Edisi 01 th VII : 01 Januari 2016 M / 20 Rabi’ul Awwal 1437
H
LEMBAR BARU
Penulis:
ust. Marsudi, S.Pd.I (TPQ ad-Darajaat, Mayak)
Segala puji hanya bagi Allah yang
telah berfirman dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 114: “maka Maha Tinggi Allah
raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur'an
sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah "ya Tuhanku
tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan." Shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan pada nabi Muhammad saw sebagai uswatun hasanah bagi
segenap umat manusia.
Hari ini, dalam hitungan Masehi,
kita memasuki lembar baru. Tentu
saja kita tidak perlu mempermasalahkan soal hitungan Masehi atau Hijriyah. Bagi
kita, akan lebih tepat jika memandang berbagai persoalan dari perspektif atau
sudut pandang Islam. Selama setahun ke depan, kita harus mampu hidup
lebih baik dari tahun lalu. Untuk itu kita harus punya program-program dan
rencana perbaikan diri agar tidak menjadi orang yang rugi. Rasulullah saw sudah
menyatakan bahwa “Orang yang keadaannya lebih baik dari kemarin adalah
orang yang beruntung, sedang orang yang keadaannya sama seperti kemarin adalah
orang yang rugi, adapun orang yang keadaannya lebih buruk dari kemarin adalah
orang yang celaka.” Semua orang pasti mendambakan hidup yang lebih baik
dari kemarin. Namun sebagai seorang muslim, selayaknya kita tidak hanya
memikirkan peningkatan kemampuan dan pencapaian keduniaan saja, melainkan juga akhirat. Dalam konteks ini, tentunya kita akan
melibatkan keluarga dan orang-orang yang kita sayangi, yang kita harapkan
peningkatan tersebut dialami juga oleh mereka.
Terkait
dengan peningkatan, tentu kita ingin peningkatan di semua bidang. Termasuk
peningkatan kualitas anak cucu kita dalam kehidupannya. Keseharian perilaku anak cucu kita tentu akan mewarnai kehidupan di
lingkungan keluarga. Jika anak cucu kita makin pandai tentu kita akan bangga.
Namun, kepandaian anak cucu kita tersebut akan lebih membanggakan jika
dibarengi dengan makin bagusnya akhlak dan perilaku mereka. Adapun jika sekedar pandai namun akhlak dan
perilaku tidak bagus, tentulah tidak membanggakan. Oleh karena itulah, kita
senantiasa berusaha agar mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu,
kita barengi dengan do’a yang menyertai perjuangan mereka.
Manusia
hanyalah makhluk yang bisa berusaha dan berdoa. Segala macam penentuan dari
usaha merupakan hak mutlak milik Allah. Maka dari itu, selayaknya segala macam
usaha itu diiringi dengan doa. Sedangkan ijabah doa adalah hak Allah juga.
Al-Qur’an telah mengisaratkannya dalam surat ar-Ra’d ayat 14: “Hanya bagi
Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar ...”. Oleh karenanya
berkaitan dengan ijabah doa ini, tentu kita harus memperhatikan sabda
Rasulullah saw dalam salah satu hadits: ”Tidak seorang pun berdoa,
melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia
dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengabulannya) demi
pahalanya, atau ia (tidak dikabulkan) dihindarkan dari keburukan yang
menimpanya.“ (HR Ahmad). Dari
hadits tersebut, tentunya dapat dipahami bahwa kita sebagai manusia biasa harus
sabar dalam berdoa. Kita tidaklah mungkin memaksakan doa kita dikabulkan atau
diijabahi. Kita juga tidak boleh berburuk sangka pada Allah perihal ijabah doa
kita. Sebuah hadits lagi sangat tepat untuk kita perhatikan: ”Doa
di antara kalian bakal diijabahi, sepanjang kalian tidak
tergesa-gesa, (hingga akhirnya) seseorang mengatakan: aku
telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku.“ (HR. Bukhari-Muslim).
Harapan kita agar anak cucu semakin pandai dan
meningkat kualitasnya ini pastilah memerlukan biaya. Namun segala macam biaya
tersebut jika kita niatkan sebagai investasi akhirat maka insyaAllah akan
mendapat ridha dari Allah. Hal ini sejalan dengan firman Allah melalui
al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 26: “Allah meluaskan rizqi dan menyempitkannya
bagi siapa saja yang dikehendaki. Dan mereka (manusia) pun bergembira dengan kehidupan dunia, padahal
kehidupan dunia dibanding akhirat hanyalah kesenangan yang sedikit.” Kemudian dari ayat ini kita juga bisa menarik
benang merah betapa kehidupan dunia tak seberapa dibanding akhirat. Jika kita
sinkronkan dengan pendidikan anak cucu kita maka selayaknya kita juga
menekankan pendidikan agama bagi mereka. Kita tidak boleh terlena dengan betapa
pandainya mereka di bidang matematika atau membaca, namun masih kurang lancar
dalam membaca al-Qur’an. Jika kita begitu memperhatikan segala macam les
pendidikan formal mereka, lalu bagaimana dengan TPQ-nya?
Kehidupan di
dunia ini selalu berjalan tiada henti. Daun-daun tua akan kering dan
berguguran, sementara daun-daun muda akan muncul tumbuh bersemi. Begitu juga
kita. Suatu saat kita akan pergi meninggalkan dunia ini dan tak akan kembali,
sementara di belakang kita, anak-anak kita sebagai generasi muda akan meneruskan jejak langkah menjadi
khalifah di bumi menggantikan kita. Lalu apa yang akan kita wariskan pada
generasi penerus tersebut? Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surat an-Nisa'
ayat 9 yang artinya: "Dan hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab
itu hendaknya mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar". Menanggapi ayat tersebut para mufasir
sepakat bahwa ayat ini menunjukkan anjuran dari Allah swt agar umat Islam
senantiasa peduli terhadap anak-anaknya. Anak-anak yang merupakan generasi
penerus bagi orang tua haruslah dikuatkan dengan pemahaman akidah yang lurus,
ilmu pengetahuan yang bermanfaat serta persiapan perekonominya. Kita tak boleh lengah terhadap perkembangan anak-anak
kita. Ada baiknya kita perhatikan hadits Rasulullah saw: “Hendaknya kalian memperhatikan
tingkah laku perbuatan anak kalian, dan perbaikilah akhlaknya.”
Berbagai upaya tentu harus dilakukan, terutama
memberikan pengetahuan yang cukup bagi generasi muda tersebut. Dalam konteks
ini, peran Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) sebagai salah satu lembaga
non-formal sangatlah urgen dalam memperkenalkan semangat Qur’ani pada mereka.
Proses pembelajaran yang “seolah-olah” hanya sekedar baca-tulis, sesungguhnya
justru akan menjadi pondasi dasar bagi pengetahuan lain yang lebih luas yang
akan mereka terima selepas dari TPQ.
Di tahun
baru ini, semoga anak cucu kita yang merupakan pemimpin di masa yang akan
datang benar-benar menjadi orang-orang kuat agamanya, kuat ekonominya, kuat
budayanya serta tinggi akhlaknya. Umat islam yang unggul dalam
kuantitas, apabila tidak diimbangi dengan kualitas laksana buih di lautan, na'udzubillah
min dzalik. Kejayaan islam di masa mendatang berada di tangan generasi muda
saat ini. Semoga Allah meridhoi
mereka ... aamiin.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar