buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 02 Maret 2016

ISLAM RAHMATAN LIL `ALAMIN



       Edisi 05 th VII : 29 Januari 2016 M / 19 Rabi’uts-Tsani 1437 H
ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
Penulis: ust. Mahfud, S.Pd.I (TPQ Miftahul Huda, Jenes)
            Segala puji syukur bagi Allah dan sungguh Maha Suci Allah yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Anbiya’ ayat 107 yang artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada nabi Muhammad saw, nabi dan rasul akhir zaman yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
            Diutusnya Rasulullah saw untuk seluruh alam, tak lain beliau sebagai rahmat. Adapun kata “rahmat” dalam konsep ini mempunyai makna kasih sayang. Dari ayat ke 107 surat al-Anbiya’ di atas bisa dipahami bahwa yang mendapat rahmat dari konsep diutusnya Rasulullah saw tidak hanya orang Islam saja, melainkan seluruh makhluk di alam semesta.
            Umat Islam yang mengikuti ajaran Islam dengan benar, akan ikut pula menjadi rahmat bagi semesta alam. Meskipun memang semua agama mengajarkan kebaikan, namun agama Islam mengajarkannya dengan terperinci, baik hablum minAllah maupun hablum minan nas. Dalam ajaran Islam diatur bagaimana manusia agar umatnya senantiasa berbuat baik, bukan berbuat kerusakan. Contohnya ajaran al-Qur’an surat al-A’raf ayat 56 yang artinya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah [Allah] memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut [tidak akan diterima] dan harapan [akan dikabulkan]. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Tentu ini adalah hal yang luar biasa. Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik, bukan berbuat kerusakan. Dengan tidak membuat kerusakan di bumi, maka hewan, tumbuhan, dan seluruh makhluk akan mendapat rahmat dari Agama Islam. Dalam konsep ini, Islam melarang manusia membuat kerusakan di laut, gunung, hutan dan seluruh alam. Terhadap hewan dan tumbuhan sekalipun tidak boleh berbuat aniaya. Konsep ini termuat dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 41 yang artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari [akibat] perbuatan mereka, agar mereka kembali [ke jalan yang benar].”
            Konsep Islam menjadi rahmat bagi alam semesta semisal bagi hewan dalam contoh seseorang yang hendak berwudlu namun airnya hanya sedikit, sedangkan ada hewan yang kehausan di dekatnya, maka hendaklah air diberikan ke hewan tersebut dan mengganti wudlu dengan tayammum. Dalam hal ini, menyayangi hewan dengan memberikan minum merupakan hal yang sangat utama dalam Islam. Sebuah hadits riwayat Muslim menceritakan bahwa karena mengasihi anjing yang kehausan, maka seorang wanita tuna susila bisa diampuni dosanya oleh Allah dan masuk syurga.
انَّ امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِى يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنَ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا فَغُفِرَ لَهَا
“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik, anjing tersebut mengelilingi sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Maka wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengan sepatu dan memberi minum si anjing). Ia pun diampuni dosanya karena amal tersebut.”
Contoh lain adalah tatacara menyembelih hewan sebagaimana diterangkan hadits ini
انَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْح وَ ليُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim).
Kalau menyembelih dengan pisau tajam hewan maka akan lebih cepat mati. Tapi dengan pisau yang tumpul maka tentu hewan tersebut sangat tersiksa. Misal ada yang menyembelih hewan dengan dipukuli sebagaimana perbuatan orang-orang yang tidak mengindahkan syari’at Islam dengan memakan hewan yang tidak halal dagingnya, menyembelihnya pun melalui cara menyiksa.

Hal tersebut di atas dilihat dari aspek fisik. Adapun yang dari aspek psikologis pun Islam menjadi rahmat. Dalam menyembelih hewan hendaknya kita tidak mengasah pisau didepan hewan yang akan disembelih. Sebuah hadits menjelaskan
أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَدِّ الشِّفَارِ ، وَأَنْ تُوَارَى عَنِ الْبَهَائِمِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah ).
            Kemudian dalam ajaran Islam, dilarang mengadu hewan. Misal ayam jago atau kambing jantan. Kelak di akhirat orang yang suka mengadu ayam tersebut akan diadu, sedangkan ayamnya berganti posisi sebagai pengadu. Ini juga berlaku bagi orang yang mengadu kambing, kelak di akhirat orang tersebut akan diadu oleh si kambing sebagai balasan perbuatannya di dunia.
            Dari sini bisa dipahami kalau bagi hewan saja Islam menjadi sebuah rahmat, apalagi bagi manusia. Oleh karenanya Islam sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia. Berkaitan dengan hal ini, Abu Ishaq ash-Shatibi merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni:
1.    Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama)
2.    Hifdz An-Nafs (Memelihara Jiwa)
3.    Hifdz Al’Aql (Memelihara Akal)
4.    Hifdz An-Nasb (Memelihara Keturunan)
5.    Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta)
            Islam melarang berbuat kerusakan, penganiayan kepada dirinya sendiri bahkan kepada orang lain. Jangan sampai kita menjadi orang yang berbuat aniaya atas nama kebenaran, bahkan atas nama Islam.
            Itulah sekelumit gambaran bahwa ajaran Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Tentu masih banyak ajaran Islam bisa diteliti yang menunjukkan bahwa sebenarnya islam itu agama yang penuh rahmat. Semoga Allah meridhoi kita agar mampu mengimplementasikan konsep Islam Rahmatan Lil ‘Alamin
***










Tidak ada komentar:

Posting Komentar