buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 02 Maret 2016

ULAMA DAN FUQAHA



       Edisi 08 th VII : 19 Februari 2016 M / 10 Jumadil Ula 1437 H
ULAMA DAN FUQAHA
Penulis: ust. Herul Sabana, S.E (Mayak Tonatan)
Maha suci Allah yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 11: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Shalawat dan salam semoga tercurahkan pada nabi Muhammad saw, manusia paling mulia yang menjadi revolusioner sejati dalam kehidupan manusia, yang mampu membawa perubahan dari jahiliyyah sampai ke islamiyah.
Peran ulama dan fuqaha dalam kehidupan masyarakat islam sangatlah penting. Ulama yang merupakan orang-orang pilihan yang mendapat keilmuan melebihi dari orang-orang awam, sehingga ulama mampu mencerna sebuah masalah untuk kemudian menyampaikan hakikat dari masalah tersebut pada orang awam. Ulama akan memberikan nasehat-nasehat dan fatwa pada masyarakat awam agar tetap berada di jalur yang benar. Demikian pula fuqaha yang merupakan para ahli fiqh yang senantiasa mengawal masyarakat awam agar tidak melenceng dari pakem syari’at yang telah ditentukan. Dalam tataran ibadah maupun muamalah, peran fuqaha tetaplah urgen. Sebuah ibadah haruslah dilandasi ilmu fiqh, sebab jika tidak dilandasi ilmu fiqh maka boleh jadi ibadahnya akan ngawur. Muamalah juga demikian, tanpa ilmu fiqh maka muamalah bisa carut-marut.

Setelah wafatnya Rasulullah maka tugas syiar Islam beralih ke pundak para sahabat yang diteruskan para tabiin dan seterusnya. Setelah masa salafush shaleh tersebut maka kelanjutan syiar Islam dijalankan oleh para ulama di masa mereka masing-masing. Peran mereka sangat penting dalam kesuksesan penyebaran agama Islam di daerah baru dan dalam rangka menjaga stabilitas konsep syariat Islam. Karena itulah kemudian para Ulama disebut sebagai pewaris ilmu Nabi.
Sedangkan para ahli fiqh berperan besar dalam mengantarkan umat Islam yang tidak sempat berjumpa langsung dengan Rasulullah agar dapat senantiasa menjalankan syariat sesuai dengan apa yang dikonsepkan oleh Rasulullah melalui sunnah beliau. Dalam hal ini para ahli fiqh merumuskan berbagai hukum Islam ke dalam 5 jenis hukum yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Karena itulah peran para ahli fiqh juga sangat besar bagi umat Islam.
            Mengingat sedemikian besarnya peranan ulama dan ahli fiqh, maka Rasulullah telah memberi peringatan kepada umat Islam: “Akan datang masa dari umat-ku, yang mereka lari dari ulama dan ahli fiqh…”  Dalam hal ini, yang dimaksud dengan “lari” adalah tidak mengindahkan apa-apa yang difatwakan oleh ulama serta tidak mengacuhkan apa-apa yang ditetapkan sebagai batasan oleh ahli fiqh. Mereka hanya membuat hukum-hukum sendiri menuruti hawa nafsu dan kepentingan pribadi maupun kelompok dengan menyitir dalil-dalil agama. Jika apa yang telah diprediksikan oleh Rasulullah ini telah menjadi kenyataan, maka akan datanglah tiga hal yang merupakan siksaan Allah bagi mereka di dunia ini, yaitu:
*      Akan hadir pemimpin yang fasik dan zalim. Jika manusia sudah banyak yang meninggalkan ulama dan ahli fiqh, secara otomatis akan bermunculanlah orang-orang yang jauh dari konsep agama atau menggunakan agama hanya sebagai kedok belaka. Jika kemudian mereka sudah semakin dominan, maka mereka akan menjadi mayoritas dan menentukan banyak hal. Dengan demikian akan munculah salah seorang diantara mereka untuk menjadi pemimpin yang fasik dan zalim. Pemimpin yang dimaksud di sini bisa jadi dalam lingkup sosial terkecil semacam rumah tangga, desa, kabupaten sampai lingkup terbesar yaitu negara.
*      Dicabutnya keberkahan rezki. Bagi orang-orang yang meninggalkan ulama dan ahli fiqh, boleh jadi secara kasat mata mereka menjadi semakin kaya karena memang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan. Namun mereka tidak akan pernah mendapatkan keberkahan rezki yaitu rasa bahagia dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, sehingga meskipun “mewah” namun tidak merasa “sakinah”. Betapa kita melihat bahwa para koruptor sesungguhnya bukan orang yang miskin. Mereka adalah orang yang bergelimang harta namun masih merasa kurang bahagia. Harta yang mereka kumpulkan dengan susah payah serta resiko tinggi, ternyata hanya kesenangan semu belaka.


*      Dicabutnya nyawa tanpa ada iman di hati. Orang yang jauh dari ulama dan ahli fiqh berarti imannya akan semakin terkikis karena tidak ada yang mengingatkan dan menuntun untuk mempertebal iman. Padahal orang yang aktif beribadah setiap saat saja, imannya terkadang naik terkadang turun, apalagi orang yang jarang beribadah. Maka boleh jadi iman tersebut akhirnya habis dan saat malaikat ‘Izroil datang, kondisi keimanannya tak ada sama sekali. Inilah yang disebut su’ul khotimah. Bagi orang seperti ini, harapan untuk bahagia di akhirat jelas tidak akan ada.
Demikianlah betapa beratnya beban yang ditanggung jika kita meninggalkan ulama dan ahli fiqh. Karena itulah, tepat kiranya jika berkumpul dengan orang sholeh yaitu ulama dan ahli fiqh dapat menjadi obat hati agar senantiasa dilingkupi kebahagiaan dan dihangati oleh cahaya keimanan.
Selain itu, untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan maka kita harus senantiasa melunakkan hati dengan memperbanyak dzikrullah di setiap saat setiap waktu, bukan cuma saat kita ditimpa musibah saja. Dengan begitu kita akan semakin dekat dengan Allah sehingga kita dapat sesering mungkin mendapat anugerah rahmat-Nya. Ada sebuah Hadits riwayat at-Tirmidzi: “Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah telah bersabda: Janganlah kalian memperbanyak bicara selain dzikrullah, sebab hal tersebut akan menyebabkan kerasnya hati, dan manusia yang paling jauh dari rahmat Allah adalah yang keras hatinya.” Kemudian diperjelas dengan perintah dari Allah dalam surat al-Ahzab ayat 41-42: “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNya di waktu pagi dan petang.”
Akhirnya semoga kita diberi kekuatan oleh Allah untuk senantiasa mempertebal iman dan takwa, semakin merapat dengan ulama dan ahli fiqh, serta mampu berdzikir di setiap helaan nafas, dengan harapan kita diberi rahmat sehingga terhindar dari kemunculan pemimpin fasik yang zalim atau terhindar dari pencabutan keberkahan rezki dan juga terhindar dari su’ul khotimah. Semoga negri ini menjadi baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur, rezkinya barokah dan semua rakyatnya khusnul khotimah. Aamiin...
*********







Tidak ada komentar:

Posting Komentar