam ibadah
yang dilakukan. Dengan demikian ketakwaan akan semakin meningkat.
Ø
Menjauhi apa yang
dilarang dengan ketentuan syari’at agama Islam. Jika kita kaji lebih dalam,
apapun yang dilarang dalam syari’at sesungguhnya bertujuan untuk kebaikan diri
manusia sendiri. Larangan-larangan tersebut merupakan sarana untuk menata
manusia agar hidup lebih baik bersama lingkungannya sekaligus dapat hidup damai
tentram untuk kemudian khusuk dan istiqomah dalam beribadah sebagai wujud ketakwaan pada
Allah.
Ø
Jika dua metode diatas
bersifat individual, maka yang berikutnya ini bersifat sosial kemasyarakatan,
yaitu Amar ma’ruf (mengajak ke jalan kebenaran /kebaikan). Hal ini
dapat dilakukan dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Jika sudah mampu
melaksanakannya dan berhasil dalam lingkup keluarga, maka bisa dilebarkan ke
ruang lingkup yang lebih luas, yaitu masyarakat sekitar. Tentu saja amar ma’ruf ini harus disertai aplikasi keteladanan dari diri kita dulu agar orang
lain meniru ataupun mengikuti ajakan kita.
Ø
Metode yang bersifat
sosial kemasyarakatan berikutnya yaitu nahi munkar (mencegah keburukan).
Ini adalah metode yang cukup berat, karena memang resiko nahi munkar itu lebih besar dari pada amar
ma’ruf. Karena itulah nahi munkar harus dimulai dari diri
sendiri terlebih dahulu, baru kemudian kepada orang lain.
Jika kita mampu melaksanakan metode-metode
tersebut di atas, maka insyaAllah kita akan mampu meningkatkan ketakwaan dan
mengaplikasikan apa yang terkandung dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110: “Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan
untuk manusia, supaya kamu amar ma’ruf nahi munkar.” Semoga kita termasuk orang yang berada di jalan kebenaran, jalan yang
lurus yang diridloi oleh Allah. Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar