buletin ini terbit secara rutin tiap hari Jum'at di masjid agung RMAA Tjokronegoro Ponorogo

Rabu, 02 Maret 2016

LEMBAR BARU



       Edisi 01 th VII : 01 Januari 2016 M / 20 Rabi’ul Awwal 1437 H
LEMBAR BARU
Penulis: ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ ad-Darajaat, Mayak)
Segala puji hanya bagi Allah yang telah berfirman dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 114: “maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah "ya Tuhanku tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan." Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada nabi Muhammad saw sebagai uswatun hasanah bagi segenap umat manusia.
Hari ini, dalam hitungan Masehi, kita memasuki lembar baru. Tentu saja kita tidak perlu mempermasalahkan soal hitungan Masehi atau Hijriyah. Bagi kita, akan lebih tepat jika memandang berbagai persoalan dari perspektif atau sudut pandang Islam. Selama setahun ke depan, kita harus mampu hidup lebih baik dari tahun lalu. Untuk itu kita harus punya program-program dan rencana perbaikan diri agar tidak menjadi orang yang rugi. Rasulullah saw sudah menyatakan bahwa “Orang yang keadaannya lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung, sedang orang yang keadaannya sama seperti kemarin adalah orang yang rugi, adapun orang yang keadaannya lebih buruk dari kemarin adalah orang yang celaka.” Semua orang pasti mendambakan hidup yang lebih baik dari kemarin. Namun sebagai seorang muslim, selayaknya kita tidak hanya memikirkan peningkatan kemampuan dan pencapaian keduniaan saja, melainkan juga akhirat. Dalam konteks ini, tentunya kita akan melibatkan keluarga dan orang-orang yang kita sayangi, yang kita harapkan peningkatan tersebut dialami juga oleh mereka.


            Terkait dengan peningkatan, tentu kita ingin peningkatan di semua bidang. Termasuk peningkatan kualitas anak cucu kita dalam kehidupannya. Keseharian perilaku anak cucu kita tentu akan mewarnai kehidupan di lingkungan keluarga. Jika anak cucu kita makin pandai tentu kita akan bangga. Namun, kepandaian anak cucu kita tersebut akan lebih membanggakan jika dibarengi dengan makin bagusnya akhlak dan perilaku mereka. Adapun jika sekedar pandai namun akhlak dan perilaku tidak bagus, tentulah tidak membanggakan. Oleh karena itulah, kita senantiasa berusaha agar mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu, kita barengi dengan do’a yang menyertai perjuangan mereka.
Manusia hanyalah makhluk yang bisa berusaha dan berdoa. Segala macam penentuan dari usaha merupakan hak mutlak milik Allah. Maka dari itu, selayaknya segala macam usaha itu diiringi dengan doa. Sedangkan ijabah doa adalah hak Allah juga. Al-Qur’an telah mengisaratkannya dalam surat ar-Ra’d ayat 14: “Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar ...”. Oleh karenanya berkaitan dengan ijabah doa ini, tentu kita harus memperhatikan sabda Rasulullah saw dalam salah satu hadits: ”Tidak seorang pun berdoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengabulannya) demi pahalanya, atau ia (tidak dikabulkan) dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.“ (HR Ahmad). Dari hadits tersebut, tentunya dapat dipahami bahwa kita sebagai manusia biasa harus sabar dalam berdoa. Kita tidaklah mungkin memaksakan doa kita dikabulkan atau diijabahi. Kita juga tidak boleh berburuk sangka pada Allah perihal ijabah doa kita. Sebuah hadits lagi sangat tepat untuk kita perhatikan: Doa di antara kalian bakal diijabahi, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, (hingga akhirnya) seseorang mengatakan: aku telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku.“ (HR. Bukhari-Muslim).
Harapan kita agar anak cucu semakin pandai dan meningkat kualitasnya ini pastilah memerlukan biaya. Namun segala macam biaya tersebut jika kita niatkan sebagai investasi akhirat maka insyaAllah akan mendapat ridha dari Allah. Hal ini sejalan dengan firman Allah melalui al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 26: “Allah meluaskan rizqi dan menyempitkannya bagi siapa saja yang dikehendaki. Dan mereka (manusia) pun bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia dibanding akhirat hanyalah kesenangan yang sedikit.” Kemudian dari ayat ini kita juga bisa menarik benang merah betapa kehidupan dunia tak seberapa dibanding akhirat. Jika kita sinkronkan dengan pendidikan anak cucu kita maka selayaknya kita juga menekankan pendidikan agama bagi mereka. Kita tidak boleh terlena dengan betapa pandainya mereka di bidang matematika atau membaca, namun masih kurang lancar dalam membaca al-Qur’an. Jika kita begitu memperhatikan segala macam les pendidikan formal mereka, lalu bagaimana dengan TPQ-nya?


Kehidupan di dunia ini selalu berjalan tiada henti. Daun-daun tua akan kering dan berguguran, sementara daun-daun muda akan muncul tumbuh bersemi. Begitu juga kita. Suatu saat kita akan pergi meninggalkan dunia ini dan tak akan kembali, sementara di belakang kita, anak-anak kita sebagai generasi muda akan meneruskan jejak langkah menjadi khalifah di bumi menggantikan kita. Lalu apa yang akan kita wariskan pada generasi penerus tersebut? Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nisa' ayat 9 yang artinya: "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaknya mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar". Menanggapi ayat tersebut para mufasir sepakat bahwa ayat ini menunjukkan anjuran dari Allah swt agar umat Islam senantiasa peduli terhadap anak-anaknya. Anak-anak yang merupakan generasi penerus bagi orang tua haruslah dikuatkan dengan pemahaman akidah yang lurus, ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta persiapan perekonominya. Kita tak boleh lengah terhadap perkembangan anak-anak kita. Ada baiknya kita perhatikan hadits Rasulullah saw: “Hendaknya kalian memperhatikan tingkah laku perbuatan anak kalian, dan perbaikilah akhlaknya.”
Berbagai upaya tentu harus dilakukan, terutama memberikan pengetahuan yang cukup bagi generasi muda tersebut. Dalam konteks ini, peran Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) sebagai salah satu lembaga non-formal sangatlah urgen dalam memperkenalkan semangat Qur’ani pada mereka. Proses pembelajaran yang “seolah-olah” hanya sekedar baca-tulis, sesungguhnya justru akan menjadi pondasi dasar bagi pengetahuan lain yang lebih luas yang akan mereka terima selepas dari TPQ.
 Di tahun baru ini, semoga anak cucu kita yang merupakan pemimpin di masa yang akan datang benar-benar menjadi orang-orang kuat agamanya, kuat ekonominya, kuat budayanya serta tinggi akhlaknya. Umat islam yang unggul dalam kuantitas, apabila tidak diimbangi dengan kualitas laksana buih di lautan, na'udzubillah min dzalik. Kejayaan islam di masa mendatang berada di tangan generasi muda saat ini. Semoga Allah meridhoi mereka ... aamiin.
***








Tidak ada komentar:

Posting Komentar