Edisi 02 th VII : 08 Januari 2016 M / 27 Rabi’ul Awwal 1437
H
GHIBAH DAN NAMIMAH
Penulis:
ust. Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, jenes)
Segala puji hanya bagi Allah yang
telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 12: “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena
sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.” Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada nabi Muhammad
saw sebagai uswatun hasanah bagi segenap umat manusia.
Islam
selalu mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga lisannya. Maka ada
kata-kata bijak yang berbunyi :
سلامة الإنسان فى حفظ اللسان
Artinya: “Keselamatan manusia tergantung bagaimana ia
mampu menjaga lisannya”
Jadi, kalau kita mampu menjaga lisan kita, Insya Allah kita
akan selamat dunia dan akhirat. Mata, telinga, tangan, kaki, diciptakan oleh
Allah swt sepasang atau dua buah. Sedangkan mulut diciptakan oleh Allah swt
hanya satu. Filosofinya adalah mulut yang hanya satu ini hendaknya dijaga
dengan sebaik-baiknya.
Ada beberapa sifat tercela yang
muncul karena ketidakmampuan manusia menjaga lisannya, diantaranya adalah Ghibah
dan Namimah. Dalam konsep ini, yang dimaksud Ghibah adalah
menyebutkan sesuatu dari seseorang yang apabila didengar oleh seseorang
tersebut), maka seseorang tersebut akan tidak suka atau marah.
Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi
dalam kitab “Adzkar An-Nawawi”. Adapun yang disebut atau dibicarakan itu
tentang tubuhnya, agamanya, dunianya, hatinya, bentuknya, akhlaqnya, hartanya,
anaknya, orang tuanya, istrinya, pembantunya, sorbannya, pakaiannya, dan lain
sebagainya. Baik itu diucapkan, ditulis, kode-kode, isyarat dengan mata, tangan
atau kepala dan lain sebagainya. Jadi orang yang ghibah tidak hanya
orang yang berbicara, karena orang yang menulis pun juga dikategorikan ghibah
apabila tulisannya adalah tulisan yang membicarakan aib orang lain.
Dari
keterangan di atas termasuk ghibah yakni orang yang menyebutkan ciri
badan orang lain misal berkata: “dia orang yang buta, orang yang belang,
orang yang botak, orang yang pendek, orang yang hitam.” Termasuk ghibah
juga orang menyebutkan masalah agama orang lain, misal berkata: “dia orang
yang fasiq, pencuri, pengkhianat, penganiaya, meremehkan shalat”. Dalam
masalah dunia termasuk ghibah, misalnya seseorang yang berucap: “dia
orang yang tidak punya adab, orang yang meremehkan manusia, orang yang tidak
pernah melihat kebenaran pada diri orang lain”. Perkara yang berkaitan
dengan orang tua seseorang, misal kita membicarakan keburukan orang tua orang
lain dengan mengucapkan: “orang itu bapaknya adalah orang yang fasik”. Ghibah
karena membicarakan akhlaq orang lain, misalnya berkata: “dia itu orang yang
sombong, pamer, lemah”. Ghibah karena membicarakan pakaian seseorang
misal mengatakan: ”dia orang yang lebar lengan bajunya, dia orang yang kotor
bajunya”. Kesimpulannya membicarakan sesuatu terkait orang lain, yang apabila
didengar oleh orang tersebut menjadikan dia tidak senang, maka itulah yang
dikategorikan ghibah.
Adapun
Namimah adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan
tujuan merusak. Misal A bermusuhan dengan B, kemudian C menceritakan apa yang
dikatakan oleh A kepada B dan sebaliknya, tujuannya agar permusuhan itu semakin
parah. Inilah yang disebut “Namimah” atau Adu Domba. Dalam dunia politik
adu domba pernah dipakai oleh penjajah Belanda. Bangsa Indonesia diadu domba
sesama bangsa Indonesia, akibatnya bangsa Indonesia pun lemah. Di era modern
yang global ini tentu kita juga harus waspada jangan mudah terprovokasi terkait
perbedaan suku, bahasa, agama dan ras. Bisa jadi dibalik semua itu ada
provokator yang ingin menghancurkan persatuan dan kesatuan NKRI. Jangan sampai
kita menjadi orang yang suka adu domba atau jangan sampai juga kita menjadi
orang yang mudah diadu domba dengan sesama bangsa sendiri.
Ghibah dan
Namimah adalah dua perkara yang terlarang dalam ajaran agama Islam.
Sebagaimana firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 12: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain …” Adapun dalam hadits disebutkan: dari
Khudzaifah ra dari Nabi saw beliau bersabda: “Tidak masuk surga orang yang suka
adu domba”.(HR Bukhari dan Muslim). Dalam hadits shahih lain yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyebutkan:. Dari Ibnu Abbas ra
bahwa Rasulullah saw melewati 2 kuburan, kemudian beliau bersabda: “Dua
penghuni kubur ini disiksa dan disiksa bukan karena dosa besar, (Imam
Nawawi berkata, Bukhari meriwayatkan: seseungguhnya itu dosa besar), Adapun
yang satu itu disiksa karena suka adu domba, sedang yang satunya lagi karena
tidak menjaga kesucian ketika buang air kecil.” Para Ulama berpendapat
tentang hadits ini bahwa dua perkara itu dalam sangkaan pelakunya bukan
merupakan dosa besar. Atau dua perkara itu adalah perkara yang berat untuk
ditinggalkan. Dalam kitab sunan Abi Dawud: Dari Anas ra dia berkata:
Rasulullah saw bersabda: “Sewaktu aku Mi’raj saya bertemu dengan suatu kaum
yang kuku-kukunya dari tembaga, yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri.
Kemudian saya bertanya; “Siapa mereka, wahai Jibril? Jibril berkata: Dia lah
orang (yang semasa di dunianya) suka makan daging saudaranya sendiri dan
menjatuhkan harga diri (saudaranya sendiri).”
Mengingat betapa kerasnya agama Islam melarang ghibah
dan namimah, tentu kita sebagai muslim harus menta’ati syariat tersebut.
Perumpamaan balaghatil-Qur’an pada ayat 12 surat al-Hujurat bahwa:
“ … Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Hal ini
menunjukkan betapa kejamnya efek dari ghibah dan namimah. Hal ini
juga menunjukkan betapa hinanya orang yang ghibah dan namimah.
Semoga
Allah swt menjaga lisan kita, menjaga lisan keluarga kita, menjaga lisan anak
cucu kita dari segala hal yang tidak baik. Semoga Allah meridhai apa yang
keluar dari mulut kita sebagai ucapan yang baik. Aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar