buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 02 Maret 2016

GHIBAH DAN NAMIMAH



       Edisi 02 th VII : 08 Januari 2016 M / 27 Rabi’ul Awwal 1437 H
GHIBAH DAN NAMIMAH
Penulis: ust. Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, jenes)
Segala puji hanya bagi Allah yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 12: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada nabi Muhammad saw sebagai uswatun hasanah bagi segenap umat manusia.
            Islam selalu mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga lisannya. Maka ada kata-kata bijak yang berbunyi :
سلامة الإنسان فى حفظ اللسان
Artinya: “Keselamatan manusia tergantung bagaimana ia mampu menjaga lisannya”
Jadi, kalau kita mampu menjaga lisan kita, Insya Allah kita akan selamat dunia dan akhirat. Mata, telinga, tangan, kaki, diciptakan oleh Allah swt sepasang atau dua buah. Sedangkan mulut diciptakan oleh Allah swt hanya satu. Filosofinya adalah mulut yang hanya satu ini hendaknya dijaga dengan sebaik-baiknya.
Ada beberapa sifat tercela yang muncul karena ketidakmampuan manusia menjaga lisannya, diantaranya adalah Ghibah dan Namimah. Dalam konsep ini, yang dimaksud Ghibah adalah menyebutkan sesuatu dari seseorang yang apabila didengar oleh seseorang tersebut), maka seseorang tersebut akan tidak suka atau marah.

Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi dalam kitab “Adzkar An-Nawawi”. Adapun yang disebut atau dibicarakan itu tentang tubuhnya, agamanya, dunianya, hatinya, bentuknya, akhlaqnya, hartanya, anaknya, orang tuanya, istrinya, pembantunya, sorbannya, pakaiannya, dan lain sebagainya. Baik itu diucapkan, ditulis, kode-kode, isyarat dengan mata, tangan atau kepala dan lain sebagainya. Jadi orang yang ghibah tidak hanya orang yang berbicara, karena orang yang menulis pun juga dikategorikan ghibah apabila tulisannya adalah tulisan yang membicarakan aib orang lain.
            Dari keterangan di atas termasuk ghibah yakni orang yang menyebutkan ciri badan orang lain misal berkata: “dia orang yang buta, orang yang belang, orang yang botak, orang yang pendek, orang yang hitam.” Termasuk ghibah juga orang menyebutkan masalah agama orang lain, misal berkata: “dia orang yang fasiq, pencuri, pengkhianat, penganiaya, meremehkan shalat”. Dalam masalah dunia termasuk ghibah, misalnya seseorang yang berucap: “dia orang yang tidak punya adab, orang yang meremehkan manusia, orang yang tidak pernah melihat kebenaran pada diri orang lain”. Perkara yang berkaitan dengan orang tua seseorang, misal kita membicarakan keburukan orang tua orang lain dengan mengucapkan: “orang itu bapaknya adalah orang yang fasik”. Ghibah karena membicarakan akhlaq orang lain, misalnya berkata: “dia itu orang yang sombong, pamer, lemah”. Ghibah karena membicarakan pakaian seseorang misal mengatakan: ”dia orang yang lebar lengan bajunya, dia orang yang kotor bajunya”. Kesimpulannya membicarakan sesuatu terkait orang lain, yang apabila didengar oleh orang tersebut menjadikan dia tidak senang, maka itulah yang dikategorikan ghibah.
            Adapun Namimah adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak. Misal A bermusuhan dengan B, kemudian C menceritakan apa yang dikatakan oleh A kepada B dan sebaliknya, tujuannya agar permusuhan itu semakin parah. Inilah yang disebut “Namimah” atau Adu Domba. Dalam dunia politik adu domba pernah dipakai oleh penjajah Belanda. Bangsa Indonesia diadu domba sesama bangsa Indonesia, akibatnya bangsa Indonesia pun lemah. Di era modern yang global ini tentu kita juga harus waspada jangan mudah terprovokasi terkait perbedaan suku, bahasa, agama dan ras. Bisa jadi dibalik semua itu ada provokator yang ingin menghancurkan persatuan dan kesatuan NKRI. Jangan sampai kita menjadi orang yang suka adu domba atau jangan sampai juga kita menjadi orang yang mudah diadu domba dengan sesama bangsa sendiri.
Ghibah dan Namimah adalah dua perkara yang terlarang dalam ajaran agama Islam. Sebagaimana firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 12: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang

dan janganlah menggunjingkan satu sama lain …” Adapun dalam hadits disebutkan: dari Khudzaifah ra dari Nabi saw beliau bersabda: “Tidak masuk surga orang yang suka adu domba”.(HR Bukhari dan Muslim). Dalam hadits shahih lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyebutkan:. Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw melewati 2 kuburan, kemudian beliau bersabda: “Dua penghuni kubur ini disiksa dan disiksa bukan karena dosa besar, (Imam Nawawi berkata, Bukhari meriwayatkan: seseungguhnya itu dosa besar), Adapun yang satu itu disiksa karena suka adu domba, sedang yang satunya lagi karena tidak menjaga kesucian ketika buang air kecil.Para Ulama berpendapat tentang hadits ini bahwa dua perkara itu dalam sangkaan pelakunya bukan merupakan dosa besar. Atau dua perkara itu adalah perkara yang berat untuk ditinggalkan. Dalam kitab sunan Abi Dawud: Dari Anas ra dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sewaktu aku Mi’raj saya bertemu dengan suatu kaum yang kuku-kukunya dari tembaga, yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Kemudian saya bertanya; “Siapa mereka, wahai Jibril? Jibril berkata: Dia lah orang (yang semasa di dunianya) suka makan daging saudaranya sendiri dan menjatuhkan harga diri (saudaranya sendiri).”
            Mengingat betapa kerasnya agama Islam melarang ghibah dan namimah, tentu kita sebagai muslim harus menta’ati syariat tersebut. Perumpamaan balaghatil-Qur’an pada ayat 12 surat al-Hujurat bahwa: “ … Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Hal ini menunjukkan betapa kejamnya efek dari ghibah dan namimah. Hal ini juga menunjukkan betapa hinanya orang yang ghibah dan namimah.
            Semoga Allah swt menjaga lisan kita, menjaga lisan keluarga kita, menjaga lisan anak cucu kita dari segala hal yang tidak baik. Semoga Allah meridhai apa yang keluar dari mulut kita sebagai ucapan yang baik. Aamiin.
***







Tidak ada komentar:

Posting Komentar